Sabtu, 04 Mei 2013

Menulis Deskripsi dengan Kontextual


PENDAHULUAN



A.  Latar Belakang

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian maksud dari pembicara kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi di antara dua orang atau lebih dengan menggunakan simbol verbal dan non-verbal.
Pembelajaran bahasa mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena itu keempat keterampilan ini disebut juga “catur tunggal”. Keempat aspek keterampilan berbahasa ini merupakan fokus tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, hal ini berarti bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan membina kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek keterampilan ini dalam pelaksanaannya disajikan secara terpadu (Depdikbud, dalam Ritawati, 2007: 63).
1
Menulis di SD merupakan landasan bagi tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai kemampuan yang mendasari tingkat pendidikan selanjutnya, menulis perlu mendapat perhatian guru, sebab jika dasarnya tidak kuat pada pendidikan berikutnya siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memperoleh dan memiliki pengetahuan. Pembelajaran menulis di kelas IV SD dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan yang terdapat dalam kurikulum bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar pada aspek menulis adalah sebagai berikut: 1) menulis dialog sederhana, 2) menulis deskripsi, 3) menulis surat undangan, 4) menulis puisi bebas, 5) meringkas isi buku, 6) menulis laporan pengamatan.
Deskripsi berasal dari kata descibere yaitu menggambarkan atau memberikan suatu hal. Menulis deskripsi adalah menulis karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, mencium, dan merasakan apa yang dilukiskan sesuai dengan citra penulisnya. Untuk menjadikan penulis yang sukses, ada hal-hal yang dilakukan untuk menulis karangan deskripsi yaitu: bertanya pada diri sendiri tentang hal-hal yang akan ditampilkan dalam tulisan, menentukan tema, menggunakan perincian yang terpilih, menata perincian dengan fakta yang logis dan mencermati pemilihan dan pemakaian kata.
Pembelajaran menulis deskripsi bertujuan agar siswa mampu menggambarkan atau memberikan suatu objek sehingga pembaca merasakan keadaan yang dideskripsikan oleh penulis. Menurut Rusyana (1988:191) “Menulis merupakan kemampuan untuk menggungkapkan sesuatu atau pesan dengan tulisan”. Sedangkan Aipin, (diakses 25 Mai 2011) mengungkapkan ”deskripsi adalah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut”. Pembelajaran secara konvensional siswa diposisikan sebagai orang yang tidak tahu apa-apa. Siswa hanya menunggu dan menyerap apa yang diberikan guru, akibatnya siswa pasif dan guru menjadi aktif. Sedangkan guru hanya memberikan pengetahuan kepada siswa tanpa memperhitungkan apakah ilmu yang diberikan itu dapat diterima oleh siswa atau tidak, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Dengan demikian guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran harus mencarikan solusi dari permasalahan di atas, seperti dengan penggunaan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat Wina (2006:109) bahwa: Contextual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Sedangkan Ardina (dalam Depdiknas, 2006:45), mengungkapkan “Pembelajaran Contextual adalah suatu konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan sitasi dunia nyata”. Pembelajaran Contextual memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat yang berada dilingkungannya.
Muhammad (2005:5) mengungkapkan “Pembelajaran Contekstual memberikan berbagai kemungkinan terhadap pengembangan diri siswa”. Pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampailan akademik mereka dalam berbagai tatanan di dalam dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Menurut Kunandar (2008:293) ”Pendekatan Contekstual adalah konsep pembelajaran yang beranggapan bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah”. Artinya belajar akan lebih bermakna jika siswa bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sedangkan menurut Wina (2006:225) ”Pendekatan Contekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari”. Materi kemudian dihubungkan dengan situasi nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang diyakini dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual maka pembelajaran akan berlangsung dalam suasana menyenangkan dan lebih bermakna bagi siswa. Dalam belajar, siswa dituntut aktif dan kreatif. Untuk itu, dalam menerapkan pendekatan kontekstual ini peneliti dituntut aktif dan kreatif pula.
Berdasarkan kegiatan mengajar di SD Negeri 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi disebabkan oleh kurangnya minat siswa dalam menulis karangan deskripsi karena guru hanya menggunakan metode yang kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran. Hendaknya dalam pembelajaran guru harus menggunakan berbagai metode atau pendekatan, diantara pendekatan tersebut yang dapat digunakan adalah pendekatan kontekstual, hal ini dikarenakan oleh kemampuan siswa kelas IV SD yang masih berada dimasa operasional konkrit dan masih membutuhkan benda nyata untuk mengembangkan imajinasinya dalam menulis karangan deskripsi. 
Berdasarkan permasalahan yang penulis temukan di lapangan, penulis tertarik untuk mengangkat masalah menulis siswa SD dalam sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan menggunakan Pendekatan Contekstual bagi Siswa Kelas V SD Negeri 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan  Kota Padang”.

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, rumusan masalah secara umum adalah ”bagaimana peningkatkan kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual bagi siswa kelas IV SD Negeri 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan  Kota Padang” dan secara khusus dapat dirinci sebagai berikut:
1.   Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual pada tahap pramenulis bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang?
2.   Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual pada tahap menulis bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang?
3.   Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual pada tahap pascamenulis bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum tujuan penelitian ini adalah “peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang” sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1.      Peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual pada tahap pramenulis bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.
2.      Peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual pada tahap menulis bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.
3.      Peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual pada tahap pascamenulis bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.
D.  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tindakan kelas diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara meningkatkan menulis Deskripsi pada siswa  kelas IV SD. Selain itu Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dimanfaat oleh berbagai pihak diantaranya:
1.      Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam peningkatkan kemampuan menulis Deskripsi siswa di kelas IV SD.
2.      Bagi guru, sebagai bahan informasi kepada guru SD pentingnya peningkatkan kemampuan menulis deskripsi sekaligus panduan dalam menjalankan tugas mengajar yang menyangkut dengan upaya membimbing siswa terampil dalam menulis karangan deskripsi.
3.      Bagi siswa, dapat  memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa SD dalam kegiatan menulis.










II.   

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI
A.KAJIAN TEORI   
1. Hakikat Menulis
a.  Pengertian  Menulis
  Keterampilan menulis merupakan komunikasi antara penulis dengan pembaca walaupun tidak bertatap muka (langsung). Menurut Suparno (2003:13) “Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya”. Senada dengan itu menurut Yetti (2007:5.4) “Menulis adalah suatu kegiatan menuliskan kata serta kalimat sesuai dengan konvensi dalam penggunaan huruf, tanda baca, serta konvensi tata tulis lainnya (lambang-lambang grafik)”. Dapat disimpulkan pesan merupakan muatan yang terkandung dalam suatu tulisan sedangkan tulisan merupakan sebuah lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Oleh sebab itu, dalam komunikasi tulis terdapat empat hal yang terlibat, yaitu: penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran media atau media berupa tulisan dan pembaca sebagai penekata pesan.
8
Menulis dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya, sebagaimana dikatakan oleh Murray (dalam Saleh, 2006:127) bahwa menulis adalah “proses berpikir yang berkesinambungan, mulai dari mencoba sampai dengan mengulas kembali”. Menulis sebagai proses berfikir berarti bahwa sebelum dan atau saat setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berfikir. Proses berfikir menurut pappas (dalam Saleh, 2006:127) merupakan proses yang bersifat aktif, konstruktif dan menuangkan gagasan berdasarkan skemata, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki secara  tertulis. Dalam proses tersebut diperlukan kesungguhan  mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis dan menata ulang gagasan yang dicurahkan. Hal tersebut diperlukan agar tulisan yang dihasilkan dapat dipahami pembaca dengan baik.
Menurut Rusyana (1988:191) “menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”.
          Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1) menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi, 2) menulis adalah kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, dan 3) menulis dan berfikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang.
b. Tujuan Menulis
Pembelajaran menulis dapat diartikan sebagai proses membuat siswa belajar melakukan kegiatan menulis dengan benar. Tujuan menulis membantu siswa agar dapat menulis atau memanipulasi lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran menulis. Pembelajaran dapat berupa penciptaan serangkaian kegiatan sehingga siswa dengan mudah belajar atau dapat juga dengan kondisi yang sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajaran sehingga dapat dengan mudah  untuk belajar.
Menurut Aflah (2008:1), “Menulis merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari dan diajarkan”. Pembelajaran menulis ini diajarkan dengan tujuan agar siswa mempunyai kemampuan dalam menuangkan ide, gagasan, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan benar. Jika siswa sering berlatih dalam menuangkan ide, gagasan, pikiran dan pengalaman serta pendapatnya maka ia akan terampil dalam menulis.
Seorang penulis memiliki tujuan-tujuan tersendiri sesuai dengan bentuk-bentuk tulisannya. Namun, di SD pembelajaran menulis memiliki tujuan tersendiri sesuai dengan tingkatan kelas siswa SD yang bersangkutan. Adapun tujuan menulis menurut Hugo Hartig (2008:3)  adalah; (a) Memberi (menjual) informasi; (b) Mencerahkan jiwa; (c)  Mengabadikan sejarah; (d) Ekspresi diri; (e) Mengedepankan idealisme; (f) Mengemukakan opini dan teori; serta (g) Menghibur.
Menurut Lie (2008:2), orang menulis gunanya untuk mencapai tujuan tertentu, seperti:
1) memberi (menjual) informasi yaitu: sebagian besar tulisan dihasilkan dengan tujuan memberi (baca: menjual) informasi, teristimewa bila hasil karya tulis tersebut diperjual belikan. Pada sisi positif lain, tulisan juga bersfat memperkenalkan atau mempromosikan sesuatu, temasuk suatu kejadian (berita) atau tempat (pariwisata), 2) mencerahkan jiwa yaitu: bacaan sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia modern, sehingga karya tulis selain sebagai komoditi juga layak dipandang sebagai salah satu sarana pencerahan pikiran dan jiwa, 3) mengabdikan sejarah yang mana sejarah harus ditulis agar abadi sampai ke generasi selanjutnya, 4) ekpresi diri dimana tulisan juga merupakan sarana mengekpresikan diri, baik bagi perorangan maupun kelompok, 5) mengedepankan idealisme, umumnya dituangkan dalam bentuk tertulis supaya memiliki daya sebar lebih cepat dan merata, 6) mengemukakan opini dan teori, buah pikiran pun hampir selalu diabadikan dalam bentuk tulisan, dan 7) menghibur, baik temanya maupun bukan, tulisannya juga bersifat menghibur.

 Pembelajaran menulis berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu siswa mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif (Depdiknas, 2006).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tujuan menulis yaitu memberikan informasi pada pembaca, baik suatu peristiwa, masalah, berita, dan pernyataan yang tujuannya untuk menghibur pembaca dan dapat menyalurkan serta mengembangkan kreativitas seseorang. Tulisan dibuat untuk dapat memecahkan masalah bagi seseorang dalam menyelesaikan soal kesehariannya.
c. Manfaat menulis

Kegiatan menulis banyak manfaatnya, seperti yang diungkapkan Sabarti Akhadiah (dalam Slamet, 2007:169) yaitu: (a) dapat mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis; (b) dapat mengembangkan dan menghubung-hubungkan beberapa gagasan atau pemikiran; (c) dapat memperluas wawasan dan kemampuan berfikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berfikir terapan; (d) dapat menjelaskan dan mempertegas permasalahan yang kabur; e) dapat menilai gagasan sendiri secara objektif; f) dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat; g) dapat membiasakan diri untuk berfikir dan berbahasa secara tertib.
Pembelajaran menulis dapat mengemukakan berbagai keinginan siswa yang tersirat dalam perasaan sehingga dapat menemukan ide-ide untuk dilahirkan melalui tulisan. Seorang siswa akan mampu menyesuaikan diri dengan dunia tulisan seperti mengungkapkan perasaan dengan mengarang sebuah cerita yang mengeluarkan imajinasi yang dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan.
Pembelajaran menulis berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu siswa mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif (Depdiknas, 2006).
d. Proses Pembelajaran Menulis
Menurut Tompkins (dalam Khaerudin, 2007:7), proses menulis disajikan dalam lima tahap yaitu: (a) pramenulis, (b) pembuatan draft, (c) merevisi, (d) menyunting, dan (e) berbagi (sharing). Ia juga menekankan bahwa tahap-tahap menulis ini tidak bersifat putaran berulang. Misalnya setelah selesai menyunting tulisan, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draft awalnya. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis dari awal sampai akhir menulis, sehingga tulisan yang dihasilkan akan tersusun secara runtut.
Senada dengan pendapat tersebut menurut Sabarti (1998:3) tahap menulis ada tiga yaitu : “(a) tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan, (b) tahap menulis yaitu tahap yang membahas butir topik yang ada di dalam kerangka cerita yang sudah disusun, (c) tahap revisi maksudnya menulis kembali buram yang telah ditulis, kemudian buram tersebut direvisi”.
Sedangkan menurut Suparno (2004:1.14) tahap menulis ada tiga, yaitu (a) tahap prapenulisan atau tahap persiapan menulis, (b) tahap penulisan yaitu mengembangkan butir demi butir yang terdapat dalam kerangka cerita, (c) tahap pasca penulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan. Berbeda dengan Miller (dalam Hugo, diakses 4 Maret 2008) menurutnya ada lima tahap menulis yaitu: (a) tahap persiapan, (b) tahap inkubasi, (c) saat inspirasi, (d) tahap penulisan serta, (e) tahap revisi.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat dibandingkan bahwa tahap-tahap menulis ada tiga yaitu pra menulis, saat menulis, dan pasca menulis, degnan bantuan guru dan penggunaan cara pembelajaran yang tepat, siswa dapat mengembangkan pembelajaran menggunakan tahap-tahap di dalam menuli
2. Menulis Deskripsi
a.  Pengertian Menulis Karangan Deskripsi
Muslich (2007:2) “menyatakan bahwa menulis deskripsi adalah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut”. Sedangkan Aipin (diakses 25 mai 2011) deskripsi adalah ”karangan yang berisi gambaran yang mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut”.
Selanjutnya Semi (1990:42) berpendapat bahwa Deskripsi adalah “tulisan yang bertujuan memberikan perincian dan detail tentang objek sehingga memberikan pengaruh pada sensivitas dan imajinasi pembaca seolah-olah ikut melihat, mendengarkan, merasakan serta mengalami lansung objek tersebut”.
Deskripsi adalah penggambaran. Dalam menulis karangan deskripsi disebar sepanjang cerita, hindari jadi otak pembaca dengan menyisipkan kesimpulan dan penafsiran sendiri. Harus diingat bahwa penulis adalah mata, hidung dan telinga bagi pembaca. Deskripsi adalah tulisan yang bertujuan memberikan perincian dan detail tentang objek sehingga memberi pengaruh pada sensivitas dan amajinasi pembaca atau pendengar.
Pengertian karangan deskripsi dapat disimpulkan sebagai suatu jenis karangan yang melukiskan suatu objek sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan, mencium secara imajinatif apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dicium oleh penulis tentang objek yang dimaksud/dilukiskan tersebut.
b. Jenis-Jenis Deskripsi
 Ada dua jenis tulisan deskripsi, yaitu 1) deskripsi ekspositoris atau deskripsi teknis, dan 2) deskripsi sastra. Menurut Lubis (2008:1) deskripsi ekspositoris atau deskripsi teknis, yaitu deskripsi yang tidak menimbulkan imajinasi, kesan, dan pengaruh kepada pembaca. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang formal dan lugas. Bentuk ini kadang-kadang sukar di bedakan dengan eksposisi, bahkan hampir sama dengan eksposisi, sedangkan deskripsi sastra  yaitu menimbulkan imajinasi, kesan, dan pengaruh kepada para pembaca. Dengan kata lain deskripsi sastra berusaha menciptakan suatu penghayatan terhadap objek tersebut melalui imajinasi pembaca. Dalam penelitian tindakan ini penulis selaku peneliti memfokuskan kepada deskripsi ekspositoris.
      c. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi
 Langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis karangan deskripsi menurut Muslich (2007:3) sebagai berikut: ”1) tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan, 2) tentukan tujuan, 3) tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan, 4) susunlah aspek-aspek tersebut kedalam arutan yang baik, 5) apakah lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan, dan 6) memgembangkan kerangka menjadi deskripsi“.
   Selanjutnya Eny (2004:61) menyatakan bahwa ”langkah-langkah mengarang adalah: 1) menentukan tema, 2) merumuskan tujuan, 3) mengumpulkan bahan, 4) membuat kerangka karangan, dan 5) mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang utuh”.     
  Deskripsi termasuk salah satu bentuk tulisan yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan keadaan yang dilukiskan oleh sipenulis deskripsi yang sukses. Berdasarkan langkah-langkah yang dipaparkan para ahli di atas, simpulannya adalah sebagai berikut: 1) bertanya pada diri sendiri tentang hal-hal yang akan ditampilkan dalam tulisan, dibutuhkan insting dan jiwa seseorang pengarang/penulis sejati sehingga hal-hal yang diungkapkan merupakan suatu ide-ide yang menarik, 2) menentukan tema setelah memiliki gambaran tentang hal yang akan ditulis, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tema dari tulisan yang akan dibuat, 3) menggunakan perincian yang terpilih, dalam menulis karangan deskripsi tidak semua hal dari objek dirinci atau diceritakan akan tetapi harus dipilih hal/bagian yang akan dirinci,  4) menata perincian dengan fakta yang logis, penulis/penggambaran keadaan dari suatu objek harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga tidak melihat unsur rekayasa, dan 5) mencermati pemilihan dan pemakaian kata., kata-kata yang digunakan dalam melukiskan suatu objek dalam bentuk kalimat hendaklah dipilih dengan cermat sehingga kata-kata dalam yang digunakan penuh nilai-nilai sastra yang sudah dipahami.

3. Hakikat Pendekatan Contekstual
a.  Pengertian Pendekatan
Pendekatan merupakan alat bantu untuk mengarahkan pembelajaran sesuai dengan skenario yang dibuat melalui perencanaan dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan adalah cara atau usaha dalam mendekati atau mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Menurut Lufri (2004:22) menyatakan "Pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filosofi, dan keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi, Pendekatan lebih mengutamakan bagaimana cara-cara yang kita lakukan dalam pembelajaran. Sedangkan wordspress (2008) menyatakan bahwa "Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya". Pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guna membuat siswa terlibat secara aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran
Ischak (2002:5.1) menyatakan bahwa ”pendekatan mengandung arti cara pandang atau cara menyikapi sesuatu dengan bertolak dari asumsi tertentu”. Kemudian Nasution (2003:5.3) juga berpendapat bahwa ”pendekatan dalam belajar mengajar pada hakikatnya adalah sesuatu usaha guru untuk mengembangkan keefektifan pembelajaran”. Sedangkan Parera (diakses 25 Mai 2011) mengungkapkan ”Pendekatan merupakan satu aksioma yaitu sesuatu yang baku dan tidak lagi dibantah, akan kebenarannya”.
  Simpulan dari beberapa pendapat para ahli di atas pendekatan merupakan cara atau usaha, menyikapi, satu prinsip yang berkaitan dengan bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk membangkitkan minat belajar sehingga pembelajaran lebih bermakna dan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
b. Pengertian Pendekatan Contekstual
Pendekatan Contekstual merupakan salah satu cara bagi guru dalam menjalankan proses pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan beberapa kemampuan dalam mempelajari proses belajarnya. Adapun yang dimaksudkan dengan pendekatan Contekstual menurut Muslich (2007:41), yaitu: “Pendekatan Contekstual merupakan, Konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata si siswa”.
Sedangkan Ihat (2007:18) berpendapat bahwa: “Pendekatan Contekstual merupakan upaya pendidikan untuk menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa melakukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat”. Sedangkan menurut Nasar (2006:109) ”Contekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan kaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa, sehingga mendorong siswa  untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka”.
Pendekatan pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Oleh sebab itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pendekatan Contekstual merupakan konsep belajar dimana dalam proses pembelajaran kegiatan belajar siswa akan terlaksana dengan cara mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa.
c.    Karakteristik Pendekatan Kontekstual
Ada beberapa karakteristik pendekatan Contekstual menurut yang dikemukakan oleh para ahli, Muslich Mansur (2007:42) mengemukakan karakteristik pembelajaran pendekatan Contekstual sebagai berikut:
(1) Learning in real life setting, yaitu: Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik maksudnya: Pembelajaran diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah. (2) Meaningful learning, yaitu: Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna. (3) Learning by doing, yaitu: Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna pada siswa. (4) Learning in a group, yaitu: Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman. (5) Learning to know each other deeply, yaitu: Pembelajaran memberikan kesempatan unutk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam. (6) Learning to ask, to inquiry, to work together, yaitu: Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mengutamakan kerjasama. (7) Learning as an enjoy activity, yaitu: Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.

Selanjutnya secara sederhana Nurhadi (dalam Masnur, 2007:43), mendeskripsikan karakteristik pendekatan Contekstual dengan sepuluh kata kunci yaitu : “(1) Kerja sama, (2) Saling Menunjang, (3) Menyenangkan dan tidak membosankan, (4) Belajar dengan gairah, (5) Pembelajaran integrasi, (6) Menggunakan berbagai sumber, (7) Siswa aktif, (8) Sharing dengan teman, (9) Siswa kritis, (10) Guru kreatif”.
Wina (2007:256) mengungkapkan karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan Contekstual adalah:
1) Dalam Contekstual, pembelajaran merupakan poses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari 2) Pembelajaran Contekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambahkan pengetahuan baru (acquiring knowledge) 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini 4) Mempraktikkan pemahaman dan pengalaman tersebut (apllying knowledge) yaitu pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa pendekatan Contekstual dapat memenuhi syarat pembelajaran yang efektif karena umumnya siswa bekerja tidak sendiri dan lebih mengutamakan bekerja sama dalam kelompoknya.
d.      Komponen dalam Penerapan Pendekatan Contekstual
Menurut lhat (2007:22) ada tujuh komponen utama dalam penerapan pendekatan pembelajaran Contekstual yaitu :
(1) Konstruktivisme ; Konstruktivisme merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia di dalam dirinya sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). (2) Pencarian (inquiry) ; Menemukan merupakan inti dari pendekatan kontekstual. (3) Bertanya (Questioning) ; Bertanya merupakan salah satu pendekatan dalam pendekatan kontekstual. (4) Masyarakat belajar (Learning Community); Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada komunikasi dua arah atau lebih, yaitu antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan pendidik apabila diperlukan  atau komunikasi di antara kelompok. (5) Pemodelan (modelling) ; Pemodelan perlu diadakan dalam pendekatan kontekstual. (6) Refleksi (reflekction) ; Refleksi adalah cara berfikir tentang sesuatu yang sudah dipelajari. (7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa komponen pendekatan kontekstual ada tujuah yaitu (1) Konstruktivisme, (2) Pencarian (inquiry), (3) Bertanya (Questioning), (4) Masyarakat belajar (Learning Community, (5) Pemodelan (modelling), (6) Refleksi (reflekction), (7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
e.       Langkah-langkah Pendekatan Contekstual
Pengetahuan pendekatan Contekstual dalam proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik serta dapat mencapai tujuan pembelajaran apabila dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada pendekatan Contekstual.
Menurut Wina (2006:124). Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contekstual sebagai berikut :
(1) Pendahuluan, yaitu : Meliputi kegiatan; (a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi yang akan dipelajari; (b) guru menjelaskan prosedur pendekatan kontekstual; dan (c) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang akan dikerjakan oleh setiap siswa. (2) Inti, yaitu : Meliputi kegiatan; (a) di lapangan, seperti melakukan observasi dan mencatat apa yang ditemukan dilapangan; (b) dalam kelas, seperti mendiskusikan hasil temuan, melaporkan hasil diskusi, dan setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lain. (3) Penutup yaitu : Meliputi kegiatan; (a) siswa menyimpulkan hasil observasi dengan bantuan guru; (b) guru memberi siswa tugas untuk membuat suatu karangan tentang pengalaman belajar.

Menurut Martinis (2008:152) mengatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran Contekstual yaitu: (a) Membuat hubungan yang bermakna, (b) Melakukan pekerjaan yang berarti, yaitu dengan melakukan pekerjaan atau tugas yang sesuai, (c) melakukan pekerjaan yang di atur sendiri seperti (1) siswa belajar sendiri melalui tatanan cara yang berbeda-beda, (2) membebaskan siswa menggunakan gaya belajar sendiri, (3) proses belajar yang melibatkan siswa dalam aksi yang bebas.
Dengan demikian penggunaan pendekatan Contekstual sesuai langkah-langkah tersebut, maka siswa akan dapat belajar lebih baik dan berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal tersebut akan dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa terhadap pelajaran, sehingga pengalaman belajar siswa akan lebih baik dan siswa akan belajar lebih optimal.
4.    Penilaian Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Pendekatan Contekstual
a.   Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan alat untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh siswa menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Disamping itu juga sebagai media koreksi tentang berhasil tidaknya seorang guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa.
Saleh (2006:146) menyatakan bahwa “penilain yaitu serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan”. Kemudian Gay (2008) berpendapat bahwa “penilaian merupakan suatu proses yang dianggap sistematik semasa mengumpul dan menganalisis data bagi yang menentukan sama ada sesuatu objek yang telah ditetapkan itu telah tercapai”. Penilaian pendidikan mencakup aspek-aspek seperti hasil pengajaran, program pengajaran dan maklumat kearah usaha pengajaran itu.
Nana (2005:111) mengemukakan bahwa penilaian adalah “proses memberikan atau menentukan nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian merupakan suatu rangkaian proses pemberian nilai terhadap proses pembelajaran peserta didik dan diukur berdasarkan kriteria tertentu”.
Nasution (1999:11) mengemukakan bahwa prinsip penilaian adalah “(1) alat mengukur hasil belajar peserta didik, (2) alat bagi pendidik untuk menilai efektifitasnya mengajar, dan (3) titik tolak untuk memperbaiki prestasi peserta didik dengan menganalisis kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat serta memperbaiki metode mengajar”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik terhadap kompetensi yang telah diajarkan berdasarkan kriteria tertentu sehingga pembelajaran dapat diukur daya serapnya, dan penilaian juga merupakan alat ukur bagi pendidik dalam menganalisis pembelajaran yang telah disampaikan.
b.      Tujuan Penilaian
Tujuan penilaian menurut Saleh (2006:146) adalah untuk: (1) Memantau pertumbuhan dan perkembangan kemampuan siswa (2) Mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu, beberapa tingkat ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini berguna sebagia umpan balik bagi siswa saat mengetahui kemampuan dan kekurangannya, sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajar (3) Mendiagnosa kesulitan belajar siswa sehinnga memungkinkan dilakukan pengayaan dan remedi (4) Mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini akan mendorong guru melakukan refleksi agar memiliki kemampuan mengajar lebih baik.
c.       Prinsip penilaian
Penilaian yang akan dilaksanakan harus terarah agar mematuhi prinsip-prinsip dalam Saleh (2006:146)   sebagai berikut: (1) berorientasi pada kompetensi, (2) menyeluruh mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, (3) mendidik, (4) terbuka, (5) bermakna, adil dan objektif, dan (6) berkesinambungan.
d.      Bentuk Penilaian
Bentuk intsrumen yang digunakan ada tes dan non tes. Bentuk instumen meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (permomance) dan portofolio. Sedangkan bentuk instrumen non tes meliputi: wawancara, invintori dan pengamatan, terdapat dalam Saleh (2006:147).
e.       Bentuk asesmen dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi
Menurut Burs dalam Saleh (2006:168) ada beberapa  cara yang dapat dilakukan dalam menulis karangan yaitu: bertanya jawab atau berdiskusi, memantau kegiatan siswa pada tiap proses menulis baik pramenulis, penulisan, dan pascapenulisan dengan menggunakan obsevasi catatan lapangan dan ceklis, serta memantau hasil karangan siswa dengan asesmen portofolio. 
B. KERANGKA TEORI

Pembelajaran menulis karangan deskripsi untuk siswa di kelas IV SD termasuk jenis pembelajaran menulis lanjutan. Tujuan utamanya adalah menggupayakan siswa dapat memahamim cara menulis untuk pemahaman yang lebih tinggi baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual dapat dilakukan dengan tiga tahap sebagai berikut:  (1) pramenulis, (2) penulisan, dan (3) pascapenulisan.
Pada tahap pramenulis siswa diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam menentukan objek yang diamati. Hal ini dapat dilakukan dengan mengemukakan tujuan dari objek yang dideskripsikan, menentukan bagian objek yang dideskripsikan, mendeskripsikan objek yang telah dipilih, dan membuat kerangka deskripsi.
Pada tahap penulisan siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan deskripsi. Dalam kegiatan menulis karangan deskripsi digunakan pendekatan Contekstual, agar siswa lebih termotifasi dan merasa senang dalam melakukan kegiatan menulis. Kemudian siswa menuliskan karangan deskripsi dengan menggunakan kalimat efektif dan cermat serta bernilai sastra yang mudah dipahami.
Pada tahap pascapenulisan siswa membaca ulang karangan deskripsi (penilaian), dan memperbaiki kalimat dalam karangan sesuai dengan EYD yang benar. Kemudian siswa menyalin kembali karangan yang sudah diperbaiki, dan mempublikasikan karangan deskripsi yang telah dibuatnya. Untuk lebih ringkasnya kerangka teori ini dapat dilihat dalam bagan 2.1 sebagai berikut:

1 komentar: