PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN GAMBAR SERI DI SEKOLAH DASAR
Oleh : januar
Narrative Writing
Skills Improvement with Figure Series in elementary
school can be done through classroom
action research. Research can use
qualitative and quantitative approaches. Expected from the results of the study can improve student
learning outcomes. At each cycle
to improve student skills in writing narrative by
using a series of images obtained from
both student outcomes assessment
pramenulis average, on stage and at the stage of writing pascapenulisan. Hopefully within each cycle completeness
writing results students
can achieve mastery values
Keyword: Improvement, Narrative, Photo Series
PENDAHULUAN
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa
manusia dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dapat saling berbagi
pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan
intelektual. Oleh karena itu, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk
berfikir, alat untuk berkomunikasi, dan alat untuk belajar. Pembelajaran bahasa
dan sastra diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun
tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa,
juga meningkatkan kemampuan berfikir, mengungkapkan gagasan, perasaan,
pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa
dan kemampuan memperluas wawasan. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
haruslah diarahkan pada hakikat bahasa Indonesia dan sastra Indonesia sebagai
alat komunikasi. Keterampilan berbahasa merupakan fokus tujuan pembelajaran
bahasa Indonesia, hal ini berarti bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan
membina kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Kemampuan
berbahasa tersebut tidak terlepas dari empat keterampilan berbahasa yakni
menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan menulis sebagai
salah satu keterampilan berbahasa merupakan hal yang sangat penting dan perlu
mendapat perhatian khusus. Melalui menulis manusia dapat mengenali kemampuan
dan potensi yang ada pada dirinya, mengembangkan berbagai gagasan dan
menghubung-hubungkan serta membandingkannya dengan fakta. Selain itu, melalui
keterampilan menulis manusia mampu mencari dan menyimak informasi serta
mengorganisasikan gagasan secara sistematis (Gunansyah, 2006:2)
Aspek pembelajaran bahasa di sekolah dasar yang memegang
peranan penting adalah pembelajaran menulis. Tanpa memiliki kemampuan menulis
yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian
hari. Kemampuan menulis menjadi dasar utama, tidak saja bagi pembelajaran
bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi pembelajaran mata pelajaran lainnya. Menulis secara formal mulai dipelajari
ketika mereka duduk di bangku sekolah dasar. Di sekolah, pembelajaran
menulis diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan dan tertulis, dan untuk
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia. Saleh (2006:15) mengemukakan “Keterampilan
menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan kepada
orang lain dalam bentuk tulisan”.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat
penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam lingkungan pendidikan,
tetapi juga dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis sangat penting,
karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa.
Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekpresikan gagasan atau
pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu juga dapat
mengembangkan daya pikir dan kreatifitas siswa dalam menulis.
Pembelajaran menulis siswa akan dapat memperoleh
keterampilan dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan emosionalnya.
Mengingat pentingnya peranan menulis
tersebut bagi perkembangan siswa, maka cara guru mengajar harus benar. Menulis
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh siswa sejak mengenal bangku
sekolah. Namun, pada kenyataannya
keterampilan menulis para siswa pada saat ini masih rendah. Hal ini tentu saja
sangat memprihatinkan mengingat peranan menulis sangat penting dalam proses
belajar mengajar.
Menulis di kelas IV dapat dilakukan dalam bentuk narasi.
Menulis karangan narasi merupakan karangan yang menjelaskan sejelas-jelasnya
suatu kejadian atau peristiwa yang dialami, narasi dapat disampaikan dalam
bentuk tulisan atau cerita yang bertujuan menyampaikan berdasarkan perkembangan
dari kejadian.
Dalam pelaksanaan menulis
narasi pada siswa sekolah dasar sering terlihat tulisan narasi yang dibuat
tidak jelas jalan ceritanya, kalimatnya selalu berbolak-balik dan kurang jelas
kemana arah daripada narasi yang mereka
buat, sebab siswa kurang mendapatkan pembelajaran yang maksimal tentang
menulis narasi dari guru yang mengajar di dalam kelas. Hal ini
terjadi di sekolah karena guru kurang mengerti metode mengajar yang cocok untuk
menulis narasi bagi siswa.
Sedangkan dari segi guru
penyebab kurangnya keterampilan dalam menulis narasi di sekolah disebabkan
oleh: Guru kurang bervariasi dalam menggunaan pendekatan, pendekatan yang
digunakan guru masih bersifat konvensional. Pendekatan hanya berpusat pada
guru. Guru adalah sumber informasi yang utama, sedangkan siswa hanya menerima
apa yang dikatakan guru, sehingga menimbulkan kebosanan bagi siswa, dalam
proses pembelajaran menulis narasi guru jarang memberikan motivasi kepada
siswa. Baik itu motivasi berupa ekspresi wajah ataupun berupa hadiah. Sehingga
mengakibatkan siswa merassa bosan dan tidak semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran. Motivasi berfungsi untuk memudahkan guru mencapai tujuan yang
akan dicapai dalam proses pembelajaran. Pembahasan menulis narasi siswa kurang dilaksanakan.
Pembahasan terhadap narasi siswa kurang dilaksanakan oleh guru hal ini
disebabkan karena pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran sulit
untuk diajarkan. Sehinggga waktu untuk pembahasan menulis siswa tidak dilaksanakan.
Berdasarkan pengalaman penulis
di SDN 39 Tanjung Aur Kecamatan Koto Tangah, dalam pembelajaran menulis narasi berbagai
kesulitan dan hambatan yang dihadapi siswa. Kesulitan dan hambatan tersebut
adalah: (1) kesulitan dalam menemukan ide, (2) kesulitan dalam menuangkan ide,
biasanya berawal dari ketidaktahuan siswa untuk menulis apa dan darimana
memulai menuliskan berbagai ide yang terkandung dalam pikiran siswa. Sehingga
sebahagian siswa tidak dapat menuliskan ide pokok dalam buku sampai berakhirnya
waktu. (3) kesulitan dalam mengembangkan ide, (4) kesulitan dalam merangkai
kata atau kalimat dengan tepat, siswa terkadang merasa bahwa tulisannya tidak
sesuai seperti yang diharapkan. Sehingga menimbulkan upaya penggantian kalimat.
Selain itu di dalam menulis siswa keterkaitan antar kalimat dan antar paragraf
kurang terlihat.
Salah satu mengatasi masalah di atas dengan menggunaan
media gambar seri. Media pembelajaran berupa
“gambar seri adalah kumpulan dari
beberapa gambar yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa yang menarik,
yang disusun secara acak dan berurutan untuk dijadikan sebuah cerita”. (Azhar,
2003:111). Sedangkan menurut Arif, (2003:29) yang dimaksud dengan “gambar seri
adalah rangkaian beberapa gambar yang membuat sebuah cerita jadi menurut
penulis gambar seri merupakan serangkaian gambar yang tersusun secara berurutan
atau acak sehingga dapat membentuk sebuah cerita”.
Penggunaan gambar seri dalam proses diantaranya dapat
mengembangkan daya berfikir siswa, media gambar seri dirasakan sangat tepat
untuk membantu siswa dalam membuat tulisan narasi. Dengan melihat gambar siswa
dapat menarik kesimpulan dan menguraikan dalam bentuk tulisan. Purwanto dalam
Arif (2003:32) mengemukakan tujuan penggunaan gambar seri adalah “untuk melatih
siswa menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi karangan”.
Sedangkan Arif (2003:32) mengungkapkan tujuan dari
penggunaan gambar seri adalah “(1) membantu guru dalam menyampaikan pelajaran
dan membantu siswa dalam belajar, (2) menarik perhatian siswa sehingga lebih
terdorong untuk belajar, (3) dapat membantu daya ingat siswa, (4) dapat
disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain”.
Berdasarkan permasalahan di
atas maka, penulis melakukan penelitian meningkatkan kemampuan menulis Narasi
siswa dengan gambar seri yang berjudul: “Peningkatan Keterampilan Menulis
Narasi dengan Gambar Seri di Kelas IV SDN 39 Tanjung Aur Kecamatan Koto Tangah
Kota Padang”.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kwantitatif. Pendekatan
kualitatif digunakan karena pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan yang
mendeskripsikan proses kegiatan di lapangan disaat terjadi penelitian sebagai
bahan kajian lebih lanjut untuk menemukan kelemahan, sehingga ditentukan
penyempurnaannya, menganalisis dan menafsirkan fakta, gejala, dan peristiwa
yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks dan waktu serta
situasi lingkungan yang alami dan menyusun hipotesis sesuai dengan konsep dan
prinsip penelitian berdasarkan data dan
informasi yang terjadi di lapangan untuk dilakukan pengujian lebih lanjut.
Nana (2007:202) “pendekatan kualitatif digunakan karena
hasil penelitian kualitatif terdiri dari deskripsi analitik, yakni uraian
naratif mengenai suatu proses tingkah laku subjek sesuai dengan masalah yang
diteliti. Karena data dikumpulkan dari orang-orang yang terlibat dalam tingkah
laku alamiah, seperti guru, siswa, orang tua dan lain-lain”.
Ditegaskan oleh Nana
(2007:209), tujuan dari pendekatan kualitatif adalah (a) mendeskripsikan proses
kegiatan berdasarkan apa yang terjadi dilapangan, (b) menganalisis dan
menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa yang terjadi di lapangan, (c)
menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip berdasarkan data dan
informasi yang terjadi di lapangan untuk dilakukan pengujian lebih lanjut
melalui pendekatan kwantitatif". Pendapat Nana digunakan
karena penelitian berlangsung disekolah yang terintegrasi dengan siswa, guru dan
orang tua.
Pendekatan kwantitatif
digunakan karena peneliti perlu untuk pengolahan data, data yang diperoleh
berupa angka-angka sebagai lambang dari peristiwa untuk mengukur hasil belajar
peserta didik. Sesuai pendapat Muri (2007:54) ”Data yang dikumpulkan berupa
angka sebagai lambang dari peristiwa dan dianalisis dengan menggunakan teknik
statistik.”
HASIL PENELITIAN
Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti tahap-tahap
pembelajaran menulis narasi dengan langkah-langkah penggunaan gambar seri.
Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1) Tahap
prapenulisan
Pada awal pembelajaran guru mempersiapkan
hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti lembaran pengamatan,
dokumentasi dan sebagainya. Kemudian guru mengatur dan mempersiapkan siswa
untuk belajar. Selanjutnya guru menugasi siswa berdoa bersama sesuai dengan
ajaran agama masing-masing. Mengabsen siswa, kemudian guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Siswa memperhatikan guru
memajang gambar seri di depan kelas. Kemudian memberikan pertanyaan kepada
siswa tentang gambar yang ditampilkan. Setelah mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang gambar,
guru meluruskan persepsi siswa tentang gambar tersebut. Siswa mendengarkan
dengan seksama penjelasan guru mengenai gambar yang dipajang di depan kelas. Guru menugasi siswa menceritakan gambar dan
mengaitkannya dengan pengalamannya ketika berada di lingkungan mereka. Beberapa
orang siswa mengacungkan tangan dan guru meminta salah seorang siswa untuk menceritakannya.
Siswa menceritakan dengan malu-malu.
Guru memberikan acungan jempol kepada siswa yang telah
menceritakan gambar seri yang dipajang di depan kelas dan mengaitkannya dengan
pengalamannya saat berada dilingkungan tempat
tinggalnya. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pengalaman siswa
ketika ada banjir. Siswa berebutan mengacungkan tangannya dan menyebutkan
tempat mereka yang terkena banjir, dan penyebab terjadinya banjir. Siswa sudah
bisa menceritakan pengalamannya sesuai dengan urutan waktu kejadian yang telah
dilakukannya. Selanjutnya guru bertanya jawab dengan siswa manfaat dari menjaga
lingkungan. Selanjutnya guru dan siswa bertanya jawab dengan siswa tujuan
menulis. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah dalam menulis narasi yang
akan dilaksanakan oleh siswa.
Setelah mengetahui tujuan dan
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menulis narasi, selanjutnya adalah menentukan
topik. Dalam hal ini banyak muncul ide gagasan dari siswa seperti ”banjir, membuang
sampah sembarangan”. Kegiatan berikutnya siswa dipandu membuat kerangka
karangan. Kerangka karangan diambil dari inti-inti kegitan yang sesuai dengan
gambar yang dipajang di depan kelas. Guru memberikan arahan tentang kerangka
karangan.
Setelah guru mencontohkan cara
membuat kerangka karangan dengan tanya jawab dengan siswa, rumusan kerangka
karangan dirumuskan adalah (1) membuang sampah diselokan, (2) sampah dibawa
air, (3) sampah menumpuk disaatu tempat, (4) aliran air tertutup, (5) perkampungan
jadi kebanjiran. Selanjutnya guru bertanya jawab dengan siswa apa masih ada
yang belum dimengerti siswa. Semua siswa menjawab sudah mengerti. Kemudian guru
membagikan kertas double folio untuk membuat kerangka karangan. Setelah
dibagikan guru menugasi siswa membuat kerangka karangan sesuai dengan gambar
seri yang di pajang di depan kelas. Siswa membuat kerangka karangan sesuai
dengan urutan gambar seri.
2) Tahap penulisan
Setelah siswa siap membuat
kerangka karangan tahap selanjutnya adalah mengembangkan kerangka karangan
menjadi karangan utuh. Di sini guru juga mencontohkan cara mengembangkan
kerangka paragraf sehingga menjadi paragraf. Kemudian untuk pengembangkan
kerangka karangan yang lain diserahkan kepada siswa. Guru terus mengawasi dan
membimbing siswa dalam menuangkan idenya menjadi karangan utuh.
3) Tahap
pascapenulisan
Setelah pengembangan kerangka
karangan menjadi karangan narasi selesai, dilakukan kegiatan pascapenulisan.
Pada tahap ini siswa melakukan perevisian dan pengeditan. Pada tahap ini siswa
membaca karangan narasi yang telah dibuat untuk memperbaiki keterkaitan kalimat
antar paragraf dan keterkaitan antarkalimat dalam paragraf. Selain itu siswa
juga memperbaiki pemakaian huruf kapital, tanda baca, pemenggalan kata dan
penggunaan kata penghubung. Dalam perevisian dan pengeditan siswa menggaris
bawahi yang dianggap salah, kemudian menggantinya dengan yang betul di atas
kalimat/huruf kapital/tanda baca/pemenggalan kata/kata hubung yang dicoret.
Langkah selanjutnya siswa
menyalin kembali karangan yang sudah direvisi dan diedit. Sewaktu siswa
membacakan karangan, siswa yang lain menyimak. Untuk mencek menyimak atau
tidaknya siswa dapat diketahui dengan menanyakan poin-poin kecil yang terdapat
dalam karangan yang telah dibacakan. Tidak hanya itu, siswa juga menceritakan
kembali karangan yang sudah dibacakan temannya.
Pengamatan terhadap tindakan peningkatan keterampilan
menulis narasi dengan menggunakan gambar seri dilaksanakan untuk mendapatkan
informasi bagaimana respon siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran
siklus I. Pengamatan dilakukan dengan objektif dan sistematis. Pengamatan
dilakukan pada waktu pelaksanaan tindakan pembelajaran peningkatan keterampilan
menulis narasi di kelas empat. Dalam kegiatan ini peneliti berusaha mengenal
dan mengkombinasikan semua indikator dari proses hasil perubahan yang terjadi,
keseluruhan hasil pengamatan direkam dalam bentuk lembar pengamatan.
Keberhasilan tindakan diamati
selama dan sesudah tindakan dilaksanakan. Observer mengamati prilaku peneliti
dan prilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi. Aspek yang diamati keterlibatan siswa dan peneliti pada tahap
pra menulis, menulis, dan pasca menulis. Selama tindakan berlangsung aspek yang
diamati adalah: (1) kegiatan guru, (2) kegiatan siswa, (3) hasil karangan yang
diperoleh siswa pada siklus I.
Pada tahap prapenulisan,
sebagian besar sudah terlaksana sesuai dengan rencana, namun masih jauh dari
kesempurnaan. Kegiatan yang terlaksana adalah : ketika mengamati gambar hal
yang muncul diantaranya memajang gambar, mengamati gambar dan meminta komentar
tentang gambar dan semua deskriptor muncul.
Ketika menceritakan gambar
hanya dua deskriptor yang muncul yakni meminta siswa menceritakan gambar yang
dipajang dan menceritakan gambar secara klasikal, dua deskriptor tidak muncul
yakni meminta siswa menanggapi cerita temannya dan gambar yang dipajang dapat
dipahami sesuai dengan penjelasan.
Kegiatan menentukan topik
karangan juga muncul dua deskriptor yaitu menjelaskan cara merumuskan topik
karangan dan meminta pendapat siswa tentang perkiraan topik yang diajukan,
namun dua deskriptor juga tidak muncul yakni topik karangan yang diajukan belum
sesuai dengan gambar seri yang dijelaskan dan kurangnya memberikan penguatan.
Dalam merumuskan kerangka
karangan deskriptor yang muncul yaitu guru menjelaskan langkah-langkah membuat
kerangka karangan dan mengajak siswa secara bersama-sama menentukan kerangka
karangan. Skor yang diperoleh pada tahap prapenulisan adalah 10 deskriptor
muncul dari 16 skor maksimal, sehingga nilai yang diperoleh adalah 62,5%.
Pada tahap penulisan pelaksanaan
perencanaan kurang tercapai, artinya tingkat ketercapaian masih kurang hal ini
disebabkan oleh guru kurang membimbing siswa dalam menulis karangan narasi.
Siswa kesulitan mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan utuh. Deskriptor
yang muncul dalam mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan utuh hanya
muncul dua deskriptor dan dua deskriptor tidak muncul yakni kalimat karangan
kurangan siswa kurang diawasi dan guru juga kurang memberikan motivasi kepada
siswa.
Kegiatan menentukan judul
dengan dua deskriptor muncul yaitu membimbing siswa menentukan judul dan
meminta prediksi judul kepada siswa dan namun guru tidak memandu siswa dalam
merumuskan judul sehingga banyak judul siswa yang jauh dari gambar yang
dipajang. Skor diperoleh adalah 4 deskriptor muncul dari 8 skor maksimal dengan
hasil 50%.
Pada tahap pascapenulisan
tahap revisi dan pengeditan sudah sesuai dengan perencanaan dan sudah
terlaksana dengan baik. Setelah dilakukan perevisian dan pengeditan, siswa
menyalin kembali karangannya sesuai dengan saran yang diberikan guru. Pada saat
perbaikan dengan menata ulang kata dan kalimat guru terlihat meminta siswa
mencari huruf, kata dan kalimat yang keliru dalam penulisan serta mengganti
huruf, kata dan kalimat tersebut dengan yang benar.
Pada tahap pengeditan tiga
deskriptor muncul yaitu meminta siswa memperbaiki tulisan yang salah dan
membimbing siswa memperbaiki penulisan sesuai dengan gaya bahasa baku serta
meminta kembali siswa menyalin karangan yang telah direvisi. Satu deskriptor
tidak muncul yakni kurang memberikan pujian kepada siswa.
Ketika mempublikasikan
karangan 2 deskriptor muncul yakni meminta siswa membacakan tulisannya ke depan
kelas dan membimbing siswa membaca karangan dengan lafal dan intonasi yang
benar. Jumlah deskriptor muncul adalah 7 deskriptor dari 12 deskriptor maksimal.
Skor yang diperoleh adalah 58,3%. Skor keseluruhan adalah 21 dari 36 skor
maksimal, dengan jumlah adalah 58,33%
2)
Aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran
prapenulisan
Pada tahap prapenulisan, kegiatan
mengamati gambar adalah memajang gambar, mengamati gambar dan mengomentari
tentang gambar dan 1 deskriptor tidak muncul yakni persiapan dalam situasi belajar
sepenuhnya siap.
Ketika menceritakan gambar
hanya 2 deskriptor yang muncul yakni siswa menceritakan gambar yang dipajang
dan mendengarkan cerita guru tentang gambar secara klasikal, dua deskriptor
tidak muncul yakni siswa kurang menanggapi cerita temannya dan kurang memahami
gambar walaupun sudah dijelaskan.
Kegiatan menentukan topik
karangan juga muncul 2 deskriptor yaitu merumuskan topik karangan dan mengeluarkan
pendapat tentang perkiraan topik yang diajukan, namun 2 deskriptor juga tidak
muncul yakni topik karangan yang diajukan belum sesuai dengan gambar seri yang
dijelaskan dan kurangnya mendapatkan penguatan dari guru.
Dalam merumuskan kerangka
karangan deskriptor yang muncul yaitu membuat kerangka karangan dan secara
bersama-sama menentukan kerangka karangan. Namun kerangka karangan belum sesuai
dengan yang diharapkan dan kurang mendapatkan penjelasan lengkap tentang kerangka
karangan. Skor yang diperoleh adalah 9 dari 16 skor maksimal yaitu 56,52%
Pada tahap penulisan,
kemampuan siswa sudah baik. Kemampuan siswa dalam menyesuaikan ide/gagasan
dengan judul sudah terlihat. Deskriptor yang muncul muncul dua deskriptor dan
dua deskriptor tidak muncul yakni kalimat karangan kurangan kurang diawasi dan
kurang mendapat motivasi dari guru.
Kegiatan menentukan judul
dengan dua deskriptor muncul yaitu menentukan judul dan memprediksi judul dan
namun tidak dipandu dalam merumuskan judul sehingga banyak judul yang jauh dari
gambar yang dipajang. Jumlah Skor adalah 4 dari 8 deskriptor dengan jumlah 50%.
Tahap pascapenulisan siswa
diminta merevisi dan mengedit kembali karangan yang sudah dikerjakan. Setelah
dilakukan perevisian dan pengeditan, siswa menyalin kembali karangannya sesuai
dengan saran guru. Pada saat perbaikan dengan menata ulang kata dan kalimat, siswa
terlihat mencari huruf, kata dan kalimat yang keliru dalam penulisan serta
mengganti huruf, kata dan kalimat tersebut dengan yang benar, namun 2
deskriptor tidak tampak yakni siswa kurang memahami dalam melakukan perbaikan
terhadap karangan dan kurangnya motivasi untuk melakukan perbaikan terhadap
karangan.
Pada tahap pengeditan 1
deskriptor tidak muncul yakni kurang menadapat pujian dari guru. Ketika
mempublikasikan karangan 2 deskriptor tidak muncul yaitu kurang terarah dalam
membacakan hasil karangannya dan kurang bersemangat dalam membacakan
karangannya ke depan kelas. Skor yang diperoleh adalah 7 dari 12 skor maksimal
dengan jumlah 58,33%. Dengan total skor adalah 20 dari 36 skor maksimal dengan
jumlah 55,56%.
2. Siklus II
Penggunaan gambar seri dalam
pembelajaran menulis karangan narasi pada siklus II dilakukan setelah refleksi
dari siklus I. Dari hasil siklus I disusun perencanaan dan tindakan siklus II. Data
perencanaan dan tindakan dapat diuraikan sebagai berikut:
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II dilaksanakan dalam 6 jam pelajaran untuk dua kali pertemuan.
Berdasarkan perencanaan yang terurai di
atas, maka pelaksanaannya megikuti tahap penulisan dan langkah-langkah menulis
narasi dengan menggunakan gambar seri. Adapun tahap pelaksanaan pembelajaran
menulis karangan narasi tersebut adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan perencanaan
pembelajaran siklus II ini berlangsung 3 jam pelajaran, yang dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 28 Mei 2012. Pada pertemuan ini tahap yang dilaksanakan
adalah tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap pasca penulisan.
1. Tahap prapenulisan
Pada tahap awal pembelajaran
di awali dengan menyiapkan kondisi kelas, berdoa, mengabsensi siswa.
Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Pada langkah ini, siswa
diminta memperhatikan dan mengamati gambar seri yang dipajang di depan kelas,
gambar yang dipajang guru adalah gambar seri dengan tema peristiwa ”jatuh dari
sepeda”. Kemudian peneliti mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang gambar
mulai dari gambar pertama sampai gambar yang keempat.
Setelah guru meluruskan
persepsi siswa tentang gambar, guru bertanya jawab dengan siswa tentang
pengalaman yang mengesankan dan menjadi bekas pengalaman tersendiri bagi siswa.
Semua siswa menceritakan pengalamannya, siswa berebut menunjuk tangan, guru
memberikan aba-aba siapa yang duduknya paling rapi itu yang duluan menceritakan
pengalamannya. Siswa semangat mendengarkan pengaman temannya saat hari raya.
Setelah siswa menceritakan
pengalaman sesuai gambar seri yang dipajang di depan kelas, selanjutnya, guru
mengajukan pertanyaan tentang menulis karangan narasi. Kemudian guru
menjelaskan pengertian menulisan karangan narasi. Sementara siswa mendengarkan.
Selanjutnya guru bertanya jawab dengan siswa tentang tujuan dari menulis
karangan narasi, dan langkah-langkah menulis karangan narasi.
Setelah bertanya jawab dengan
siswa tentang langkah-langkah dalam menulis karangan narasi, guru bertanya
kepada siswa apakah ada yang kurang jelas dan yang mau ditanyakan. Siswa
menjawab semua sudah jelas. Kemudian peneliti membagikan kertas double folio.
langkah selanjutnya adalah membuat kerangka karangan. Dalam pembuatan kerangka
karangan guru mencontohkannya dengan bertanya jawab dengan siswa.
Setelah guru mencontohkan
kerangka karangan, guru menjelaskan cara mencari kata kunci yang sesuai dengan
kerangka karangan, siswa mendengarkan penjelasan guru. Selanjutnya, guru
menugasi siswa membuat kerangka karangan sesuai dengan pengalaman menyedihkan
dengan tema peristiwa sesuai dengan gambar yang dibagikan guru.
2. Tahap penulisan
Setelah siswa selesai membuat
kerangka karangan, guru menugasi siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi
karangan utuh berdasarkan urutan waktu. Dalam menulis karangannya, guru
membimbing siswa. Siswapun melaksanakan dengan seksama, tidak ada siswa yang
meribut.
3. Tahap pascapenulisan
Setelah karangan siswa
selesai, guru menugasi siswa membaca kembali hasil karangannya. Apakah sudah
sesuai atau belum. Siswa membaca karangan dengan seksama.
Kemudian guru membimbing siswa
melakukan revisi terhadap isi karangannya apakah sudah sesuai dengan kerangka
karangan dan urutan waktunya sudah jelas. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mana yang kurang dipahaminya. Selanjutnya adalah
pengeditan terhadap karangan yaitu tentang EYD, tanda baca, dan alinea.
Selanjutnya adalah peneliti
menugasi siswa membacakan karangannya ke depan kelas secara bergiliran. Siswa
yang lain mendengarkan temannya membacakan hasil karangan temannya. Setelah
selesai membacakan karangannya, siswa yang menyimak diberi kesempatan untuk
menanyakan kepada temannya tentang karangannya yang dibacakan tadi. Kemudian
guru memberikan beberapa buah pertanyaan kepada siswa yang menyimak untuk
mengetahui apakah siswa tersebut menyimak atau tidak. Umumnya semua pertanyaan
yang diajukan guru dapat dijawab oleh siswa. Hal ini membuktikan siswa menyimak
saat temannya membacakan karangan di depan kelas. Setelah siswa membacakan
karangan ke depan kelas satu persatu. Guru memberikan rewad kepada siswa yang
hasil karangan terbaik berupa coklat.
Pengamatan
Pada tahap ini yang dilakukan
oleh observer yang merupakan guru kelas V SDN No. 39 Tanjung Aur. Pengamatan
tindakan proses pembelajaran dilaksanakan untuk mendapatkan informasi tentang
pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus II. Untuk
mengamati aktivitas guru praktisi dan aktivitas siswa dilakukan oleh obsever
dengan menggunakan lembar observasi.
Pada tahap ini kegiatan yang
dilakukan obsever adalah mengamati jalanya proses pembelajaran menulis karangan
narasi dengan menggunakan gambar seri. Aspek yang diamati adalah:
1)
Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
Berdasarkan lembar aktivitas
guru dalam kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan gambar
seri siklus II, yang diisi oleh obsever ditemukan informasi dari aspek guru.
Dari aspek guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II secara umum
berlangsung sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dimana guru
sudah melaksanakan seluruh point-point yang terdapat dalam format pencatatan
lapangan dari aspek guru. Peneliti selaku guru telah berhasil memberikan
bimbingan kepada siswa untuk mencurahkan sendiri pengalamannya ke dalam kertas.
Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan oleh observer penelitian terhadap aspek guru jumlah skor yang diperoleh pada siklus I
adalah 80,56.
Guru sudah berupaya memahami dan
menerapkan RPP yang sudah dibuat, dari hasil pengamatan ini pelaksanaannya
sudah mengalami peningkatan. Guru praktisi memiliki pengalaman pada siklus I.
Oleh karena itu kekurangan-kekurangan pada siklus I dapat diatasi. Guru sudah
mampu menggunakan waktu sebaik-baiknya.
a)
tahap prapenulisan
Pada tahap prapenulisan,
sebagian besar sudah terlaksana sesuai perencanaan. Dalam menyiapkan kondisi
kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, membangkitkan skemata siswa dengan
menceritakan gambar seri yang dipajang di depan kelas, menceritakan pengalaman tentang
peristiwa dan membuat kerangka karangan sudah terlaksana dengan baik. Dalam
menceritakan gambar seri yang diacak dan menyusunnya, siswa sudah mulai
teratur. Guru sudah menjelaskan cara mencari kata kunci yang sesuai dengan
kerangka karangan. Media yang digunakan adalah gambar seri yang dipajang di
depan kelas dan ada juga yang dibagikan pada masing-masing siswa. Media yang
digunakan sangat jelas dan menarik. Sehingga
siswa dapat mengingat kembali pengalamannya saat melihat gambar seri
yang ditampilkan.
b) tahap penulisan
Pada tahap penulisan
pelaksanaan perencanaan sudah terlaksana dengan baik. Guru membimbing siswa
saat menulis karangan narasi. Dalam mengarang siswa sudah langsung menulis
tidak ada lagi siswa yang masih ragu-ragu dalam menulis karangan. Siswa tidak
kesilitan lagi dalam mencari ide. Siswa sudah bisa mengembangkan idenya sesuai
dengan judul karanganya.
c) tahap pascapenulisan
Pada tahap pascapenulisan,
guru sudah melaksanakan dengan baik. Guru membimbing siswa saat melakukan perevisian
dan pengeditan karangannya. Setelah diperiksa karangan dengan mengeditnya diperbaiki
ke dalam bentuk karangan yang siap dipublikan. Setelah diperbaiki kemudian dibacakan
ke depan kelas. Dalam membacakan ke depan kelas siswa menunggu giliran
masing-masing. Dan siswa yang lain mendengarkan temannya membacakan hasil
karanganya. Siswa membacakan karangannya dengan lafal, intonasi dan kenyaringan
suara sudah tepat.
2)
Aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran
Dari aspek siswa ditemukan
informasi, bahwa siswa juga sudah melaksanakan seluruh poin-poin yang terdapat
dalam format pencatatan lapangan. Dan berdasarkan hasil observasi dari aspek
siswa. Siswa bersemangat dalam melaksanakan menulis karangan narasi, siswa
terlihat aktif menjawab pertanyaan guru. Dan
siswa dapat menulis karangan narasi dengan baik. Mengenai hasil lembar pengamatan
dari aspek siswa pada siklus I adalah 83,33.
a)
tahap prapenulisan
Pada tahap prapenulisan,
keterlibatan siswa dalam menceritakan gambar seri yang diacak dan mengurutkan
gambar seri sesuai dengan peristiwa sudah terlaksana dengan baik. Siswa aktif
dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa sudah memahami cara
mencari kata kunci dalam membuat kerangka karangan. Sudah dapat merincikan
kegiatan yang dilaksanakan selama mengamati gambar seri yang menjadi peristiwa
yang pernah dialami oleh sebahagian siswa.
b)
tahap penulisan
Pada tahap penulisan siswa,
dalam mencari ide siswa tidak kesulitan lagi. Kalimat dan gaya yang digunakan
sudah bervariasi, sehingga enak dibaca. Struktur kalimat yang digunakan mudah
dipahami. Karangan siswa terlihat rapi dan bersih.
c)
tahap pascapenulisan
Tahap pascapenulisan merupakan
tahap akhir dari tahap penulisan karangan, tahap perevisian dan pengeditan
sudah terlaksanan dengan baik. Pada tahap publikasi semua siswa sangat antusias
ingin membacakan hasil karangannya ke depan kelas. Siswa dengan sabar menunggu
giliran untuk membacakan hasil karangannya ke depan kelas. Siswa membacakan
karangan dengan lafal, intonasi dan suara yang nyaring. Dalam membacakan karangan
ke depan kelas siswa tidak tergesa-gesa.
Dari lembaran pengamatan
aktivitas guru dan siswa dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan proses
pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan gambar seri sudah
sesuai dengan RPP yang disusun. Ini didasarkan pada lembaran pengamatan siswa,
bahwa dari 36 deskriptor muncul sebanyak 30 deskriptor, sehingga skor kegiatan
siswa meningkat menjadi 83,33%.
Dari nilai yang diperoleh
siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menulis karangan narasi dengan menggunakan gambar seri pada tahap
prapenulisan pada siklus II telah terlaksana dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan.
Dari pengolahan nilai, didapatkan rata-rata
nilai proses menulis karangan narasi dengan menggunakan gambar seri pada tahap
pascapenulisan yang dicapai oleh siswa adalah 81,3% semua siswa tuntas 15 orang. Penilain hasil menulis
karangan narasi dengan menggunakan gambar seri pada siklus II ini mencapai
rata-rata 81,3 dari 20 orang siswa 15 orang siswa ketuntasan (75%) dan yang
belum memenuhi standar ketuntasan (25%) 5 orang.
Dari pengamatan dapat
disimpulkan bahwa nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 66,7. Ketuntasan nilai
belajar yang diharapkan sudah mencapai target. Ketuntasan yang diperoleh 84%
sedangkan ketuntasan minimal adalah 70%.
Dari nilai yang diperoleh siswa dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menulis karangan narasi
dengan menggunakan gambar seri pada tahap pascapenulisan pada siklus II telah
terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan nilai yang
diperoleh siswa dari penilaian proses dan hasil, rata-rata hasil nilai menulis
karangan narasi siswa dengan menggunakan gambar seri adalah 81,3.
PEMBAHASAN
Pada siklus I tahap pramenulis
hasil penelitian proses pembelajaran menulis karangan narasi dengan
mengggunakan gambar seri di kelas IV SDN No. 39 Tanjung Aur Kecamatan Koto
Tangah Kota Padang, tergambar bahwa pelaksanaan pembelajaran telah sesuai
dengan perencanaan (RPP). Pada tahap prapenulisan hanya 10 deskriptor yang
muncul dari 16 skor maksimal, jumlah skor diperoleh adalah 62,5%. Nilai
rata-rata yang diperoleh siswa pada pertemuan I pada tahap prapenulisan 60,83.
Persentase ketuntasan yang dicapai 60%, sedangkan ketuntas yang harus
dicapai 70%. Untuk mengatasi kelemahan pada tahap prapenulisan ini guru
memperbaiki pada perencanaan dan pelaksanaan disesuaikan dengan rencana yang
dirumuskan, sehingga di dapat karangan narasi yang sesuai dengan perumusan
karangka karangan yang telah dijabarkan menjadi paragraf dan karangan utuh.
Pada tahap penulisan penilaian
dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Dalam penelitian ini
dilakukan penilaian proses dan penilaian hasil. Pada penilaian proses
pembelajaran dilakukan pada tahap penulisan. Sedangkan penilaian hasil
dilakukan saat penulisan yaitu hasil dari karangan siswa. Nilai rata-rata yang
diperoleh siswa pada tahap penulisan adalah 59,58. Persentase ketuntasan
belajar siswa hanya 65%.
Sedangkan skor yang diperoleh
hanya 4 dari 8 skor maksimal dengan hasil 50%. Pada tahap pasca penulisan nilai
yang diperoleh siswa akan dapat dilihat
ketuntasan belajar yang telah dicapai siswa selama proses pembelajaran.
Ketuntasan belajar merupakan suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar
siswa menguasai tujuan tertentu secara tuntas. Pada tahap pascapenulisan
rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 59,98. Persentase ketuntasan
belajar siswa 65%. Skor pengamatan 7 deskriptor muncul dari 12 skor maksimal
dengan hasil 58,3%. Sedangkan skor keseluruhan adalah 21 dari 36 skor maksimal
dengan hasil 58,33%.
Pada siklus I kemampuan siswa
menulis narasi belum tuntas, hal tersebut dapat dilihat dari nilai yang
diperoleh siswa. Penguasaan tujuan dapat dikatakan tuntas apabila 75% dari jumlah siswa telah menguasai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, dari 75% jumlah siswa yang tuntas menguasai
sekurang-kurangnya 70% tujuan yang telah ditetapkan. Rekapitulais nilai menulis
karangan narasi dengan menggunakan gambar seri yang diperoleh siswa baik dari
penilaian hasil rata-ratanya adalah 63,6 dengan persentase 64%. Jadi pada
siklus I target ketuntasan belum tercapai.
Pada siklus II hasil nilai
siswa sudah mencapai nilai ketuntasan. Pada tahap prapenulisan nilai rata-rata
nilai yang diperoleh siswa 75,4 dengan persentase ketuntasan 75%. Pada tahap
penulisan rata-rata nilai siswa 83,3, sedangkan persentase ketuntasan yang
diperoleh 83%, dan pada tahap pascapenulisan, rata-rata nilai siswa adalah 91,7,
dengan ketuntasan 92%. Pembahasannya yang akan dijabarkan didasarkan pada teori
yang berkaitan dengan tahap pelaksanaan gambar seri pada tahap prapenulisan,
penulisan, dan pascapenulisan.
Pada tahap prapenulisan
kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan kondisi kelas untuk belajar dengan
mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan berupa media, mengatur tempat
duduk siswa. Lalu berdoa bersama sesuai dengan ajaran agama masing-masing
siswa. Kemudian mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya menyiapkan siswa untuk
belajar dengan cara menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa akan terfokus
pada tujuan pembelajaran tersebut.
Pada tahap prapenulisan ini,
penulis membangkitkan skemata siswa. Hal ini penting dilakukan karena pengetahuan
dibangun berdasarkan pengetahuan awal. Hal ini sesuai dengan pandangan awal
siswa membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dimiliki siswa. Pengetahuan
awal yang telah dimiliki siswa sangat berpengaruh pada pemerolehan hasil
belajar.
Pengaktifan pengetahuan awal
siswa pada siklus I dilakukan dengan cara mengamati gambar seri yang
dipajangkan di depan kelas. Dari gambar yang diamati peneliti bertanya jawab
dengan siswa tentang gambar. Sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Selanjutnya siswa juga menceritakan pengalamannya dengan bahasa sendiri
berdasarkan urutan kejadiannya. Dalam menceritakan pengalamannya siswa masih
malu-malu. Hal ini disebabkan siswa kurang berani tampil ke depan kelas.
Pada siklus II siswa juga menceritakan
pengalamannya dengan bahasa sendiri berdasarkan urutan kejadiannya. Siswa sangat antusias saat menceritakan
pengalaman sesuai peristiwa yang terdapat dalam gambar seri. Tidak ada lagi
siswa yang malu-malu. Siswa menunggu giliran dengan sabar untuk menceritakan
pengalamannya sesuai dengan gambar seri.
Dari cerita siswa tentang
pengalamannya yang diurutkan berdasarkan urutan waktu gambar seri, kemudian
bertanya jawab tentang tujuan dan langkah-langkah dari menulis karangan narasi.
Dari jawaban-jawaban yang diberikan siswa tersebut, siswa dapat menyebutkan
tujuan dan langkah-langkah menulis karangan narasi. Kemudian peneliti
meluruskan pendapat siswa tentang tujuan dan langkah-langkah menulis karangan
narasi.
Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa memperoleh pengetahuan siswa diminta menyusun kerangka
karangan. Kerangka karangan yang dibuat sesuai dengan pengalaman siswa. Selain
itu juga kerangka karangan yang buat sesuai dengan urutan waktunya. Dalam
menyususun kerangka karangan siswa kesulitan dalam mencari kata kunci yang
sesuai dengan kerangka karangannya.
Tahap penulisan siswa
mengembangkan gagasan pokok dan detail penjelasananya dalam bentuk kalimat, dan
paragraf sehingga menjadi sebuah karangan utuh. Setelah siswa membuat kerangka
karangan sesuai dengan urutan waktu, penulis menugasi siswa mengembangkan
kerangka karangan menjadi karangan utuh berdasarkan kerangka karangan yang
telah dibuat siswa. Karangan dikembangkan dengan mengembangkan gagasan pokok
secara rinci sehinggga menjadi sebuah kerangan utuh. Gagasan-gagasan pokok
dirinci dengan menjadi kalimat-kalimat. Dari kalimat-kalimat disusun menjadi
sebuah paragraf dan dari paragraf dapat sebuah wacana (karangan utuh). Pada
saat siswa mengarang penulis membimbing siswa baik secara klasikal atau secara
individu, sehingga siswa benar-benar dapat dilihat kekurangan-kekurangan dalam
menulis karangan.
Karangan yang sudat dibuat direvisi
dan diedit. Setelah direvisi dan diedit karangannya, peneliti menugasi siswa membacakan
karangannya ke depan kelas sebagai bentuk publikasi. Proses perevisian yang
perlu diperhatikan yaitu stuktur karangan yang berupa ide/gagasan,
sedangkan tahap revisi yang diperhatikan
adalah mekanisme karangan ynag meliputi
ejaan dan tanda baca. Karangan yang sudah direvisi dan diedit kemudian diperbaiki
sesuai dengan hasil revisi.
Setelah karangan diperbaiki,
siswa membacakan hasil karangan di depan kelas. Dalam membacakan hasil karangan
siswa ke depan kelas pada siklus I siswa
kurang berani dalam membacakan karangannya. Pada siklus II dalam membacakan
hasil karangan ke dapan kelas siswa
sudah berani membacakan dengan lafal, intonasi yang tepat dan suara yang
nyaring. Selanjutnya siswa menyimpulkan pelajaran di bawah bimbingan penulis.
KESIMPULAN
Permasalahan yang dihadapi
siswa sewaktu pembelajaran menulis karangan narasi adalah sulitnya siswa
mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan,
karangan yang dihasilkan belum tertata dengan baik, antara topik dengan isi
karangan belum sesuai, belum ada keterpaduan antar kalimat, belum ada koherensi
antar paragraph, belum menggunakan tanda baca yang tepat, upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan gambar seri. Penggunaan
gambar seri terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi,
karena pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan gambar seri, sehingga
pembelajaran hidup dan bergairah.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada kedua
siklus dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan gambar seri dapat meningkatkan
keterampilan menulis narasi siswa. Secara khusus disajikan kesimpulan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tahap prapenulisan merupakan
awal dari kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi. Ide atau gagasan siswa
dapat digali pada langkah pengaktifan pengetahuan awal dengan memajangkan
gambar seri serta memberikan acuan-acuan pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa, dengan demikian siswa mampu menuliskan ide-idenya sesuai gambar yang
dipajang guru di depan kelas berdasarkan pengalaman mereka masing.
Kemampuan siswa dalam menulis
karangan narasi bisa ditingkatkan pada tahap pemahaman pengetahuan dengan
memberikan contoh cara mengembangkan kerangka karangan menjadi paragraf yang memuat karangan narasi, sehingga siswa
dapat menuangkan pengalamannya dalam bentuk karangan narasi.
Pembelajaran menulis karangan
narasi pada tahap penulisan merupakan tahap pengeditan, revisi dan publikasi.
Pada tahap perevisi dan pengeditan
dilakukan di bawah bimbingan penulis. Tahap publikasi dilakukan dengan menugasi
siswa membacakan karangan siswa ke depan
kelas dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Siswa mampu memperluas
pengetahuan awalnya setelah mengikuti pebelajaran dan mengaplikasikannya dengan
mengedit karangan temannya sesuai dengan pengetahuan baru yang mereka peroleh,
sehingga mampu menulis karangan narasi dengan baik.
SARAN
Pada tahap prapenulisan
menulis karangan narasi dengan menggunakan gambar seri diharapkan agar guru
dapat membangkitkan skemata siswa dan mengaitkan skemata siswa tersebut dengan
pengalaman siswa. Pengalaman siswa merupakan pengetahuan awal yang telah
dimiliki siswa. Dengan adanya pengetahuan awal maka proses pembelajaran akan
mudah dilaksanakan dengan baik.
Pada tahap penulisan menulis
karangan narasi dengan menggunakan gambar seri penulis sarankan agar guru dapat
membimbing siswa dalam mencari ide, mengembangkan ide sehinggga menjadi
karangan utuh.
Pada tahap pascapenulisan
menulis karangan narasi dengan menggunakan gambar seri hendaknya guru
membimbing siswa dalam melakukan revisi,
pengeditan dan publikasi. Pada tahap publikasi siswa dapat membacakan karangan
narasi dengan lafal, intonasi, dan suara yang jelas.
DAFTAR RUJUKAN
Azhar. 2001. Media
Pembelajaran. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
---------- 2003. Media
Pembelajaran. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Gunansyah,(2006) http://www.gunansyah.web.id/4r/2006/09/13/sama-sama-belajar-menulis-karya-tulis-ilmiah/
Muri Yusuf.2007. Metodologi Penelitian. Padang. UNP Press
Nana. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung
: Sinar Baru Algensindo Offset.
Saleh. 2006. Pembelajaran
Bahasa Indonesia yang Efektif Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
_______ 2004. Keterampilan Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar