Minggu, 13 Oktober 2013

Pendidikan Anak Usia Dini



I.     PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia dalam kehidupan dan meletakan pendidikan sebagai objek perkembangan dimasa mendatang. Pendidikan tidak saja berlangsung ketika seseorang sudah beranjak pada usia remaja, dewasa dan orang tua, namun juga dibutuhkan oleh manusia dimulai dari masa kelahiran. Sejak melantunkan suara tangis pertama manusia tersebut telah mengalami pembelajaran, seperti, ia telah mengenal rasa melalui air susu ibunya, mengenal indahnya birama, dan sebagainya.
Anak-anak Indonesia tidak hanya mengenal pendidikan saat masuk Sekolah Dasar, tetapi telah lebih dulu dibina pada pendidikan prasekolah seperti PAUD. Sebagaimana tertulis pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28  dalam Kemendikbud, (2012:2) yang menjelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan melalui 3 jalur yaitu: Pertama, jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat; Kedua, jalur pendidikan non formal dan formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat dan ketiga, jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan PAUD berfungsi membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya.
Pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat dan bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut. Dengan demikian selain bersifat universal pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai penyelenggaraan pendidikan pada suatu wilayah. Life long education, kalimat yang sering kita kenal sejak dulu sampai sekarang, yang artinya "Pendidikan sepanjang hayat", dalam ajaran agamapun juga disebutkan “Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat". Semua itu menjelaskan bahwa pendidikan telah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia.
Pentingnya pendidikan tidak hanya disiarkan melalui kalimat dan selogan semata, namun perlu langkah nyata dan sistim dalam perkembangan kehidupan. Kebijakan-kebijakan dalam sistem pendidikan harus memenuhi unsur aktualisasi dan berdaya guna. Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam meninggikan harkat dan martabat manusia. Anak-anak bangsa ini tidak boleh tertinggal dengan bangsa lainnya di dunia, tidak ada anak-anak yang tidak bersekolah. Oleh karena itu, pendidikan sejak dini harus ditanamkan kepada mereka.
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang cukup penting dan bahkan menjadi landasan kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan kuat dalam melaksanakan pembangunan dimasa mendatang. Pendidikan yang diberikan merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosioemosional, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Karena pada waktu manusia lahir, kelengkapan organisasi otak yang memuat milyaran sel otak siap dikembangkan serta diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi. Para ahli menyebut usia dini sebagai usia emas atau golden age.
Benjamin dalam Kemendikbud, (2012:1) mengungkan bahwa “pada usia 4 tahun 50% dari kapabilitas kecerdasan seorang anak telah terbentuk, pada usia 8 tahun telah mencapai 80% dan pada usia 18 tahun intelenjensi dewasa seorang anak telah komplit terbentuk”.
Agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi: "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Salah satu jalur terselenggaranya pendidikan untuk anak usia dini adalah jalur pendidikan non formal dan formal. Pendidikan pada jalur non formal dan formal adalah pendidikan yang melaksanakan program pembelajaran secara fleksibel sebagai upaya pembinaan dan pengembangan anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun yang dilaksanakan melalui taman penitipan anak, kelompok bermain dan bentuk lain yang sederajat.
Penyelenggaraan pendidikan secara non formal atau formal memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta mengembangkan bakat-bakatnya secara optimal. Selain itu juga memberikan bimbingan yang seksama agar anak-anak memiliki sifat-sifat, nilai-nilai dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, sehingga mereka dapat berintegrasi dengan lingkungannya.
Demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang dapat dimulai sejak usia dini tersebut perlu diprogram sistem untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia bagi anak usia dini, khususnya pada kelompok bermain, dengan cara yang tepat dan sesuai dengan perkembangan anak. Namun, faktor ekonomi adalah salah satu yang menjadi penyebab terhambatnya pendidikan. Pendidikan yang murah merupakan salah satu cara agar pendidikan usia dini dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan pemikiran dan pernyataan tersebut di atas, penulis memandang bahwa program sistematika pengelolaan pendidikan usia dini merupakan hal penting dalam mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan berikutnya. Berangkat dari pemikiran inilah penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang "Sistematika Pengelolaan Pendidikan Usia Dini". Karena pendidikan usia dini tersebut adalah salah satu pendidikan non formal dan formal yang sekarang sedang diminati oleh orang tua demi perkembangan kemampuan anak mereka.
Kualitas pendidikan anak usia dini dipengaruhi banyak faktor, diantaranya eksitensi anak itu sendiri, orangtua, lingkungan, kualitas perlakuan dan layanan. Layanan atau program pembelajaran yang bermutu dan dianggap dapat mengantarkan anak-anak usia dini berkembang sesuai harapan adalah layanan yang secara terus-menerus dievaluasi dan ditindaklanjuti secara tepat.
Djemari Mardapi dalam Suyatman (2003:8) bahwa: usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan emotivasi anak untuk belajar yang lebih baik. Dengan demikian salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan anak usia dini adalah proses layanan atau pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk efektivitasnya adalah faktor evaluasi baik terhadap proses maupun evaluasinya. Dalam layanan pembelajaran anak usia dini dibutuhkan pendidik yang tidak hanya mampu melayani anak dengan baik tetapi juga mampu melakukan evaluasi dengan baik. Dengan demikian antara kegiatan layanan terhadap anak akan sejalan dengan memahami tindakan secara menyeleruh dan terpadu.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul dari tulisan ini adalah “Sistematika Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD pada jenjang pendidikan non formal dan formal di Lingkungan UPT Dinas Pendidikan Koto  XI Tarusan”.
B.  Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan yang akan menjadi fokus pembahasan pada penulisan ini adalah bagaimana Sistematika Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD pada jenjang pendidikan non formal dan formal di Lingkungan UPT Dinas Pendidikan Koto  XI Tarusan?
C.  Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah: Untuk mengetahui Sistematika Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD pada jenjang pendidikan non formal dan formal di Lingkungan UPT Dinas Pendidikan Koto  XI Tarusan.
D.  Strategi Pemecahan Masalah
Strategi pemecahan masalah dalam penulisan ini diantaranya: Analisis masalah, bertujuan mendapat gambaran lengkap dari hal yang diketahui dan dari apa yang direncanakan. Mengumpulkan informasi, tahap ini bertujuan untuk mengubah masalah yang diberikan menjadi masalah baku, artinya masalah yang penyelesaiannya secara prinsip telah diketahui dan ditentukan informasi untuk pemecahannya. Penyelesaian, tahap ini bertujuan untuk memecahkan masalah sesuai dengan informasi. Penilaian; tujuan dari tahap penilaian ini adalah untuk memeriksa dan menelaah kembali yang telah dikerjakan dengan baik dan tuntas. Kesalahan-kesalahan yang mungkin dibuat siswa dengan mudah dapat diperbaiki (Elliott dalamRochiati, 2008:100)















II.  PEMBAHASAN


A.  Landasan Teori
1.   Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan yang dilaksanakan merupakan proses sepanjang hayat, di mana proses pendidikan harus dilakukan secara terus menerus dari usia 0 tahun sampai manusia itu meninggalkan dunia.
Karena pendidikan harus dilakukan di semua usia, maka pemikiran-pemikiran terhadap pendidikan harus mencakup semua golongan usia tersebut. Begitu pula dengan  berbagai pemikiran dan kebijakan terhadap PAUD, harus merunut pada kebutuhan anak usia dini dalam proses perkembangannya. Berikut adalah beberapa landasan pendidikan anak usia dini berdasarkan aspek-aspek yang dikembangkan dalam PAUD.
Anak usia dini, yakni anak dengan usia pra-sekolah (0-6 tahun) berdasarkan berbagai penelitian merupakan masa keemasan manusia (golden age), di mana kecerdasan manusia ditentukan pada masa-masa ini (Hariwijaya, 2007:32). Dengan adanya pendidikan anak usia dini diharapkan anak dapat tumbuh dengan segala potensinya, sehingga ia mampu membangun dirinya, lingkungan dan bangsanya.
Berikut adalah beberapa pemikiran para ahli pendidikan anak terhadap proses pendidikan anak usia dini.
a.    Pandangan Pestalozzi
Menurutnya, anak dilahirkan dalam keadaan bersih. Perkembangan manusia terjadi dalam desain alam dan terbentuk oleh kekuatan-kekuatan luar. Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa keberhasilan belajar dalam satu tahap perkembangan merupakan kunci dalam mencapai keberhasilan belajar di tahap berikutnya. Oleh karena itu, ia berkesimpulan bahwa pendidikan anak merupakan hal penting yang berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa depannya.
b.   Pandangan Froebel
Froebel mewujudkan ide-idenya dalam pendidikan anak dengan mendirikan lembaga pendidikan Froebel. Ia lebih menfokuskan pada konsep pendidikan anak sebagai alat reformasi sosial. Ia menyiapkan program pendidikan pra-sekolah sebagai sarana untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang lebih baik di masa depan. Anak dilahirkan dengan pembawaan yang baik, sehingga tugas lembaga pendidikan untuk mengarahkan anak pada kehidupan masa depan yang lebih baik, dengan mendorong kemampuan untuk mencipta dan berkreasi.
c.    Pandangan Montesori
Menurutnya, pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk membantu perkembangan anak secara menyeluruh. Anak dalam proses perkembangannya merupakan kutub yang berbeda dengan orang dewasa, namun saling mempengaruhi. Kualitas pengalaman anak di usia dini sangat mempengaruhi kehidupannya di masa dewasa.
d.   Pandangan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan dan bapak pendidikan Indonesia. Pandangannya terhadap anak sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ketimuran dan pendidikan barat yang dia lalui. Menurutnya, anak lahir dalam kodrat dan pembawaannya masing-masing. Kodrat anak bisa baik dan juga buruk.
2.    Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini
            Dalam perkembangan dewasa ini, pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang diarahkan pada upaya pembelajaran yang sesuai dengan usia anak dan mampu menggali potensi anak, sehingga dapat menjadi bekal dalam kehidupannya di masa depan.
a.    Pengertian
Banyak batasan yang diberikan terhadap program PAUD, namun dalam hal ini UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan anak usia sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dalam hal ini Hariwijaya (2007:14), mengemukakan bahwa PAUD dapat diartikan sebagai salah satu bentuk jalur pendidikan dari usia 0-6 tahun, yang diselenggarakan secara terpadu dalam satu program pembelajaran agar anak dapat mengembangkan segala guna dan kreativitasnya sesuai dengan karakteristik perkembangannya.
b.   Tujuan
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini adalah:
a.    Merangsang dan membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
b.    Mengembangkan segala potensi dan kreativitas anak sesuai dengan karakteristik perkembangannya agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3.    Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, antara lain:
a.    Berorientasi pada kebutuhan Anak (Children Oriented)
Kegiatan pembelajaran harus berpusat kepada kebutuhan anak melalui upaya-upaya pendidikan dalam mencapai perkembangan fisik dan fsikis  yang optimal.
b.    Merangsang kreativitas dan Potensi Anak
Kegiatan PAUD harus mampu merangsang potensi dan kreativitas anak sehingga anak mempunyai kemampuan dalam menjalani kehidupannya di masa depan.
c.    Belajar melalui Bermain
Kegiatan bermain merupakan sarana belajar bagi anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan dan mengambil kesimpulan terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
d.   Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
Dalam hal ini, pendidikan di usia dini memerlukan pengkondisian lingkungan yang mendorong munculnya kreativitas anak. Lingkungan harus diciptakan agar lebih menyenangkan dan memberi kenyamanan belajar anak.
e.    Pembelajaran Terpadu
Proses pembelajaran pada anak usia dini harus memadukan berbagai aspek pembelajaran, yakni dengan penggunaan tema yang menarik dan dapat mengembangkan minat siswa dan bersifat kontekstual.
f.     Dilaksanakan secara Bertahap, Berulang-ulang dan Terus Menerus
Kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara bertahap, di mulai dengan konsep yang sederhana dan sesuai dengan lingkungan yang dikenal anak. Juga harus dilaksanakan berulang-ulang dan terus menerus sehingga apa yang dipelajari dapat menjadi bagian dari kehidupan anak.
g.    Mengembangkan Berbagai Kecakapan Hidup (Life Skills)
Memberikan berbagai kecakapan hidupa dapat melalui proses pembiasaan, hal tersebut bertujuan agar anak mampu mandiri, disiplin, menolong dirinya sendiri dan bertanggung jawab.
h.    Menggunakan berbagai Media Edukatif dan Sumber Belajar
Diutamakan menggunakan media dan sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan alam di sekitar anak. Dalam hal ini kreativitas dan inovasi guru diperlukan dalam merancang dan membuat media dan sumber belajar tersebut.
B.  Analisis Teori dan Pengalaman Lapangan
Komponen Program PAUD
Berbagai komponen program PAUD telah dikembangkan dengan tujuan agar pengembangan PAUD dapat dilakukan dengan terstuktur dan terprogram secara baik sehingga tujuan PAUD sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dapat tercapai.
1.    Standar Kompetensi Anak usia Dini
Pendidikan anak usia dini dalam pengembangan aspek-aspek pembelajarannya harus mengacu pada standar kompetensi anak usia dini sebagai berikut.
a.    Moral dan nilai-nilai agama
Secara umum, nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan adalah perilaku positif, kemandirian, disiplin, kejujuran dan perilaku lainnya. Selain itu Anak dididik melalui proses pembiasaan ajaran-ajaran dan ibadah sesuai agamanya masing-masing.
b.    Sosial dan Emosional
Anak dididik untuk dapat mengembangkan kemampuan sosial melalui proses sosialisasi. Melalui aspek ini anak dibekali dengan kemamuan memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya, tentunya melalui proses pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus.
c.    Fisik/motorik
Dalam hal ini pendidik harus mampu merangsang perkembangan fisik dan motorik anak sesuai dengan usia perkembangannya. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai permainan-permainan edukatif.
d.   Bahasa
Dalam aspek ini, anak didorong untuk menguasai kemampuan berkomunikasi sesuai dengan masa perkembangannya. Kemampuan berbahasa dilihat dari usia perkembangan anak dapat dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
1)   periode prelinguistik (0-1 tahun) dan
2)   periode linguistik (1-5 tahun).
e.    Kognitif
Perkembangan kognitif anak biasanya mengacu pada pendapat Piaget yang membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu periode  sensorimotorik (usia 0-2 tahun), periode praoperiosaional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun) dan periode operasional formal (usia 11 sampai dewasa).
f.     Seni
Kemampuan di bidang seni dapat dikembangkan dalam musik, seni tari, seni gambar dan keterampilan lainnya.
2.    Kurikulum PAUD
Dalam hal ini, secara operasional kurikulum PAUD dalam tulisan adalah berbagai aspek yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Termasuk dalam pembahasannya adalah prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum PAUD, komponen kurikulum, penilaian dan satuan pendidikan anak usia dini.
a.       Prinsip-prinsip Dasar pengembangan kurikulum PAUD
Dalam hal Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, menetapkan beberapa prinsip pengembangan kurikulum PAUD, yang meliputi: 1) bersifat komprehensif, 2) didasarkan pada perkembangan secara bertahap, 3) melibatkan orang tua, 4) melayani kebutuhan anak, 5) merefleksikan kebutuhan dan nilai-nilai yang dalam masyarakat, 6) mengembangkan standar kompetensi anak, 7) mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus, 8) menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat, 9) memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak, 10) menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga, 11) manajemen sumber daya manusia, dan 12) penyediaan sarana dan prasarana.
b.      Komponen Kurikulum
1.    Anak
Sasaran pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada di rentang usia 0-6 tahun.
2.   Pendidik
Kompetensi pendidik PAUD adalah sekurang-kurangnya memiliki kualifikasi akademik Diplomas Empat (D-IV) atau Sarjana (S-1) di bidang pendidikan usia dini, psikologi atau lainnya; dan memiliki sertifikat profesi guru PAUD. Adapun rasio guru dengan anak didik dalam PAUD adalah:
1) Usia  0-1 tahun rasio 1 : 3 anak,
2) Usia 1-3 tahun dengan rasio 1 : 6 anak,
3) Usia 3-4 tahun dengan rasio 1 : 8 tahun, dan
4) Usia 4-6 tahun dengan rasio 1 : 10-12 anak.
3.   Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain dan pembiasaan yang direncanakan dan persiapkan pendidik meliputi materi dan proses pembelajaran itu sendiri. Materi pembelajaran bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia, yaitu:
a.   Materi Pembelajaran Untuk Anak usia 0-3 tahun, mencakup:
1)      Pengenalan diri sendiri (perkembangan konsep diri)
2)      Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)
3)      Pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial)
4)      Pengenalan berbagai gerak (Perkembangan fisik)
5)      Mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa)
6)      Keterampilan berfikir (perkembangan kognitif)
b.   Materi Pembelajaran untuk anak usia 3-6 tahun, mencakup:
1)        Keaksaraan, yaitu meliputi pengenalan terhadap kosakata dan bahasa, kesadaran phonologi, percakapan, memahami buku, dan teks lainnya.
2)        Konsep matematika, mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geomteri dan konsep matematika lainnya.
3)        Pengetahuan alam, yang mencakup pengenalan terhadap objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.
4)      Pengetahuan sosial, meliputi kehidupan orang banyak, bekerja, interaksi sosial, lingkungan rumah dan keluarga, dan lainnya.
5)      Seni, mencakup kegiatan menari, menyanyi, bermain peran, bermain musik, menggambar dan melukis.
6)      Teknologi, dengan mengenalkan alat-alat dan penggunaan operasi dasar dan kesadaran teknologi. Alat-alat yang dikenalkan di mulai dari alat-alat yang ada rumah, seklah, dan lingkungan tempat anak tinggal.
7)      Ketarampilan proses, mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen; pemecahan masalah; koneksi, pengorganisasian, komunikasi dan informasi yang mewakilinya.
4.   Penilaian (Assesmen)
Assesmen merupakan proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Kegiatan ini meliputi observasi, konferensi dengan guru lain, survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak dan unjuk kerja. Kesemua bentuk penilaian tersebut dapat disusun dalam bentuk portofolio.
5.    Pengelolaan Pembelajaran
Dalam mengelola pembelajaran, PAUD harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
1)   Keterlibatan anak, dalam hal ini prinsip pembelajaran harus berpusat kepada aktivitas belajar anak.
2)   Layanan program, yang disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing, yakni:
a)      Taman Penitipan Anak, dilaksanakan 3-5 hari dengan layanan minimal 6 jam atau dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-34 minggu.
b)      Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam atau dalam satu tahun 144 hari atau 32-34 minggu.
c)      Satuan PAUD sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan 2 jam. Kekuaran jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun.
d)     Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 6 hari seminggu dengan jumlah layanan minimal 2,5 jam. Dalam satu tahuan 160 hari layanan atau 34 minggu.
6.      Melibatkan peran serta masyarakat
3.    Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
Satuan pendidikan anak usia dini dalam kerangka pendidikan jalur formal dan informal meliputi:
a.    Taman Kanak-Kanak, yaitu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun, yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun.
b.    Kelompok bermain merupakan satu bentuk PAUD pada jalur non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2-4 tahun dan anak usia 4-6 tahun yang tidak dapat dilayani TK (setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak berwenang).
c.    Taman Pendidikan Anak adalah layanan yang dilakasanakan oleh pemerintah dan masyarakat bagi anak usia 0-6 tahun yang orang tuanya bekerja.
d.   Satuan PAUD sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali /minggu atau merupakan layanan PAUD yang dintegrasikan dengan program layanan lainnya. Peserta program PAUD sejenis adalah anak usia 2-4 tahun.


C.  Alternatif Pengembangan
Evaluasi
Hariwijaya (2007:122), evaluasi adalah suatu analisis yang sistematis dan bekesinambungan untuk melihat efektivitas program yang diberikan dan pengaruh program tersebut pada anak. Dalam hal ini evaluasi mencakup evaluasi anak didik maupun evaluasi terhadap program pembelajaran secara keseluruhan.
Kegiatan evaluasi perlu dilakukan untuk melihat perkembangan potensi anak dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi setidaknya diarahkan pada tiga aspek, yaitu: aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perilaku/sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Sehingga kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan anak usia dini, sebagaimana yang tercantum dalam PP No. 27 Tahun 1990 mengenai Pendidikan prasekolah, yaitu meletakan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
a.    Prinsip-prinsip Evaluasi PAUD
Berikut adalah beberapa prinsip dalam kegiatan evaluasi pendidikan anak usia dini, antara lain:
a)        Menyangkut semua aspek perkembangan, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
b)        Dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus
c)        Mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga dapat diketahui mana tujuan yang tercapai mana tujuan yang kurang tercapai.
d)       Penilaian dilakukan secara objektif dan tidak berat sebelah.
e)        Memberi makna bagi anak. Penilaian dilakukan untuk memberi makna yang positif bagi anak, tidak menghakimi tetapi mampu mendorong agar anak dapat berkembang lebih baik.
f)         Mendidik, artinya penilaian dilakukan dalam koridor pendidikan dan berdampak positif bagi perkembangan anak.
b.   Tujuan Evaluasi PAUD
Tujuan dilaksanakan kegiatan evaluasi PAUD antara lain adalah:
a)    Untuk memantau perkembangan anak, baik perkembangan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
b)   Untuk mengetahui kesulitan belajar anak. Melalui kegiatan ini dapat diketahui dalam aspek-aspek apa saja anak mengalami kesulitan belajar, sehingga dengan cepat dapat diketahui cara penyelesaiannya.
c)    Untuk melakukan penempatan, yaitu dengan mengetahui bakat, minat dan kemampuan anak. Hasil dari penilaian itu, pendidik dapat menentukan dalam kelompok mana anak tersebut ditempatkan.
d)   Sebagai pertanggungjawaban pendidik, baik pertanggungjawaban terhadap profesi pendidik maupun kepada orang tua anak.
c.    Teknik Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini
Terdapat beberapa teknik evaluasi pembelajaran anak usia dini, di antaranya adalah:
a)    Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data yang penilaiannya berdasarkan pengamatan langsung maupun tidak langsung pendidik terhadap sikap dan perilaku anak dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, terdapat beberapa prinsip dasar teknik observasi, yaitu:
1.    Observasi harus dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran
2.    Harus direncanakan terlebih dahulu secara sistematis
3.    Hasil observasi dicatat dan dipilih sesuai tujuan pembelajaran
4.    Data observasi harus valid, realibel, dan teliti.
5.    Observasi harus dapat dikuantifikasikan.
b.    Catatan Anekdot
Catatan anekdot adalah kumpulan catatan mengenai sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu di dalam maupun di luar kelas, baik yang bersifat positif maupun negatif. Jenis evaluasi ini biasanya digunakan untuk menilai hal-hal yang sifatnya non-akademis dan didasari oleh latar belakang informasi tertentu yang telah diketahui oleh pendidik.
Kegunaan catatan enekdot adalah:
1.    Mengetahui bahwa anak merupakan individu
2.    Mengetahui sebab suatu tingkah laku yang ditunjuk oleh anak
3.    Mengembangkan cara menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak dalam kegiatan belajarnya.
c.       Waktu Evaluasi
Dalam pembelajaran anak usia dini, kegiatan evaluasi dapat dilaksanakan sewaktu-waktu selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil evaluasi tersebut biasanya diberikan saat pembelajaran semester berakhir. Dalam hal ini, pendidik tidak harus membuat kegiatan tes atau ujian tersendiri, evaluasi selama kegiatan pembelajaran merupakan hal yang dianjurkan agar pendidik mampu mengikuti perkembangan anak dan mampu membedakan tahap-tahap perkembangan anak yang satu dengan yang lainnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pendidik dalam melaksanakan evaluasi adalah sebagai berikut.
1)   Segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan penilaian harus sudah dipersiapkan sejak awal, seperti lembar observasi, hasil karya anak, bahan penugasan, dan sebagainya.
2)   Menciptakan situasi yang nyaman bagi anak, sehingga anak tidak mengetahui bahwa ia sedang dinilai agar hasil penilaian benar-benar objektif.
3)   Penilaian harus bersifat adil dan tidak pilih kasih dalam menilai.
4)   Pencatatan dan pengolahan data harus dilakukan secara teliti, cermat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.






III.   PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a.       Sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan anak usia dini  adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, landasan filosofis berupa berbagai pemikiran ahli terhadap proses perkembangan dan pembelajaran anak usia dini, dan landasan pengetahuan yang berasal dari berbagai penelitian tentang anak.
  1. Hakekat dari program pendidikan anak usia dini adalah bahwa anak usia dini merupakan usia emas dalam perkembangan intelektual dan moralnya, sehingga pendidikan di usia ini harus diarahkan pada upaya menggali dan merangsang potensi dan kreativitasnya secara optimal.
  2. Komponen pendidikan anak usia dini, meliputi standar kompetensi anak usia dini, kurikulum dan penilaian.
B.  Rekomendasi
1.       Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat
2.       Kepala UPT Dinas Pendidikan Koto Xi Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan







DAFTAR KEPUSTAKAAN


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2012. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain Peran. Jakarta

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2012. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak. Jakarta

Hariwijaya. 2007. PAUD Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan Sejak Dini. Bandung

Rochiati, 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen. PT. Remaja Rosdakarya:Bandung

Solehuddin, 1997. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP Bandung:Bandung.

Suyatman. 2008. Pengembangan Kecerdasan Spritial, emosional dan Intelektual, sebuah makalah. Jakarta.













Lampiran 1
Daftar Paud di Lingkungan UPT Dinas Pendidikan XI Tarusan
Kabupaten Pesisir Selatan
No.
Nama Sekkolah
Alamat
Kepala Sekolah
Jumlah Guru





































































Lampiran 2


Tidak ada komentar:

Posting Komentar