Senin, 17 Desember 2012

Audio fisual dalam belajar IPA

I. PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik di sekolah dasar (SD), pembelajaran tersebut berhubungan dengan  cara mencari tahu tentang alam secara teoritis, pembelajaran IPA tersebut didapat dengan proses penemuan melalui observasi, eksperimen, penyusunan teori, dan menarik suatu kesimpulan. Sesuai dengan penjelasan Abdullah (2003:18) mengungkapkan pengertian IPA adalah "suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain."
Selain itu IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis sehingga IPA tidak hanya menguasai keterampilan, pengetahuan yang berupa fakta-fakta dan konsep tetapi merupakan suatu proses penemuan, sesuai dengan yang dijelaskan Depdiknas (2004:3) tentang pembelajaran IPA adalah "IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan keterampilan, pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan".
Pembelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kemajuan zaman, pembelajaran dan pengembangan potensi sumberdaya manusia dalam memasuki dunia tekhnologi, termasuk tekhnologi informasi pada era globalisasi, menurut Sismanto (diakses 12 Februari 2012)  pembelajaran IPA merupakan "salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dunia dengan memasuki era teknologi informasi".
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan penjabaran konsep-konsep IPA, sehingga peserta didik dapat menyesuaikan diri dan menanggapi serta menganalisa isu-isu yang terjadi baik lokal, nasional, kawasan maupun dunia, sosial, ekonomi, lingkungan serta etika secara kritis perkembangan IPA dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan IPA dan dampaknya melalui tekhnologi dalam eraglobalisasi, seperti yang dijelaskan Bentley (dalam Sismanto, diakses 12 Februari 2012) Konsep pembelajaran IPA mengandung "aspek yang berhubungan dengan pengetahuan untuk dapat menanggapi isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika serta menilai secara kritis perkembangan dalam IPA dan teknologi serta dampaknya".
Salah satu caranya adalah guru harus mampu dan terampil dalam memanfaatkan sumber-sumber belajar dan media pembelajaran yang efektif dan efesien yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal ini dipertegas oleh Azhar (2006:2) bahwa "Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah dapat lebih dinamis dan akan mencapai sasaran yang diinginkan jika ditambahkan alat bantu dan media, karena dengan penggunaan alat bantu atau media tersebut dapat menjadikan peserta didik lebih memahami pelajaran".
Media adalah alat yang berperan menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Azhar, 2006:3). Sedangkan media pembelajaran menurut Ilam (2008:1) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses belajar, yang pada akhirnya mampu mengantarkan peserta didik dalam penyampaian tujuan pembelajaran. Syahyenni (2008:8) menambahkan bahwa yang dikatakan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mengantarkan pesan dari pengirim (guru) ke penerima (peserta didik) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat peserta didik dalam proses pembelajaran, seperti media audio, media visual, media audio visual, media komputer dan lain-lain.
Sejalan dengan pendapat di atas, Wiryawan (dalam Mulyani, 1999:183) menjelaskan bahwa jenis media pembelajaran meliputi: 1) Media audio, yaitu jenis media yang dapat didengar, contoh cassette tape recorder dan radio, 2) media visual, yaitu media yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan, contoh media gambar dalam (still pictures) dan media grafis, media papan, dan media dengan proyeksi, 3) benda asli dan orang, yaitu benda yang sebenarnya, contohnya adalah diorama, museum, dan dikunjungi manusia sumber, dan 4) media audio visual, yaitu media yang tidak hanya dapat dipandang tetapi juga dapat didengar, contohnya televisi, film, dan video. Seorang guru harus jeli dalam memilih jenis media yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik, karena pada saat sekarang ini sudah tersedia berbagai macam jenis media pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses pembelajaran, penggunaan media tidak mungkin diabaikan karena pesan pembelajaran akan lebih bermakna bagi peserta didik apabila disertai dengan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik.
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat dipelajari dengan media. Pembelajaran IPA akan lebih tepat dan lebih efektif penyampaiannya apabila menggunakan media audio visual. Alasannya adalah dalam mempelajari materi dalam pembelajaran, peserta didik sedapat mungkin melihat secara langsung, jelas dan nyata obyek yang dipelajari agar materi yang mereka dapatkan lebih bermakna dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik akan lebih memahami dan mengerti isi dari pesan pembelajaran apabila mereka mengalaminya dalam kehidupan nyata. Peserta didik bukan lagi hanya membayangkan materi tersebut berdasarkan apa yang disampaikan guru atau melihat hanya gambarnya saja, yang akhirnya membuat peserta didik dengan kemampuan terbatas dalam menyerap pelajaran kesulitan dalam memahami dan menghubungkannya dalam kehidupan nyata.
Azhar (2006:3) menyatakan bahwa media audio visual adalah suatu alat yang mengandung pesan dalam bentuk auditif dan visualitatif (dapat didengar dan dilihat) dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar. Media audio visual seperti film atau video akan memudahkan peserta didik di sekolah dasar dalam menyerap materi pelajaran IPA yang diberikan oleh guru. Peserta didik lebih termotivasi jika pelajaran yang diberikan membawa peserta didik ke dunia nyata dan konkrit sesuai dengan perkembangan kematangan peserta didik usia sekolah dasar. Senada dengan hal tersebut, Piaget (dalam Muchtar, 1997:20) menjelaskan bahwa pada saat seorang anak berusia 7-12 tahun, mereka mengembangkan konsep dengan benda-benda konkrit untuk menyelidiki hubungan dan model-model media abstrak (tahap operasional konkrit). Dimana pada tahap ini, peserta didik harus melihat atau mengalami sendiri hal tersebut agar peserta didik dapat memahami pelajaran atau menjadi keterampilan dan pegangan bagi peserta didik di masa yang akan datang.
Dilihat lebih jauh lagi pada era globalisasi saat ini, menonton bagi usia anak-anak, baik melalui televisi atau kaset CD sudah merupakan suatu kebutuhan dan sangat dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Mereka pun lebih mengerti, memahami, dan bisa cepat menirukan apa pesan yang disampaikan atau yang dilihatnya melalui televisi atau CD dari pada apa yang disampaikan guru di sekolah maupun orang tua mereka di rumah. Oleh sebab itu, guru harus jeli melihat peluang ini dengan memanfaatkan televisi atau VCD sebagai media pembelajaran dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan pengalaman penulis di SD Negeri 16 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang bahwa peserta didik kurang termotivasi dalam belajar, sehingga mereka kadang keluar masuk kelas, dan mengganggu teman sewaktu pembelajaran sedang berlangsung dalam proses pembelajaran karena pendidik jarang menggunakan media yang sesuai dalam pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik termasuk media audio visual dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran kurang sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil evaluasi ulangan harian (UH) peserta didik di kelas VI SD Negeri 16 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang belum mencapai ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan melalui kurikulum KTSP yaitu 70 untuk bidang studi IPA.
Tabel Hasil Evaluasi Ulangan Harian (UH)

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: "Meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik dengan menggunakan media audio visual di kelas VI SD Negeri 16 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang".
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
a.    Bagaimanakah perencanaan peningkatan hasil belajar IPA peserta didik dengan menggunakan media audio visual di kelas VI SD Negeri 16 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang?
b.    Bagaimanakah pelaksanaan peningkatan hasil belajar IPA peserta didik dengan menggunakan media audio visual di kelas VI SD Negeri 16 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang?
c.    Bagaimana meningkatan hasil belajar IPA peserta didik dengan menggunakan media audio visual di kelas VI SD Negeri 16 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan ini bertujuan untuk mendekripsikan :
a.    Perencanaan peningkatan hasil belajar IPA peserta didik dengan menggunakan media audio visual di kelas VI SD Negeri 16 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang
b.    Pelaksanaan peningkatan hasil belajar IPA peserta didik dengan menggunakan media audio visual di kelas VI SD Negeri 16 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang
c.    Meningkatan hasil belajar IPA peserta didik dengan menggunakan media audio visual di kelas VI SD Negeri 16 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang.
D.    Manfaat Penulisan
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.    Bagi Kepala Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam memberi bimbingan untuk peningkatan hasil belajar IPA terhadap guru di SD Negeri 16 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo.
2.    Bagi guru
Menambah wawasan guru tentang manfaat dan cara penggunaan media audio visual dalam pembelajaran IPA.
3.    Bagi peneliti
Mengadakan inovasi pembelajaran dengan media audio visual dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran yang berkwalitas.







Minggu, 09 Desember 2012

Tata Surya
Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri dari matahari, planet,dan benda langit lainnya. Planet dan benda-benda langit lainnya secara teratur mengelilingi matahari sebagai pusatnya. Gambar 10.2 Tata surya terdiri dari matahari dan planet-planet yang mengelilinginya
1. Matahari sebagai Pusat Tata Surya
Setiap hari kita melihat matahari terbit dan tenggelam. Cahaya yang dipancarkannya memberikan penerangan bagi bumi dan alam semesta ini. Mengapa matahari dapat bersinar? Dari manakah sinar yang dipancarkannya? matahari merupakan sebuah bintang yang paling dekat dengan bumi. Bintang
merupakan benda langit yang dapat menghasilkan cahaya sendiri. Oleh karena letaknya yang dekat dengan bumi, cahaya matahari tampak lebih terang dan ukurannya tampak lebih besar dibandingkan dengan berjuta-juta bintang lainnya. matahari memancarkan cahaya dan panasnya karena pada inti matahari terjadi
reaksi fusi yang menghasilkan energi yang sangat besar. Suhu inti matahari ± 15 juta °C dan suhu di permukaan kurang lebih 6.000 °C. Panas yang dipancarkan matahari merupakan sumber energi utama di bumi. Dapatkah kamu menyebutkan manfaat matahari bagi makhluk hidup di bumi? Jika dibandingkan dengan bumi, ukuran matahari sangat besar. matahari bentuknya menyerupai bola gas dengan diameter ±1,4 juta kilometer. Volume matahari hampir 1 juta kali volume bumi. Dengan ukuran matahari yang sangat besar
seperti dijelaskan di atas, maka matahari memiliki gaya gravitasi yang sangat besar.
Dengan gaya gravitasi tersebut terjadi gaya tarikmenarik antara matahari dengan planet-planet
dan benda langit lainnya. Hal ini yang menyebabkan planet-planet dan benda langit lainnya selalu beredar mengelilingi matahari.

Ahli astronomi Nicolaus Copernicus dari Polandia
menyatakan bahwa yang menjadi pusat tata surya adalah
matahari, bukan bumi.
2. Planet
Berbeda halnya dengan matahari, planet tidak dapat bercahaya. Planet
termasuk benda langit yang selalu berputar pada orbitnya dalam mengelilingi
matahari sebagai pusatnya. Planet berputar pada masing-masing garis edarnya.
Garis edar planet disebut orbit.
Sumber: Ensiklopedia Iptek
Tata Surya 111
Sampai saat ini planet yang ditemukan dalam tata surya ada delapan buah
planet, yaitu Merkurius, Venus, bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Neptunus, dan
Uranus. Berdasarkan letak planet terhadap bumi, planet dikelompokkan menjadi
planet dalam dan planet luar. Planet dalam terdiri terdiri dari Merkurius dan Venus
karena kedua planet ini berada di dalam orbit bumi. Sedangkan Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus disebut planet luar karena berada di luar orbit
bumi.
a. Merkurius
Merkurius adalah planet yang paling dekat
dengan matahari dengan jarak ± 58 juta
kilometer. Karena jaraknya yang dekat dengan
matahari serta tidak memiliki atmosfer, suhu
permukaan Merkurius pada siang hari kurang
lebih 340 °C, sedangkan pada malam hari turun
hingga minus 200 °C.
Permukaan Merkurius pertama kali
dipotret dari pesawat ruang angkasa Marinir
10 pada tahun 1974. Berdasarkan hasil
pemotretan tersebut pada permukaan Merkurius banyak terdapat kawah.
Merkurius merupakan planet kecil dengan diameter kurang lebih 4.879 km.
Merkurius mendapat julukan bintang fajar atau bintang senja karena kadangkadang
terlihat menjelang matahari terbit atau beberapa saat setelah matahari
terbenam.
b. Venus
Venus adalah planet kedua dari matahari.
Jarak Venus dari matahari kurang lebih 108
juta km. Planet Venus merupakan planet
terdekat dengan bumi. Oleh karena itu, Venus
tampak paling jelas dari bumi. Pada pagi hari,
Venus terlihat jelas seperti bintang di ufuk timur,
sehingga banyak orang menyebutnya Bintang
Timur, Bintang Barat, Bintang Malam, Bintang
Pagi atau Bintang Kejora.
Venus memiliki atmosfer yang terdiri atas gas, kabut tebal berupa uap
asam dan debu sehingga permukaannya sulit diamati. Foto-foto yang
didapatkan oleh pesawat ruang angkasa milik Uni soviet, Venera-9 dan
Venera-10, memperlihatkan permukaan venus terdiri dari batu dan suhu
permukaannya kurang lebih 500 °C. keadaan atmosfer Venus yang panas
ini disebabkan oleh kandungan gas karbon dioksida yang sangat tinggi
sehingga menghasilkan efek rumah kaca. Ukuran Venus hampir sebesar
bumi dengan diameter kurang lebih 12.104 km.
Gambar 10.4 Merkurius
Gambar 10.5 Venus
Sumber: Ensiklopedia Iptek
Sumber: Ensiklopedia Iptek
112 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas VI SD/MI
c. Bumi
bumi adalah planet ketiga pada tata surya denga jarak dari matahari
kurang lebih 150 juta km. bumi yang kita tempati ini memiliki faktor-faktor
pendukung bagi kehidupan makhluk hidup sebagai berikut.
1) bumi cukup menerima sinar matahari sehingga suhu permukaan bumi
berkisar 22°C. Dengan suhu tersebut memungkinkan makhluk hidup
melakukan proses kehidupannya. Karena suhu tersebut tidak terlalu
dingin atau tidak terlalu panas.
2) bumi mempunyai atmosfer yang mengandung
oksigen. Atmosfer ini melindungi
bumi dari jatuhnya benda langit yang lain.
Selain itu, atmosfer yang menyelimuti bumi
berperan menahan panas dan cahaya
matahari yang berlebihan dan
membahayakan, seperti sinar ultraviolet.
3) Permukaan bumi terdiri dari daratan dan
perairan. Perairan di bumi lebih luas dari
pada daratannya. Dengan demikian dapat
menyediakan air sebagai sumber
kehidupan.
bumi merupakan planet ke lima terbesar dari sembilan planet lainnya.
Diameter bumi kurang lebih 12.756 km. Orbit bumi berbentuk elips. bumi
memiliki satu satelit, yaitu Bulan. Di kelas 5 kalian tentunya telah belajar
mengenai struktur bumi. Masih ingatkah kalian lapisan penyusun bumi?
d. Mars
Planet keempat ini berukuran kecil,
diameternya hanya berukuran kurang lebih
6.800 km. Atmosfer yang menyelimuti Mars
sangat tipis sehingga permukaan Mars dapat
diamati dari bumi dengan menggunakan
teropong. Mars adalah planet yang berwarna
merah.
Pesawat ruang angkasa Viking I dan
Viking II milik Amerika Serikat berhasil
mengamati permukaan Mars. Permukaan
Mars berupa ribuan kawah, lembah-lembah
besar dan gunung berapi. Kawah Olympus Mars yang berdiameter kurang
lebih 700 km dan tinggi 25 km merupakan kawah terbesar di tata surya.
Pada siang hari suhu permukaan Mars sekitar 20 °C sedangkan pada malam
hari suhu sekitar minus 70 °C. Planet Mars memiliki dua satelit, yaitu Phobos
dan Deimos.
Gambar 10.6 bumi
Gambar 10.7 Mars
Sumber: Ensiklopedia Iptek
Sumber: Ensiklopedia Iptek
Tata Surya 113
Gambar 10.8 Jupiter
Gambar 10.9 Saturnus
Kedua bulan Mars ditemukan oleh astronom Amerika Asaph Hall (1829 –
1907) pada tahun 1877. Mungkin keduanya adalah asteroid nakal yang
terperangkap dalam gravitasi Mars.
e. Jupiter
Jupiter merupakan planet terbesar dalam
tata surya. Diameter Jupiter 11 kali diameter
bumi atau sekitar 141.700 km. Jupiter memiliki
17 satelit, dan yang terbesar di antaranya
adalah Ganymedes.
Sebagian besar Jupiter tersusun atas gas,
terutama hidrogen dan helium.
f. Saturnus
Saturnus merupakan planet terbesar
kedua setelah Jupiter dengan diameter 10 kali
diameter bumi. Keistimewaan planet ini, yaitu
cincin yang mengelilinginya. Cincin ini
diperkirakan terdiri atas debu halus, kerikil dan
butir-butir es. Cincin saturnus sangat tipis
tebalnya sekitar 10 – 1000 m dan lebarnya
sekitar 275.000 km. Saturnus memiliki 22
satelit. Satelit yang terbesar adalah Titan.
Melihat cincin
Pada saaat pertama kali menemukan cincin Saturnus tahun 1610,
Galileo salah menafsirkan apa yang dilihatnya. Ia berpikir Saturnus adalah
planet rangkap tiga. Pada tahun 1655, cincin Saturnus baru dapat
diidentifikasi oleh ilmuwan dan astronom Belanda Christian Huygens
dengan menggunakan teropong buatannya sendiri.
Sumber: Ensiklopedia Iptek
Sumber: Ensiklopedia Iptek
114 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas VI SD/MI
g. Uranus
Sampai tahun 1781, orang mengira
Saturnus adalah planet terjauh dari bumi. Akan
tetapi, William Herschel menemukan planet
Uranus.
Uranus merupakan planet ketiga terbesar
setelah Jupiter dan Saturnus. Diameter
Uranus hampir empat kali diameter bumi atau
kurang lebih 50.800 km. Karena jaraknya yang
sangat jauh dari bumi serta atmosfernya
sangat tebal, Uranus angat sulit diamati dari
bumi. Uranus dikelilingi lima buah satelit dan
yang paling besar adalah Titania.
h. Neptunus
Neptunus pertama kali ditemukan pada
tahun 1846 oleh observatorium Berlin. Planet
ini tampak seperti kembaran Uranus karena
ukurannya yang hampir sama. Neptunus
berdiameter kurang lebih 48.600 km. Suhu
permukaannya lebih dingin daripada Uranus,
yaitu sekitar minus 200° C. Neptunus memiliki
dua buah satelit, yaitu Triton dan Nereid. Triton
adalah satelit terbesar.
Pluto Bukan Lagi Sebuah Planet
Konperensi Persatuan Astronom
Internasional yang berlangsung di
ibukota Ceko, Praha, telah
memutuskan Pluto bukan lagi sebuah
planet. Pada hari Kamis, tanggal 24
Agustus 2006 Konperensi Persatuan
Astronom Internasional berpendapat
Pluto terlalu kecil untuk masuk
sebagai planet. Dan selama ini, para
astronom memang sudah meragukan
Gambar 10.10 Uranus
Gambar 10.11 Neptunus
Sumber: Ensiklopedia Iptek
Sumber: Ensiklopedia Iptek
Tata Surya 115
status Pluto sebagai planet ke sembilan dalam tata surya kita. Pluto,
bongkahan es kecil di ruang angkasa, memang menjadi planet terkecil
dalam tata surya sejak ditemukan pada tahun 1930. Objek yang tidak
mengandung kehidupan ini sudah lama terancam pengusiran dari kelompok
elit sembilan planet dalam tata surya.

Sabtu, 08 Desember 2012

Metode pemecahan masalah dalam IPA




 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
1
 
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 mengatakan bahwa, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan  secara interaktif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
Pencapaian keberhasilan pembelajaran sudah barang tentu dibutuhkan pengajar yang professional dalam bidangnya, program yang bermutu, manajemen, kurikulum, sarana prasarana, lingkungan yang mendukung, sehingga proses belajar menjadi  factor yang menyenangkan bagi peserta didik.
Sesuai dengan pendapat Sanjaya, (2007:107) proses pembelajaran dikatakan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan bergantung pada beberapa hal, antara lain guru, siswa, manajemen, kurikulum, lingkungan, masyarakat, serta tak kalah pentingnya adalah sarana prasarana. Secara garis besar kegiatan belajar, mengajar dikatakan sukses dilihat dari pencapaian ketuntasan belajar.
Dalam proses pelajaran IPA yang selama ini kurang efektif, oleh sebab itu peneliti ingin mencoba untuk membelajarkan siswa dalam bidang studi IPA dengan menggunakan metode pemecahan masalah, karena dalam pelaksanaanya metode pemecahan masalah menekankan kepada siswa untuk mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Dengan kata lain siswa tidak hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.  Metode pemecahan masalah menuntut siswa  berfikir secara ilmiah untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Metode pemecahan masalah  tidak hanya mengembangkan aspek kognitif pada siswa, tetapi juga mampu mengembangkan aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi, selain itu penggunaan metode pemecahan masalah merupakan sebagai wahana untuk mempersiapkan siswa agar dapat hidup di masyarakat karena pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah, mulai dari yang masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks. Melalui metode pemecahan masalah diharapkan siswa dapat berfikir sistematis dan logis untuk menemukan sendiri alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris, hal di atas sesuai dengan yang ditegaskan Wina (2009:216) yaitu metode pemecahan masalah  adalah, “ Rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses berfikir kritis, berkomunikasi, mencari dan mengolah data serta mengambil kesimpulan. “
Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) merupakan salah satu mata pelajaran yaag di ajarkan di SD. Melalui mata pelajaran IPA  siswa diarahkan untuk dapat memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang ada baik keindahan maupun keteraturan alam ciptaan-Nya. Dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran IPA dalam kehidupannya sehari-hari dan mampu mengembangkan rasa ingin tahu tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Pembelajaran IPA mendidik siswa untuk dapat mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam dan mampu memecahkan permasalahan serta membuat sebuah keputusan. Dengan pembelajaran IPA siswa memiliki kesadaran untuk dapat menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai ciptaan Tuhan dan memperoleh bekal pengetahuan, konsep, serta keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan.
 Hal di atas ditegaskan dalam Depdiknas  (2006:484) bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bertujuan agar siswa dapat memiliki kemampuan:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) mengembangkan sikap rasa ingin tahu sikap positif tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar dan memecahkan masalah dan membuat keputusan, 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Selain itu IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis sehingga IPA tidak hanya menguasai ketrampilan, pengetahuan yang berupa fakta-fakta dan konsep tetapi merupakan suatu proses penemuan, sesuai dengan yang dijelaskan dalam Depdiknas (2004:3) tentang pembelajaran  IPA adalah : “IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan keterampilan, pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan”
           Kenyataan yang peneliti  temui di SD 41 Lubuk Minturun Kec, Koto Tangah Padang, data rekapitulasi nilai siswa kelas V pada akhir semester II tahun 2009 dan 2010, nilai rata-rata mata pelajaran IPA berada pada posisi terendah dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh proses pembelajaran masih secara konvensional dan manajemen  kelas yang kurang efektif , sehingga dalam pembelajaran sering terlihat 1) Siswa sering berbicara dengan teman sebangku saat pembelajaran berlangsung, 2) Siswa kurang mampu mengkomunikasikan pengalaman belajar pada orang lain, 3) Siswa kurang mampu untuk memecahkan masalah, 4) Siswa kurang mampu mengambil kesimpulan dari materi pembelajaran, 5) Siswa kurang berani mengajukan pertanyaan dalam proses pembelajaran, 6) Persentase pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di bawah standar minimal.
            Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengangkat judul penelitian yaitu   Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA  Siswa Kelas V SD N 41 Lubuk Minturun Kec. Koto Tangah Kota Padang.”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang  di atas, rumusan masalah secara umum dapat peneliti rumuskan :  Bagaimanakah penggunaan metode  Pemecahan Masalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 41 Lubuk Minturun Kec. Koto Tangah Kota Padang? Rumusan masalah secara khusus :
1.    Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Pemecahan Masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SD N 41 Lubuk Minturun Kec. Koto Tangah Kota Padang?
2.    Bagaimana Pelaksanaan  pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda Pemecahan Masalah untuk meningkatan hasil belajar  siswa di kelas V SDN 41 Lubuk Minturun Kec. Koto Tangah Kota Padang?
3.    Bagaimana hasil pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar  siswa di kelas V SDN 41 Lubuk Minturun Kec. Koto Tangah Kota Padang?
C.    Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan permasalahan di atas, peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana Penggunaan  Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 41 Lubuk Minturun Kec. Koto Tangah Kota Padang, dengan melakukan :
1.      Mendeskripsikan perencanaan  pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda pemecahan masalah dalam meningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V  SDN 41 Lubuk Minturun Kec. Koto Tangah kota Padang.
2.      Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda pemecahan masalah  dalam meningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V  SD N 41 Lubuk Minturun Kec. Koto Tangah kota Padang.
3.      Mendeskripsikan hasil pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda pemecahan masalah  dalam peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V  SDN 41 Lubuk Minturun Kec. Koto Tangah kota Padang.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.      Bagi Kepala Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam memberi bimbingan untuk peningkatan hasil belajar IPA terhadap guru di SDN 41 Lubuk Minturun kec. Koto Tangah.
2.      Bagi guru
Menambah wawasan guru tentang manfaat dan cara penggunaan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA.
  1. Bagi peneliti
Mengadakan inovasi pembelajaran dengan metode pemecahan masalah dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran yang berkwalitas.

Matematika dengan CTL



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar  Bekalakang
Pendidikan sekarang ini berada pada zaman globalisasi yang menuntut professional seorang guru dalam bidangnya. Dengan profesionalnya guru sudah barang tentu pendidikan akan lebih bermutu, karena guru bertanggungjawab untuk memajukan ilmu pendidikan. Sesuai dengan pernyataan Hamalik, (2006:42) yang mengatakan “guru selalu ilmuwan bertanggungjawab turut memajukan ilm terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya”.
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari program pemerintah maupun guru. Guru diharapkan dapat termotivasi dalam kondisi belajar, sehingga peserta didik dapat termotivasi dalam pembelajaran. Salah satu cara untuk membangkitkan minat belajar siswa adalah dengan penggunaan pendekatan CTL. Pendekatan CTL merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata para siswa.
Sardiman, (2007:222) mengungkapkan bahwa “CTL merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata peserta didik”.
Pendekatan CTL  akan menjadi landasan bagi guru dalam rangka mengembangkan potensi belajar siswa, karena para siswa dapat menemukan dan merekontruksi pengetahuan dalam pembelajaran. Pengetahuan ril bagi siswa yang dibangun dan ditemukan oleh siswa sendiri, karena belajar bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat siswat, tetapi merekontruksi pengetahuan tersebut kedalam situasi dunia nyata.
Sardiman, (2007:223) mengungkapkan bahwa “pengetahuan ril bagi siswa adalah sesuatu yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat siswa, tetapi siswa harus merekontruksi pengetahuan itu kemudian member makna melaui pengalaman nyata.
Pemberian soal cerita bertujuan agar siswa merasakan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa lebih berminat dan tertarik dengan pembelajaran. Pembelajaran  menuntun  siswa  menyelesaikan  masalah  tersebut menggunakan langkah-langkah penyelesaian soal cerita yaitu menentukan hal yang diketahui dalam soal, menentukan hal yang ditanyakan dalam soal, membuat model matematika, melakukan perhitungan dan menentukan jawab akhir sesuai permintaan soal. Dengan pendekatan CTL guru menuntun siswa mengikuti langkah-langkah tersebut. Pada langkah pembuatan model matematika dan melakukan perhitungan, guru menjelaskan tentang konsep, prinsip dan operasi yang dilakukan.
Pembelajaran yang berawal dengan pemberian soal cerita mengarahkan perhatian siswa pada soal-soal yang berkaitan dengan masalah yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan diberikan soal cerita yang demikian maka siswa akan merasa pelajaran yang diberikan sangat berguna dan bermanfaat serta penting dikuasai. (Yasin, diakses 17 Oktober 2010)
Bila di awal pembelajaran pada diri siswa telah timbul rasa ingin menguasai materi yang akan dipelajari maka siswa akan mempunyai perhatian yang penuh terhadap pelaksanaan pembelajaran sehingga semua materi yang diberikan dengan mudah diserap siswa.
Bila siswa mudah menyerap materi yang diberikan maka prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik. (Yasin, diakses 17 Oktober 2010)
Berdasarkan pengamatan penulis di kelas IV SD 43 Dadok Tunggul Hitam Kecamatan Koto Tangah Padang, usaha-usaha atau pendekatan yang dilakukan oleh guru kelas IV belum terlaksana secara optimal, terutama dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran matematika seperti soal cerita.
Hal ini terjadi menurut penulisi karena pembelajaran yang diterima siswa selama ini hanyalah memberikan hafalan dari sekian rentetan topik atau pokok bahasan dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya. Sehingga sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata karena pemahaman konsep akademik yang siswa peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa.
Banyak usaha perbaikan pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan, namun belum menampakan hasil yang mengembirakan, hal ini mungkin karena matematikan memiliki sifat abstrak. (Yasin, diakses 17 Oktober 2010).
Sehubungan dengan fenomena di atas peneliti berkeinginan untuk membahas lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul : “Penggunaan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Soal Cerita Matematika di Kelas IV SD 43 Tunggul Hitam Padang”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran soal cerita matematika di kelas IV SD 43 Dadok Hitam Kecamatan Koto Tangah Padang?
2.      Bagaimanakah hasil belajar peserta didik dengan penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran soal cerita matematika di kelas IV SD 43 Dadok Hitam Kecamatan Koto Tangah Padang?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan ini bertujuan untuk mendekripsikan :
1.      Penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran soal cerita matematika di kelas IV SD 43 Dadok Hitam Kecamatan Koto Tangah Padang?
2.      Hasil belajar peserta didik dengan penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran soal cerita matematika di kelas IV SD 43 Dadok Hitam Kecamatan Koto Tangah Padang?


D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dalam mengerjakan penelitian ini antara lain :
1.      Bagi guru
Dapat menjadi informasi dan juga sebagai bahan untuk masukan bagi guru untuk dijadikan acuan dalam menjalankan tugas mengajar.
2.      Bagi siswa
Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran sekaligus untuk menambah keaktifan dan motivasi dalam belajar matematika, khususnya pembelajaran soal cerita.
3.      Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dan pengetahuan peneliti sehubungan dengan pembelajaran soal cerita dengan pendekatan kontekstual di kelas IV SD 43 Tunggul Hitam Padang.

Rabu, 05 Desember 2012

RPP Bahasa Indonesia



RENCANA PEMBELAJARAN

Bidang Studi               : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester            :  IV (Empat) / II (dua)
Alokasi Waktu             :  3 x 35 menit


A.  STANDAR KOMPETENSI
 8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak.
B. KOMPETENSI DASAR
8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll)
C. INDIKATOR
8.1.1 Menentukan tema atau topik karangan
8.1.2 Menyusun kerangka karangan
8.1.3 Menyusun karangan dengan menggunakan gambar seri
8.1.4 Merevisi karangan dengan memggunakan bahasa dan ejaan yang
         disempurnakan
8.1.5 Mengedit karangan sesuai dengan gaya bahasa
8.1.6        Membaca hasil karangan dengan intonasi yang tepat
A.  TUJUAN PEMBELAJARAN
1.      Dengan penjelasan guru siswa dapat menentukan topik karangan berdasarkan gambar dengan benar
2.      Dengan peragaan gambar seri siswa dapat menyusun kerangka karangan berdasarkan urutan gambar dengan benar
3.      Dengan peragaan gambar seri siswa dapat menyusun karangan dengan menggunakan bahasa dan ejaan yang disempurnakan
4.      Dengan penjelasan siswa dapat merevisi karangan dengan bahasa dan ejaan yang benar.
5.      Dengan peragaan gambar seri siswa dapat mengedit karangan dengan gaya bahasa yang disempurnakan dengan bahasa yang runtut
6.      Dengan peragaan gambar siswa dapat menggunakan tanda baca dan huruf besar dengan memperhatikan tata bahasa
7.      Dengan penugasan siswa dapat membacakan hasil karangan dengan intonasi yang tepat di depan kelas
B.  LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
a.       Kegiatan Awal
1.      Menyiapkan kelengkapan pengajaran
2.      Berdo’a
3.      Mengambil Absen
4.      Menjelaskan tujuan pembelajaran
b.      Kegiatan Inti
Eksplorasi
                      i.            Prapenulisan
1.    Siswa mengamati  gambar yang dipajang guru di depan kelas
2.    Siswa menceritakan gambar yang dipajang guru di depan kelas dipandu guru
3.    Siswa menentukan topik dari tiap-tiap gambar di bimbing guru
4.    Siswa mengurutkan gambar seri yang diacak sesuai dengan perintah guru
5.    Siswa merumuskan kerangka karangan dari topik yang telah ditemukan dibimbing guru
Elaborasi
                  ii.          Penulisan
6.      Siswa mengembangkan gagasan pokok dari tiap-tiap kerangka menjadi karangan utuh.
7.      Siswa menentukan judul karangan sesuai dengan gambar seri dan tulisan yang telah dibuat berdasarkan gambar seri dan kerangka karangan
                iii.          Pascapenulisan
1.      Perbaikan
8.        Siswa menata ulang kata, dan kalimat sesuai dengan gaya bahasa yang benar.
2.      Pengeditan
9.      Siswa memperbaiki tulisan menyangkut huruf kapital, tanda baca dengan melingkari kalimat, kata, huruf, dan tanda baca yang belum sesuai dengan penulisan yang benar.

3.      Publikasi
10.  Siswa membacakan hasil karangan ke depan kelas dengan intonasi yang tepat.
c.       Kegiatan akhir
11.     Siswa dibawah bimbingan guru menyimpulkan pelajaran
12.     Guru mengumpulkan LKS
13.     Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan guru
14.     Guru memberikan penilaian
F.    ALAT DAN SUMBER BELAJAR
A. Sumber Belajar :
Dyah Sriwilujeng, 2008. Bahasa Indonesia Tematik untuk kelas 4. BSE. Depdiknas
Setiati Widihastuti dan Fajar Rahayuningsig.2008. PKN untuk kelas IV SD. BSE. Depdiknas
Amin Mustoha, 2008. Buku Matematika  BSE untuk kelas IV SD. BSE. Depdiknas
B. Alat Peraga:
1.  Gambar Seri

Media gambar seri “Jatuh dari Sepeda”

gambar 5        gambar 14

1                              2

gambar 4       gambar 15

                                        3                                                   4

G.   PENILAIAN
1.      Penilaian Proses
2.      Penilaian Hasil
3.      Prosedur penilaian
·           Proses dan akhir
4.      Jenis Penilaian
·           Sikap
·           Tertulis
5.        Evaluasi
·           Jenis tes                : tes dan non tes
·           Bentuk tess          : Pengamatan dan tulisan
·           Alat tes                 : Lembar penilaian proses dan lembar penilaian
  hasil (terlampir)
H.  METODE PEMBELAJARAN
1.      Diskusi
2.      Tanya Jawab
3.      Demonstrasi
4.      Pemberian Tugas
            Mengetahui
Kepala SDN 39 Tanjung Aur
Kec. Koto Tangah




RINI YOSNITA
NIP. 196301041986032004

Padang, Oktober 2012
Guru Pembimbing




Nurmawilis