Minggu, 25 November 2012

Gelombang Ultrasonik Kelelawar



Kelelawar satu-satu mamalia yang bisa terbang dan sering dikaitkan dengan hantu, vampir, atau syeitan. Hal ini mungkin disebabkan oleh rupa dan bentuk serta keaktifannya di malam hari. Sebenarnya kelelawar bersembunyi di tempat gelap di siang hari dan hanya mencari makan di malam hari. Persoalannya adalah kenapa dan bagaimana kelelawar dapat bergerak leluasa di malam gelap gulita. Sebahagian sifat kelelawar yang alamiah telah menarik perhatian beberapa saintis diantaranya adalah Lazzaro Spalanzani (1794).
Awal penelitian beliau terhadap kelelawar adalah dengan cara membutakan kedua belah matanya, tetapi kelelawar tidak terpengaruh untuk dapat bergerak leluasa di alam bebas pada malam hari serta mengelakkan benda-benda yang menghalanginya. Tetapi ketika beliau merusakkan sistem pendengaran kelelawar, ternyata kelelawar kehilangan pedoman dan tidak mampu bergerak bebas dan tidak mampu mengelak halangan yang ada di depannya.
Persoalan mulai terjawab dan melalui perhatian kepada sistem pendengaran kelelawar ini, Spalanzani menarik suatu kesimpulan bahwa kelelawar terbang dan memandu arah menggunakan gelombang bunyi yang tidak dapat didengar oleh manusia, itulah gelombang ultrasonik.
Menurut Cracknell (1980), hasil penelitian lanjut dapat diketahui bahwa kelelawar mengeluarkan pulsa gelombang ultrasonik dengan frekuensi sekitar 40-50 kHz. Bentuk telinga kelelawar yang seperti corong berfungsi sebagai penerima gelombang ultrasonik yang dibalikkan seperti cara kerja alat radar penerima. Frekuensi ultrasonik akan ditinggikan oleh kelelawar apabila hendak menangkap mangsa secara memintas.
Denyut ultrasonik yang dipancarkan oleh kelelawar akan dipantulkan apabila terkena mangsanya. Fenomena ini seperti gema dimana bunyi dipantulkan apabila tiba di satu media. Pulsa ini kemudian dianalisis oleh sistem otak kelelawar yang agak kompleks untuk menginterpretasi dan mengetahui posisi mangsanya atau objek lain yang akan diterkam.
Kelelawar menggunakan kantung jaringan (web-pocket) yang terletak di bahagian ekor dan dengan bantuan sayapnya untuk memerangkap mangsanya. Lingkungan dengan tingkat kebisingan tinggi tidak akan melemahkan sistem radar yang ada pada kelelawar tetapi jika rekaman gelombang bunyi dirinya sendiri maka akan berpengaruh kepada kemampuan kelelawar untuk menganalisis pantulan denyut pulsa yang diterimanya. Rekaman gelombang bunyi tersebut sebenarnya telah mewujudkan tingkat kebisingan yang hampir sama dan menyerupai gelombang ultrasonik

Sabtu, 24 November 2012

Metode discoveri dalam pembelajaran IPA




                                                                            BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi, sehingga dengan pendidikan tersebut dapat terbentuk karakter manusia yang mampu berinteraksi dan melakukan banyak hal dilingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial.
Pendidikan yang mengembangkan potensi siswa akan mampu mendukung pembangunan dimasa yang akan datang karena siswa tersebut nantinya akan tumbuh menjadi manusia yang mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya saat ini maupun dimasa yang akan datang, untuk mewujudkan pendidikan yang demikian banyak kendala dan masalah kependidikan yang ditemui.
1
Berdasarkan pengalaman penulis di SD 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang bahwa siswa kurang termotivasi dalam belajar, sehingga mereka kadang keluar masuk kelas, dan mengganggu teman sewaktu pembelajaran sedang berlangsung dalam proses pembelajaran karena guru jarang menggunakan metode pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa termasuk metode discovery dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran kurang sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan dalam pembelajaran siswa  dituntut untuk menemukan sendiri dengan melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesanya agar pembelajaran lebih bermakna dan dikuasai siswa.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang demikian, guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi, baik dalam merencanakan pembelajaran, menyampaikan materi pembelajaran, memilih dan menggunakan multi metode, multi sumber dan multi media. Guru sebagai pengelola pembelajaran harus mampu menggunakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang demikian dapat diciptakan oleh guru yang kreatif dengan menciptakan berbagai variasi dalam proses pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada siswa pada saat menduduki bangku sekolah dasar adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau biasa juga disebut dengan sains. Mata pelajaran IPA dapat memberikan beberapa pengetahuan yang sangat penting bagi siswa terhadap alam seperti keberadaan makhluk hidup misalnya: manusia, hewan dan tumbuhan.
Variasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Perkembangan kurikulum IPA telah merespon secara proaktif sebagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai dengan yang dijelaskan dalam Depdiknas. (2004: 3) tentang pembelajaran dibidang IPA sebagai berikut : ” IPA  adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar keterampilan, pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tapi juga merupakan proses penemuan”. Jadi guru-guru harus bisa menjadi fasilitator dalam pembelajaran dan harus mampu menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
Melihat pengertian IPA di atas,  jelaslah bahwa pendidikan IPA menekankan pada pemahaman alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Idealnya pendidikan IPA dijadikan sebagai Wahana bagi siswa untuk menyelidiki dan meneliti alam sekitarnya, karena melalui pembelajaran IPA disekolah siswa dilatih berpikir, melakukan pengamatan dan melakukan percobaan.
Dalam pembelajaran di sekolah sebagian guru sudah menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan namun tidak sedikit juga guru yang belum mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang digunakan tersebut dengan materi yang diajarkan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak guru mengajar dengan berceramah, di mana guru masih mendominani pembelajaran dalam pentransferan ilmu dengan menggunakan metode ceramah saja, sehingga siswa menganggap IPA merupakan ilmu hafalan, padahal IPA merupakan suatu wahana untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya melalui pengamatan dan percobaan.
Berdasarkan pengalaman penulis di kelas V SDN 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo, pembelajaran IPA diajarkan dengan menggunakan metode yang berdasarkan KTSP, namun penulis belum pernah menggunakan metode discovery. Biasanya guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional atau siswa hanya ditugaskan membaca buku teks saja. Hal ini menyebabkan siswa pada akhirnya hanya dapat menjawab soal yang bersifat ingatan dan sangat sulit bagi siswa untuk menjawab soalan yang berbentuk analisis. Sehingga pencapaian tujuan pembelajaran IPA yang sesuai dengan kompetensi yang diharuskan oleh kurikulum sangat sulit untuk dicapai.
Siswa terlihat kurang aktif atau tidak ikut berperan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, dengan kata lain, saat berlangsungnya proses pembelajaran guru lebih banyak aktif menerangkan pelajaran, sedangkan siswa hanya bersifat pasif atau menerima yaitu cenderung sebagai pendengar saja. Dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, persentase nilai mata pelajaran IPA jauh lebih rendah dari mata pelajaran lain, seperti pembelajaran matematika dengan rata-rata kelas ulangan harian 8,28. Hal ini dapat diketahui dari data di SDN 04 kecamatan Nanggalo Kota Padang pada semester I pada tahun ajaran 2009-2010, rata-rata nilai ulangan harian IPA adalah 5,4; sedangkan KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 6,5. Sedangkan untuk ketuntasan di kelas V baru mencapai 60%.
Penulis mencoba untuk menerapkan salah satu metode lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu metode Discovery. Menurut Roestiyah (2001:20) menyatakan bahwa: “Metode discovery merupakan suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran di mana siswanya mampu memahami dan menerapkan suatu konsep ilmu atau prinsip”. Dengan menggunakan metode discovery diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensinya agar mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan kualitas, proses dan pencapaian pembelajaran IPA.
Sehubungan dengan masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Penerapan Metode Discovery dalam Pembelajaran IPA di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka, yang menjadi rumusan permasalahan secara umum adalah bagaimana penerapan metode discovery dalam pembelajaran perubahan sifat benda di SDN 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
Rumusan permasalahan secara khusus adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana rencana pembelajaran dengan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang?
2.    Bagaimana pelaksanaan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang?
3.    Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang?
C.  Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang, sedangkan secara khusus tujuan penelitian adalah untuk:
1.    Mendesripsikan rancangan penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
2.    Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
3.    Mendeskripsikan penilaian penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
D.  Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar khususnya dalam pembelajaran perubahan sifat benda. Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, antara lain:
1.    Sebagai pedoman bagi guru dalam memilih metode yang tepat dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar.
2.    Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan pihak terkait dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
3.    Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil siswa pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
4.    Menambah wawasan penulis dalam mengetahui penerapan metode dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
KOMPONEN DALAM
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


TUGAS
PENULISAN KARYA ILMIAH


Disusun Oleh :
Nama     : Sri Kurnia Latifa
NIM     : 1202691
Jurusan     : Manajemen










FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Komponen Dalam Manajemen Berbasis Sekolah. Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah semester I Program S-1 Manajemen FE UNP. Penulisan makalah ini dapat dilaksanakan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca yang budiman demi kesempurnaan makalah ini.
Padang, 2 November 2012

Penulis,

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN …………….....………………………………… ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI …………………...……………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN ……………………...………………………………. 1
A.    Latar Belakang………………………………………………….……….. 1
B.    Rumusan Masalah …………………………..……….………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN …………………….………………………………… 3
A. Komponen dan Manajemen Berbasis Sekolah ………......................……………. 3
A.    Manajemen Kurikulum ……………………….............…………………. 4
B.    Manajemen Pembelajaran ………………………………………….......... 5
C.    Manajemen Tenaga Kependidikan …………………………………….. ..6
D.    Manajemen Kesiswaan ………………………………………….………..7
E.    Manajemen Keuangan …………………………………….………….......8
F.    Manajemen Sarana dan Prasarana ………………………………………. 9
G.    Manajemen Hubungan Kemasyarakatan …………………………..........10
H.    Manajemen Layanan Khusus…………………………………..……..… 11
BAB III PENUTUP……………………………………………..……….…….. 12
A.    Kesimpulan ……………………………………………..……………… 12
B.    Saran………………………………………………..……….………….. 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………..……………..…….. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Balakang
Dewasa ini globalisasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar dalam berbagai lingkungan termasuk lingkungan pendidikan. Salah satu contoh perubahan mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah Manajem Berbasis Sekolah. Pemerintah telah melakukan sosialisasi ditingkat sekolah dasar pada khususnya tentang pengaruh dan kegunaan Manajemen Berbasis Sekolah terhadap peningkatan mutu dan kualitas sekolah menuju kearah yang lebih baik, akan tetapi hal tersebut seolah tidak mendapat respon yang positif dari pihak sekolah. Terbukti dengan masih banyaknya angka partisipasi pendidikan nasional yang kurang baik dan kualitas pendidikan tetap menurun. Diharapkan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah sesuai dengan anjuran yang diberikan sehingga Manajemen Berbasis Sekolah dapat berhasil mengangkat kondisi dan memecahkan masalah pendidikan yang ada. Hal tersebut diharapkan akan bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah memiliki wewenang yang besar dalam mengelola kebijakannya. Oleh karena itu, kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolah sangatlah penting, selain peran guru, siswa, maupun peran serta masyarakat tentunya. Dalam pengeolaan sekolah diperlukan suatu kemampuan manajerial. Dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah, Nurkholis (2003: 120) menyatakan bahwa: "Sebagai manajer, kepala sekolah harus memerankan fungsi manajerial dengan melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan mengoordinasikan."
Dari hal tersebut jelas terlihat bahwa kepemimpinan kepala sekolah sangatlah vital dalam pengelolaan sekolah. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya sebuah sekolah apabila kepala sekolah tidak memiliki kemampuan manajemen (sebagai manajer) maka yang terjadi adalah kesemrawutan pengelolaan, baik itu pengelolaan kurikulum, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan hubungan kemasyarakatan, serta pengelolaan layanan khusus. Akan tetapi, pengelolaan tersebut tidak semata-mata tugas dari kepala sekolah saja. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara komponen sekolah itu sendiri. Baik dari guru, siswa, orang tua siswa, maupun komite sekolah. Apabila kerjasama terjalin dengan baik, maka tujuan pendidikan yang diharapkan akan lebih mudah tercapai.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa rumusan masalah dalam kaitannya dengan komponen Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian dari komponen dan Manajemen Berbasis Sekolah?
2.    Bagaimanakah Manajemen Kurikulum?
3.    Bagaimanakah Manajemen Pembelajaran atau Pengajaran?
4.    Bagaimanakah Manajemen Ketenagaan?
5.    Bagaimanakah Manajemen Kesiswaan?
6.    Bagaimanakah Manajemen Keuangan dan Pembiayaan?
7.    Bagaimanakah Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan?
8.    Bagaimanakah Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat?
9.    Bagaimanakah Manajemen Layanan Khusus?
Untuk menjawab beberapa rumusan masalah di atas, berikut penjelasannya dalam Bab II.









BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMPONEN DAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Komponen adalah bagian yang merupakan seutuh (W.J.S. Poerwodaminto, 1984). Secara umum, komponen merupakan bagian dari sebuah sistem utuh.
Mengenai pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Nurkholis (2003) menyatakan bahwa:
Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan sekolah berdasarkan kekhasan, kebolehan, kemampuan, dan kebutuhan sekolah,yang dilakukan secara partisipatif, transparan, akuntabel, berwawasan kedepan, tegas dalam penegakan hukum, adil, prediktif, peka terhadap aspirasi stakeholder, pasti dalam jaminan mutu, professional, efisien dan efektif dalam rangka peningkatan mutu.

Sedangkan menurut Mulyasa (2009) menyatakan bahwa: "MBS adalah salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik."
Tidak terlalu berbeda dengan pendapat di atas, Rohiat (2008) juga menyatakan bahwa:
MBS adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi, memberikan fleksibilitas atau keluwesan pada sekolah, mendorong partisipasi sekolah secara langsung dari warga sekolah dan masyarakat dan guna meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta perundang-undangan yang berlaku.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita pahami bahwa komponen merupakan bagian dari sebuah keutuhan. Dalam hal ini keutuhan yang dimaksud adalah MBS. Jadi komponen dalam MBS memiliki makna bagian-bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah. Bagian-bagian tersebut antara lain: Manajemen Kurikulum, Manjemen Keuangan, dan sebagainya.
B. MANAJEMEN KURIKULUM
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurikulum SDN 3 Tamanwinangun, 2010:5). Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasioanal (sekarang Kementerian Pendidikan Nasional-red) pada tingkat pusat. Karena itu sekolah merealisasikan dan menyesuaiakan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.
Menurut Nurkholis (2003:45) menyatakan bahwa: "Sekolah dapat mengembangkan, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat. Sekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal."
Pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak digunakkannya Kurikulum 1984, khususnya di sekolah dasar (Mulyasa, 2009: 40). Pada kurikulum tersebut muatan lokal disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai. Dalam kurikulum 1994, muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi.
Jadi intinya adalah dalam pengelolaan kurikulum yang bersifat nasional, sekolah tidak berhak mengurangi isinya. Yang boleh dikembangkan adalah muatan lokal yang disesuaiakan sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing-masing.
C. MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN ATAU PENGAJARAN
Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program pengajaran serta melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program sekolah, manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit, ia harus menghubungkan peserta didik dan kebutuhan lingkungan.
Dalam kepentingan kepala sekolah sebagai manajer, ia harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di sekolah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada empat langkah yang harus dilakukan. Menurut Mulyasa (2009:41) , empat langkah tersebut yaitu: menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai perubahan program.
Sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif (Nurkholis, 2003:45). Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka dalam proses pembelajaran atau pengajaran ada baiknya bersifat terpusat pada siswa.
Mengenai pembelajaran bersifat pada siswa, Rohiat (2008:65) menyatakan bahwa:
Yang dimaksud dengan pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru. Oleh karena iitu, cara-cara belajar siswa aktif seperti active learning, cooperative learning, dan quantum learning perlu diterapkan.

Berikut beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan program pengajaran:
1. Tujuan yang hendak dicapai harus jelas;
2. Bersifat sederhana dan fleksibel;
3. Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan;
4. Bersifat menyeluruh dan harus jelas pencapainnya;
5. Ada koordinasi antarkomponen pelaksana program.
Dari beberapa prinsip di atas, apabila dapat dilaksanakan semua maka tujuan yang diharapkan akan lebih mudah tercapai. Selain itu, dalam pengelolaan sekolah harus ada pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan, program-program pembelajaran. Dengan tujuan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan teratur.
D. MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN
Ketenagaan dalam sekolah identik dengan posisi guru sebagai pendidik maupun tenaga kependidikan. Adanya pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan yang satu dengan yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Menurut Mulyasa (2009:42) manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7) penilaian pegawai.
Mengenai pengelolaan ketenagaan, Nurkholis (2003: 46) menyatakan bahwa:
Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.

Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga kependidikan, seperti daftar riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk membantu kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.
E. MANAJEMEN KESISWAAN
Mengenai Manajemen Kesiswaan, Mulyasa (2009:46-47) menyatakan bahwa:
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik (siswa), mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Tujuan dari manajemen kesiswaan yaitu untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Tanggung jawab kepala sekolah menurut Sutisna (1985) dalam Mulyasa (2009:46) sebagai berikut:
1.    Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu;
2.    Penerimaan, orientasi, klarifikasi, dan penunjukkan murid kelas dan program studi;
3.    Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar;
4.    Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti : pengajaran, perbaikan, dan pengajaran luar biasa;
5.    Pengendalian dan disiplin murid;
6.    Program bimbingan dan penyuluhan;
7.    Program kesehatan dan keamanan;
8.    Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.
Nurkholis (2003:46) dan Rohiat (2008:67) menyatakan bahwa: "Yang diperlukan dalam manajemen kesiswaan adalah intensitas dan ekstensinya."
Yang perlu diperhatikan dalam manajemen kesiswaan adalah bahwa sekolah tidak hanya mengembangkan pengetahuan anak saja, akan tetapi juga harus mengembangkan sikap kepribadian, aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan yang lain. Sehingga akan tercipta peserta didik yang cerdas intelejen, emosional, maupun spiritualnya.
F. MANAJEMEN KEUANGAN
Keuangan merupakan salah satu sumber dari sekolah yang secara langsung menunjang kelangsungan dari sekolah tersebut dalam efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Dalam MB, hal tersebut akan jauh lebih terasa, karena menuntut sekolah untuk merencanakan, mengelola, mengevaluasi, serta mempertanggungjawabkan penggunaan keuangan secara transparan.
Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah (Nurkholis, 2003:46). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga desentralisasi uang sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah (Rohiat, 2009:66)
Mulyasa (2009:48) menyatakan bahwa: "Sumber keuangan dan pembiayan sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) pemerintah, (2) orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat."
Dalam pengelolaan keuangan di sekolah, diperlukan rasa tanggungjawab yang besar dari semua komponen sekolah agar penggunaannya dapat maksimal dan sesuai sasaran. Dengan penggunaan yang tepat, maka semua kebutuhan sekolah dalam hal peningkatan pembelajaran, baik teknis ataupun non-teknis akan tercukupi sehingga sekolah dapat berjalan dengan lancar, teratur dan bertanggungjawab.
G. MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA (FASILITAS)
Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, Mulyasa (2009:49) menyatakan bahwa:
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

Manejemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah.
Nurkholis (2003:46) dan Rohiat (2008:66) sepakat bahwa pengelolaan fasilitas seharusnya dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan hingga pengembannya.
Melihat alasan dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam MBS, sekolah yang benar-benar mengetahui kondisi dan kebutuhan fasilitas untuk pengembangan sekolahnya masing-masing.
H. MANAJEMEN HUBUNGAN MASYARAKAT
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.
Menurut Mulyasa (2009:50) tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:
1.    Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak;
2.    Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat;
3.    Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan ke masyarakat melalui laporan kepada orang tua siswa, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah siswa (home visit), penjelasan oleh staf sekolah, siswa itu sendiri, radio serta laporan tahunan.
Esensi dari hubungan ini adalah meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial yang dari dulu telah didesentralisasikan {Nurkholis (2003:46-47) dan Rohiat (2008: 67)}
Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa kelangsungan sebuah sekolah tidak bisa lepas dari peran serta masyarakat. Maka, seyogyanya jalinan atau hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat harus dijunjung tingggi. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, pun demikian dengan masyarakat yang harus merasa memiliki sekolah. Keduanya saling membutuhkan demi tercapainya tujuan pendidikan Indonesia.
I. MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS
Menurut Mulyasa (2009:52) manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah.
1) Manajemen perpustakaan
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan menunjang perkembangan peserta didik dalam hal perkembangan pengetahuan . Disamping itu juga memungkinkan bagi guru untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual.
2) Manajemen Kesehatan
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan pengetahuan saja, tetapi juga harus meningkatkan jasmani dan rohani siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, maka di sekolah diadakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan pendirian tempat ibadah.
3) Manajemen Keamanan
Dengan tujuan memberikan rasa tenang dan nyaman dalam mengikuti proses belajar dan mengajar bagi komponen sekolah.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa komponen MBS yang telah diuraikan di atas, sebenarnya ada benang merah dari pelaksanaan MBS, yaitu bahwa sekolah mempunyai kewenangan dalam mengelola sekolahnya. Alasan yang menguatkan hal tersebut karena sekolah dianggap lebih memahami dan mengetahui kondisi yang ada di sekolah, baik mengenai program pembelajaran, ketenagaan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan dengan masyarakat serta layanan khusus. Akan tetapi kewenangan tersebut tidak dalam arti semuanya merupakan kewenangan sekolah. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya dalam hal kurikulum. Sekolah hanya berwenang menjabarkan kurikulum nasional dan mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan karakteristik daearahnya masing-masing.
Jadi konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagaimana telah diuraikan di atas, esensinya adalah kewenangan yang besar pada sekolah dengan tuntutan kemampuan manajerial dari kepala sekolah dengan dukungan dari guru, peserta didik, masyarakat, serta pemerintah.
B. Saran
1.    Komponen-komponen MBS seperti diuraikan di atas akan berjalan dengan baik apabila kemampuan manajerial kepala sekolah baik dengan didukung oleh semua komponen sekolah yang ada;
2.    Sebaiknya semua komponen dalam sekolah memahami tugas dan kewajibannya masing-masing sehingga akan tercipta kondisi yang baik demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.




















DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.
Tim Pengembang Kurikulum. 2010. Kurikulum SD Negeri 3 Tamanwinangun.

Rabu, 21 November 2012

Majas



Majas terdiri atas:
1). Majas Perbandingan;
2). Majas Pertentangan;
3). Majas Sindiran;
4). Majas Penegasan.

A. Majas Perbandingan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Ditinjau dari cara pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan dibagi menjadi:

1) Asosiasi atau Perumpamaan
Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana.
Contoh :
a) Semangatnya keras bagaikan baja.
b) Mukanya pucat bagai mayat.
c) Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama

2) Metafora
Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis. Metafora/métafora/ : Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara
Contoh:
a)      Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting)
b)      Raja siang keluar dari ufuk timur
c)      Jonathan adalah bintang kelas dunia.
d)      Harta karunku (sangat berharga)
e)      Dia dianggap anak emas majikannya.
f)       Perpustakaan adalah gudang ilmu.

3) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.
Contoh:
a) Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
b) Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
c) Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.

4) Alegori
Alegori adalah Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Alegori: majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. Contoh: Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.
Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

5) Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.
Contoh:
a)   Ia terkenal sebagai buaya darat.
b)   Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
c)   Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian
d)   Melati, lambang kesucian
e)   Teratai, lambang pengabdian

6) Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut.Pengungkapan tersebut berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh:
a) Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)
b) Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api)
c) Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya pesawat)

7) Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk berikut.
a) Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
    Contoh:
(a) Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya.
(b) Per kepala mendapat Rp. 300.000.
b) Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
    Contoh:
(a) Dalam pertandingan final bulu tangkis Rt.03 melawan Rt. 07.
(b) Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.

8. Simile:
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".
Contoh: 
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

B. Majas Pertentangan 
Majas Pertentangan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Jenis-jenis Majas Pertentangan dibedakan menjadi berikut.

1) Antitesis
Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
a) Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
b) Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.

2) Paradoks
Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.
Contoh;
a) Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
b) Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini.

3) Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.
Contoh:
a) Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b) Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.

4) Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri.
Contoh:
a) Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
b) Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya ini?

C. Majas Sindiran
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Majas sindirian dibagi menjadi:

1) Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan denganmaksud menyindir.
Contoh:
a) Ini baru siswa teladan, setiap hari pulang malam.
b) Bagus sekali tulisanmu sampai tidak dapat dibaca.

2) Sinisme
Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh :
a) Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar sepertimu.
b) Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu itu.

3) Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.
Contoh:
a) Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
b) Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!

D. Majas Penegasan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”.Majas penegasan terdiri atas tujuh bentuk berikut.

1) Pleonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata.
Contoh:
a) Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
b) Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat tempur.

2) Repetisi
Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh:
a) Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
b) Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa.

3) Paralelisme
Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.
Contoh:
Cinta adalah pengertian
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah rela berkorban

4) Tautologi
Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu menggunakan kata bersinonim.
Contoh:
a) Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
b) Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.

5) Klimaks
Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut dan makin lama makin meningkat.
Contoh:
a) Semua orang dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut antri minyak.
b) Ketua Rt, Rw, kepala desa, gubernur, bahkan presiden sekalipun tak berhak mencampuri urusan pribadi seseorang.

6) Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut yang makin lama menurun.
a) Kepala sekolah, guru, dan siswa juga hadir dalam acara syukuran itu.
b) Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT RI ke -62.

7) Retorik
Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.
Contoh:
a) Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
b) Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan ?
d. Majas Pertentangan


Macam - Macam Majas dan Contohnya
 Majas merupakan sebuah teknik khusus dengan cara menggunakan bahasa figuratif (bahasa yang digunakan secara ekspresif). Majas merupakan salah satu gaya bahasa. Walaupun hingga saat ini banyak masyarakat yang menganggap bahwa majas adalah gaya bahasa. Majas banyak digunakan dalam teks - teks sastra. Namun terjadang kita juga bisa menemukan majas dalam kehidupan sehari - hari dimana majas bertujuan untuk menekankan suatu hal tertentu.

Berikut ini adalah macam - macam majas dan contohnya:
 I. MAJAS PERBANDINGAN
 * MAJAS PERSONIFIKASI
Merupakan majas yang melukiskan suatu benda mati dengan memberikan sifat - sifat manusia kepada benda tersebut sehingga solah - olah benda tersebut adalah benda hidup.
Contoh: Adzan subuh pun bergema memanggil manggil umat Muslim untuk segera menunaikan ibadah Sholat Subuh

* MAJAS METAFORA
Majas Metafora adalah sebuah majas yang melukiskan sesuatu dengan melakukan perbandingan secara langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau bisa juga yang hampir sama.
Contoh: Dewi rembulan telah bersemayam dengan cantiknya di peraduannya.

* MAJAS HIPERBOLA
Majas hiperbola adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengganti kalimat/kata yang sesungguhnya dengan kalimat atau kata - kata yang berlebihan dan lebih hebat pengertiannya.
Contoh: Seorang ayang membanting tulang demi menghidupi ke-8 anaknya.

* MAJAS LITOTES
majas litotes adalah sebuah majas yang menggambarkan sebuah keadaan dengan kalimat atau kata - kata yang memiliki arti yang berlawanan dengan arti yang sebenarnya. Fungsi dari majas litotes ini adalah untuk merendahkan diri.
Contoh: Apa yang telah kami lakukan untuk masyarakat sekitar sini hanyalah setitik air dalam samudra yang maha luas.
 * MAJAS ASOSIASI
Majas asosiasi adalah sebuah majas yang membandingkan sesuatu dengan keadaan yang lain karena terdapat persamaan sifat.
Contoh: Sungguh rupawan wajah gadis itu, laksana putri raja khayangan.

* MAJAS METONIMIA
Majas metonimia adalah sebuah majas yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuau yang dipergunakan sehingga kata / kalimat tersebut dapat berasosiai dengan benda secara keseluruhan.
Contoh: Segar sekali tenggorokan ini setelah minum segelas aqua

* MAJAS EUFIMISME
Majas eufimisme adalah sebuah majas yang menggunakan kata - kata yang lebih lembut supaya terlihat lebih sopan.
Contoh: Wanita tuna susila tersebut sedang mendapatkan penyuluhan mengenai bahaya penyaik AIDS.

* MAJAS SINEKDOKE
Majas sinekdoke adalah sebuah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdoke dibedakan menjadi 2, yaitu: 
- PARS PRO TOTO
Aadalah sebuah majas yang menyebutkan salah satu bagian / sebagian untuk menggambarkan secara keseluruhan.
Contoh: tangan - tangan terampil mereka lah yang menciptakan rangkaian bunga yang cantik ini.

- TOTEM PRO PARTE
Adalah majas yang menyebutkan secara keseluruhan untuk menonjolkna sebagian hal saja.
Contoh: Masyarakat Indonesia gemar bermain bulutangkis.
  
II. MAJAS SINDIRAN
 * MAJAS IRONI
Adalah sebuah majas yang mengatakan sebaliknya dari kenyataan yang sebenarnya dan bertujuan untuk menyindir.
Contoh: terlalu cepat kamu datang sehingga undangan yang lain pun telah terlanjur meningalkan tempat ini

* MAJAS SINISME
Merupakan majas sindiran dengan menggunakan kata - kata yang kasar.
Contoh: Kupatahkan saja tanganmu kalau berulangkali mengambil barang milik orang lain.

* SARKASME
merupakan majas sindiran yang sangat kasar dan terdengar menyakitkan
Contoh: Dasar lintah darat, selalu saja tega meminta bunga yang tinggi kepada setiap orang yang pinjam uang.

 3. MAJAS PENEGASAN  
 * MAJAS PLEONASME
Merupakan majas yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi.
Contoh: Mobil baru milik ayah harus mundur ke belakang untuk bisa masuk ke dalam garasi

* REPETISI
Merupakan majas yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata berkali - kali
Contoh: Uang adalah lambang kemakmuran. Uang adalah simbol kesejahteraan. Uang adalah sesuatu yang selalu membuat orang semangat untuk mendapatkannya.

* MAJAS OKUPASI
Merupakan majas yang melukiskan sesuatu dengan bantahan namun kemudian diberikan penjelasan atau bisa juga diakhiri dengan sebuah kesimpulan.
Contoh: Kandungan kafein dalam kopi bisa membuat orang kecanduan. Namun penggemar kopi tetap tidak bisa menghentikan kebiasaan mengkonsumsi kopi. Tidak heran bila kahirnya muncul banyak coffee shop yang menyediakan aneka jenis kopi.
(indahf/Carapedia)

Pencarian Terbaru (100)
Majas. Macam macam majas. Majas dan contohnya. Macam macam majas dan contohnya. Jenis jenis majas. Contoh majas alegori. Contoh majas metonimia. Macam macam majas beserta contohnya. Jenis jenis majas dan contohnya. Contoh majas sinekdoke. Jenis majas dan contohnya. Jenis jenis majas beserta contohnya. Contoh majas litotes. Majas sinekdoke. Jenis majas. Macam macam majas beserta contoh. Contoh majas sinekdoke pars pro toto. Majas beserta contohnya. Macam majas dan contohnya. Contoh majas pars pro toto. Majas majas.
Jenis jenis majas beserta contoh. Macam majas. Macam macam majas perbandingan. Macam macam majas beserta contoh kalimatnya. Majas sinekdoke dan contohnya. Majas litotes. Kumpulan majas dan contohnya.
Contoh kalimat majas alegori. Majas metonimia dan contohnya. Macam majas beserta contohnya. Contoh majas pleonasme. Kumpulan majas beserta contohnya. Contoh litotes. Contoh kalimat majas paradoks.
Majas beserta contoh. Contoh kalimat majas litotes. Contoh sinekdoke. Contoh majas totem pro parte. Contoh macam macam majas. Kumpulan contoh majas. Macam macam majas perbandingan dan contohnya.
Majas dan contoh contohnya. Contoh majas sinekdoke totem pro parte. Macam2 majas. Macam macam majas dan contoh. Contoh majas sinekdok. Macam macam majas dan artinya. Contoh2 majas.
Kumpulan majas majas. Contoh majas eufimisme. Macam macam majas dan contoh kalimatnya. Majas totem pro parte. Majas perbandingan beserta contohnya. Contoh majas totem proparte. Majas sinekdok.
Macam macam majas beserta pengertiannya dan contohnya. Macam macam majas beserta pengertian dan contohnya. Contoh majas sinekdoke pars prototo. Contoh pars pro toto. 10 contoh majas metafora. Jenis jenis majas dan contoh. Jenis majas beserta contohnya.
Contoh contoh majas sinekdoke. Jenis dan contoh majas. Contoh kalimat sinekdoke. Macam macam contoh majas. Macam macam majas dan contoh nya. 10 contoh majas. Contoh sinekdoke pars pro toto.
Majas sinekdok dan contohnya. 100 macam majas. Macam2 majas dan contohnya. Macam macam majas beserta contoh nya. Macam macam majas beserta arti dan contohnya. Contoh majas okupasi. Contoh kalimat majas sinekdoke pars pro toto.
Majas sinekdoke pars pro toto dan contohnya. Pengertian majas sinekdoke. Macam macam majas perbandingan beserta contohnya. Jenis jenis majas dan contoh nya. Macam majas dan contoh. Contoh majas sinekdokhe. Mcam macam majas.
Contoh kalimat asosiasi. Jenis2 majas. Majas sinekdoke totem pro parte dan contohnya. Majas pars pro toto. Macam macam majas perumpamaan. Pengertian sinekdoke. Pengertian macam macam majas dan contohnya.
Contoh kalimat majas perumpamaan. Majas dan contoh nya. Macam macam majas penegasan dan contohnya. Macam macam majas dalam bahasa indonesia beserta contohnya. Macam mcam majas. 10 majas beserta contohnya. Majas eufimisme

Majas merupakan sebuah teknik khusus dengan cara menggunakan bahasa figuratif (bahasa yang digunakan secara ekspresif). Majas merupakan salah satu gaya bahasa. Walaupun hingga saat ini banyak masyarakat yang menganggap bahwa majas adalah gaya bahasa. Majas banyak digunakan dalam teks - teks sastra. Namun terjadang kita juga bisa menemukan majas dalam kehidupan sehari - hari dimana majas bertujuan untuk menekankan suatu hal tertentu.

Berikut ini adalah macam - macam majas dan contohnya:

I. MAJAS PERBANDINGAN

* MAJAS PERSONIFIKASI
Merupakan majas yang melukiskan suatu benda mati dengan memberikan sifat - sifat manusia kepada benda tersebut sehingga solah - olah benda tersebut adalah benda hidup.
Contoh: Adzan subuh pun bergema memanggil manggil umat Muslim untuk segera menunaikan ibadah Sholat Subuh

* MAJAS METAFORA
Majas Metafora adalah sebuah majas yang melukiskan sesuatu dengan melakukan perbandingan secara langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau bisa juga yang hampir sama.
Contoh: Dewi rembulan telah bersemayam dengan cantiknya di peraduannya.

* MAJAS HIPERBOLA
Majas hiperbola adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengganti kalimat/kata yang sesungguhnya dengan kalimat atau kata - kata yang berlebihan dan lebih hebat pengertiannya.
Contoh: Seorang ayang membanting tulang demi menghidupi ke-8 anaknya.

* MAJAS LITOTES
majas litotes adalah sebuah majas yang menggambarkan sebuah keadaan dengan kalimat atau kata - kata yang memiliki arti yang berlawanan dengan arti yang sebenarnya. Fungsi dari majas litotes ini adalah untuk merendahkan diri.
Contoh: Apa yang telah kami lakukan untuk masyarakat sekitar sini hanyalah setitik air dalam samudra yang maha luas.

* MAJAS ASOSIASI
Majas asosiasi adalah sebuah majas yang membandingkan sesuatu dengan keadaan yang lain karena terdapat persamaan sifat.
Contoh: Sungguh rupawan wajah gadis itu, laksana putri raja khayangan.

* MAJAS METONIMIA
Majas metonimia adalah sebuah majas yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuau yang dipergunakan sehingga kata / kalimat tersebut dapat berasosiai dengan benda secara keseluruhan.
Contoh: Segar sekali tenggorokan ini setelah minum segelas aqua

* MAJAS EUFIMISME
Majas eufimisme adalah sebuah majas yang menggunakan kata - kata yang lebih lembut supaya terlihat lebih sopan.
Contoh: Wanita tuna susila tersebut sedang mendapatkan penyuluhan mengenai bahaya penyaik AIDS.

* MAJAS SINEKDOKE
Majas sinekdoke adalah sebuah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdoke dibedakan menjadi 2, yaitu: 
- PARS PRO TOTO
Aadalah sebuah majas yang menyebutkan salah satu bagian / sebagian untuk menggambarkan secara keseluruhan.
Contoh: tangan - tangan terampil mereka lah yang menciptakan rangkaian bunga yang cantik ini.

- TOTEM PRO PARTE
Adalah majas yang menyebutkan secara keseluruhan untuk menonjolkna sebagian hal saja.
Contoh: Masyarakat Indonesia gemar bermain bulutangkis.
 II. MAJAS SINDIRAN

* MAJAS IRONI
Adalah sebuah majas yang mengatakan sebaliknya dari kenyataan yang sebenarnya dan bertujuan untuk menyindir.
Contoh: terlalu cepat kamu datang sehingga undangan yang lain pun telah terlanjur meningalkan tempat ini

* MAJAS SINISME
Merupakan majas sindiran dengan menggunakan kata - kata yang kasar.
Contoh: Kupatahkan saja tanganmu kalau berulangkali mengambil barang milik orang lain.

* SARKASME
merupakan majas sindiran yang sangat kasar dan terdengar menyakitkan
Contoh: Dasar lintah darat, selalu saja tega meminta bunga yang tinggi kepada setiap orang yang pinjam uang.


3. MAJAS PENEGASAN  

* MAJAS PLEONASME
Merupakan majas yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi.
Contoh: Mobil baru milik ayah harus mundur ke belakang untuk bisa masuk ke dalam garasi

* REPETISI
Merupakan majas yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata berkali - kali
Contoh: Uang adalah lambang kemakmuran. Uang adalah simbol kesejahteraan. Uang adalah sesuatu yang selalu membuat orang semangat untuk mendapatkannya.

* MAJAS OKUPASI
Merupakan majas yang melukiskan sesuatu dengan bantahan namun kemudian diberikan penjelasan atau bisa juga diakhiri dengan sebuah kesimpulan.
Contoh: Kandungan kafein dalam kopi bisa membuat orang kecanduan. Namun penggemar kopi tetap tidak bisa menghentikan kebiasaan mengkonsumsi kopi. Tidak heran bila kahirnya muncul banyak coffee shop yang menyediakan aneka jenis kopi.
(indahf/Carapedia)

Pencarian Terbaru (100)
Majas. Macam macam majas. Majas dan contohnya. Macam macam majas dan contohnya. Jenis jenis majas. Contoh majas alegori. Contoh majas metonimia.
Macam macam majas beserta contohnya. Jenis jenis majas dan contohnya. Contoh majas sinekdoke. Jenis majas dan contohnya. Jenis jenis majas beserta contohnya. Contoh majas litotes. Majas sinekdoke.
Jenis majas. Macam macam majas beserta contoh. Contoh majas sinekdoke pars pro toto. Majas beserta contohnya. Macam majas dan contohnya. Contoh majas pars pro toto. Majas majas.
Jenis jenis majas beserta contoh. Macam majas. Macam macam majas perbandingan. Macam macam majas beserta contoh kalimatnya. Majas sinekdoke dan contohnya. Majas litotes. Kumpulan majas dan contohnya.
Contoh kalimat majas alegori. Majas metonimia dan contohnya. Macam majas beserta contohnya. Contoh majas pleonasme. Kumpulan majas beserta contohnya. Contoh litotes. Contoh kalimat majas paradoks.
Majas beserta contoh. Contoh kalimat majas litotes. Contoh sinekdoke. Contoh majas totem pro parte. Contoh macam macam majas. Kumpulan contoh majas. Macam macam majas perbandingan dan contohnya.
Majas dan contoh contohnya. Contoh majas sinekdoke totem pro parte. Macam2 majas. Macam macam majas dan contoh. Contoh majas sinekdok. Macam macam majas dan artinya. Contoh2 majas.
Kumpulan majas majas. Contoh majas eufimisme. Macam macam majas dan contoh kalimatnya. Majas totem pro parte. Majas perbandingan beserta contohnya. Contoh majas totem proparte. Majas sinekdok.
Macam macam majas beserta pengertiannya dan contohnya. Macam macam majas beserta pengertian dan contohnya. Contoh majas sinekdoke pars prototo. Contoh pars pro toto. 10 contoh majas metafora. Jenis jenis majas dan contoh. Jenis majas beserta contohnya.
Contoh contoh majas sinekdoke. Jenis dan contoh majas. Contoh kalimat sinekdoke. Macam macam contoh majas. Macam macam majas dan contoh nya. 10 contoh majas. Contoh sinekdoke pars pro toto.
Majas sinekdok dan contohnya. 100 macam majas. Macam2 majas dan contohnya. Macam macam majas beserta contoh nya. Macam macam majas beserta arti dan contohnya. Contoh majas okupasi. Contoh kalimat majas sinekdoke pars pro toto.
Majas sinekdoke pars pro toto dan contohnya. Pengertian majas sinekdoke. Macam macam majas perbandingan beserta contohnya. Jenis jenis majas dan contoh nya. Macam majas dan contoh. Contoh majas sinekdokhe. Mcam macam majas.
Contoh kalimat asosiasi. Jenis2 majas. Majas sinekdoke totem pro parte dan contohnya. Majas pars pro toto. Macam macam majas perumpamaan. Pengertian sinekdoke. Pengertian macam macam majas dan contohnya.
Contoh kalimat majas perumpamaan. Majas dan contoh nya. Macam macam majas penegasan dan contohnya. Macam macam majas dalam bahasa indonesia beserta contohnya. Macam mcam majas. 10 majas beserta contohnya. Majas eufimisme.