PENDAHULUAN
Bahasa
berfungsi sebagai alat komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian
maksud dari pembicara kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu.
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai penyampaian dan penerimaan pesan atau
informasi di antara dua orang atau lebih dengan menggunakan simbol verbal dan
non-verbal.
Pembelajaran bahasa mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu: (1)
keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca,
(4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, karena itu keempat keterampilan ini disebut juga
“catur tunggal”. Keempat aspek keterampilan berbahasa
ini merupakan fokus tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, hal ini berarti bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan membina kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia dalam menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek
keterampilan ini dalam pelaksanaannya disajikan secara terpadu (Depdikbud,
dalam Ritawati, 2007: 63).
Menulis di SD merupakan
landasan bagi tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai kemampuan yang
mendasari tingkat pendidikan selanjutnya, menulis perlu mendapat perhatian
guru, sebab jika dasarnya tidak kuat pada pendidikan berikutnya siswa akan
mengalami kesulitan untuk dapat memperoleh dan memiliki pengetahuan. Pembelajaran menulis di kelas IV SD dilaksanakan dengan mengacu pada
tujuan yang terdapat dalam kurikulum bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar pada
aspek menulis adalah sebagai berikut: 1) menulis dialog sederhana, 2) menulis
deskripsi, 3) menulis surat undangan, 4) menulis puisi bebas, 5) meringkas isi
buku, 6) menulis laporan pengamatan.
Deskripsi berasal dari kata descibere
yaitu menggambarkan atau memberikan suatu hal. Menulis deskripsi adalah menulis
karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga
pembaca dapat melihat, mendengar, mencium, dan merasakan apa yang dilukiskan
sesuai dengan citra penulisnya. Untuk menjadikan penulis yang sukses, ada
hal-hal yang dilakukan untuk menulis karangan deskripsi yaitu: bertanya pada
diri sendiri tentang hal-hal yang akan ditampilkan dalam tulisan, menentukan
tema, menggunakan perincian yang terpilih, menata perincian dengan fakta yang logis
dan mencermati pemilihan dan pemakaian kata.
Pembelajaran menulis
deskripsi bertujuan agar siswa mampu menggambarkan atau memberikan suatu objek
sehingga pembaca merasakan keadaan yang dideskripsikan oleh penulis. Menurut Rusyana (1988:191) “Menulis merupakan
kemampuan untuk menggungkapkan sesuatu atau pesan dengan tulisan”. Sedangkan Aipin, (diakses 25 Mai 2011) mengungkapkan
”deskripsi adalah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal keadaan
sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut”. Pembelajaran secara konvensional siswa diposisikan sebagai orang
yang tidak tahu apa-apa. Siswa hanya menunggu dan menyerap apa yang diberikan
guru, akibatnya siswa pasif dan guru menjadi aktif. Sedangkan guru hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa tanpa memperhitungkan apakah ilmu yang
diberikan itu dapat diterima oleh siswa atau tidak, sehingga tujuan
pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Dengan demikian guru sebagai
fasilitator dalam pembelajaran harus mencarikan solusi dari permasalahan di
atas, seperti dengan penggunaan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual
merupakan pendekatan yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk menemukan materi pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat Wina (2006:109)
bahwa: Contextual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Sedangkan Ardina (dalam Depdiknas,
2006:45), mengungkapkan “Pembelajaran Contextual adalah suatu konsepsi
pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan sitasi
dunia nyata”. Pembelajaran Contextual memotivasi siswa untuk
menghubungkan pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai
anggota keluarga dan masyarakat yang berada dilingkungannya.
Muhammad (2005:5) mengungkapkan
“Pembelajaran Contekstual memberikan
berbagai kemungkinan terhadap pengembangan diri siswa”. Pembelajaran
kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampailan akademik mereka dalam berbagai tatanan di dalam
dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata
atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Menurut Kunandar (2008:293)
”Pendekatan Contekstual adalah konsep
pembelajaran yang beranggapan bahwa siswa akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan secara alamiah”. Artinya belajar akan lebih bermakna jika
siswa bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
mengetahuinya. Sedangkan menurut Wina (2006:225) ”Pendekatan Contekstual adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari”. Materi kemudian dihubungkan dengan
situasi nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat dikatakan
bahwa pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang diyakini dapat
meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan pendekatan
kontekstual maka pembelajaran akan berlangsung dalam suasana menyenangkan dan
lebih bermakna bagi siswa. Dalam belajar, siswa dituntut aktif dan kreatif.
Untuk itu, dalam menerapkan pendekatan kontekstual ini peneliti dituntut aktif
dan kreatif pula.
Berdasarkan kegiatan mengajar di SD Negeri 13 Seberang Padang Utara
Kecamatan Padang Selatan Kota Padang, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam
menulis karangan deskripsi masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam
menulis karangan deskripsi disebabkan oleh kurangnya minat siswa dalam menulis
karangan deskripsi karena guru hanya menggunakan metode yang kurang memotivasi
siswa dalam pembelajaran. Hendaknya dalam pembelajaran guru harus menggunakan
berbagai metode atau pendekatan, diantara pendekatan tersebut yang dapat
digunakan adalah pendekatan kontekstual, hal ini dikarenakan oleh kemampuan
siswa kelas IV SD yang masih berada dimasa operasional konkrit dan masih
membutuhkan benda nyata untuk mengembangkan imajinasinya dalam menulis karangan
deskripsi.
Berdasarkan permasalahan yang penulis temukan di lapangan, penulis tertarik
untuk mengangkat masalah menulis siswa SD dalam sebuah penelitian tindakan
kelas dengan judul: “Peningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan
menggunakan Pendekatan Contekstual bagi
Siswa Kelas V SD Negeri 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang”.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, rumusan masalah secara
umum adalah ”bagaimana peningkatkan kemampuan menulis deskripsi dengan
menggunakan pendekatan Contekstual
bagi siswa kelas IV SD Negeri 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang” dan secara khusus dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis
deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual
pada tahap pramenulis bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara
Kecamatan Padang Selatan Kota Padang?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis
deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual
pada tahap menulis bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara Kecamatan
Padang Selatan Kota Padang?
3.
Bagaimanakah
peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual pada tahap pascamenulis bagi
siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota
Padang?
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, secara umum tujuan penelitian ini adalah “peningkatan kemampuan menulis deskripsi
dengan menggunakan pendekatan Contekstual
bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota
Padang” sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan:
1.
Peningkatan
kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual pada tahap pramenulis bagi siswa kelas IV SDN 13
Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.
2.
Peningkatan
kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual pada tahap menulis bagi siswa kelas IV SDN 13 Seberang
Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.
3.
Peningkatan
kemampuan menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan Contekstual pada tahap pascamenulis bagi siswa kelas IV SDN 13
Seberang Padang Utara Kecamatan Padang Selatan Kota Padang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari
penelitian tindakan kelas diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara
meningkatkan menulis Deskripsi pada siswa
kelas IV SD. Selain itu Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dimanfaat
oleh berbagai pihak diantaranya:
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan
dan wawasan dalam peningkatkan kemampuan menulis Deskripsi siswa di kelas IV
SD.
2. Bagi guru, sebagai bahan informasi kepada
guru SD pentingnya peningkatkan kemampuan menulis deskripsi sekaligus panduan
dalam menjalankan tugas mengajar yang menyangkut dengan upaya membimbing siswa
terampil dalam menulis karangan deskripsi.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi
siswa SD dalam kegiatan menulis.
II.
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI
A.KAJIAN TEORI
1. Hakikat Menulis
a. Pengertian Menulis
Keterampilan menulis
merupakan komunikasi antara penulis dengan pembaca walaupun tidak bertatap muka
(langsung). Menurut Suparno (2003:13) “Menulis adalah suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
atau medianya”. Senada dengan itu menurut Yetti (2007:5.4) “Menulis adalah
suatu kegiatan menuliskan kata serta kalimat sesuai dengan konvensi dalam
penggunaan huruf, tanda baca, serta konvensi tata tulis lainnya
(lambang-lambang grafik)”. Dapat disimpulkan pesan merupakan muatan yang
terkandung dalam suatu tulisan sedangkan tulisan merupakan sebuah lambang
bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Oleh sebab itu, dalam
komunikasi tulis terdapat empat hal yang terlibat, yaitu: penulis sebagai
penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran media atau media berupa
tulisan dan pembaca sebagai penekata pesan.
Menulis dapat
didefenisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat atau medianya, sebagaimana dikatakan oleh Murray
(dalam Saleh, 2006:127) bahwa menulis adalah “proses berpikir yang
berkesinambungan, mulai dari mencoba sampai dengan mengulas kembali”. Menulis
sebagai proses berfikir berarti bahwa sebelum dan atau saat setelah menuangkan
gagasan dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berfikir. Proses berfikir menurut pappas (dalam Saleh, 2006:127) merupakan
proses yang bersifat aktif, konstruktif dan menuangkan gagasan berdasarkan
skemata, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Dalam proses tersebut diperlukan
kesungguhan mengolah, menata,
mempertimbangkan secara kritis dan menata ulang gagasan yang dicurahkan. Hal
tersebut diperlukan agar tulisan yang dihasilkan dapat dipahami pembaca dengan
baik.
Menurut
Rusyana (1988:191) “menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa
secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”.
Berdasarkan pendapat para ahli di
atas dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1) menulis merupakan salah satu
komponen sistem komunikasi, 2) menulis adalah kemampuan menggunakan pola-pola
bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, dan 3)
menulis dan berfikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan
berulang-ulang.
b. Tujuan Menulis
Pembelajaran menulis dapat diartikan
sebagai proses membuat siswa belajar melakukan kegiatan menulis dengan benar.
Tujuan menulis membantu siswa agar dapat menulis atau memanipulasi lingkungan
sehingga memberi kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran menulis. Pembelajaran
dapat berupa penciptaan serangkaian kegiatan sehingga siswa dengan mudah
belajar atau dapat juga dengan kondisi yang sengaja dirancang untuk
mempengaruhi pembelajaran sehingga dapat dengan mudah untuk belajar.
Menurut Aflah (2008:1), “Menulis merupakan kegiatan yang paling kompleks
untuk dipelajari dan diajarkan”. Pembelajaran menulis ini diajarkan dengan
tujuan agar siswa mempunyai kemampuan dalam menuangkan ide, gagasan, pikiran,
pengalaman, dan pendapatnya dengan benar. Jika siswa sering berlatih dalam
menuangkan ide, gagasan, pikiran dan pengalaman serta pendapatnya maka ia akan
terampil dalam menulis.
Seorang
penulis memiliki tujuan-tujuan tersendiri sesuai dengan bentuk-bentuk
tulisannya. Namun, di SD pembelajaran menulis memiliki tujuan tersendiri sesuai
dengan tingkatan kelas siswa SD yang bersangkutan. Adapun
tujuan menulis menurut Hugo Hartig (2008:3)
adalah; (a) Memberi (menjual) informasi; (b) Mencerahkan jiwa; (c) Mengabadikan sejarah; (d) Ekspresi diri; (e) Mengedepankan
idealisme; (f) Mengemukakan opini dan teori; serta (g) Menghibur.
Menurut Lie
(2008:2), orang menulis gunanya untuk mencapai tujuan tertentu, seperti:
1) memberi (menjual) informasi yaitu: sebagian
besar tulisan dihasilkan dengan tujuan memberi (baca: menjual) informasi,
teristimewa bila hasil karya tulis tersebut diperjual belikan. Pada sisi
positif lain, tulisan juga bersfat memperkenalkan atau mempromosikan sesuatu,
temasuk suatu kejadian (berita) atau tempat (pariwisata), 2) mencerahkan jiwa
yaitu: bacaan sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia modern, sehingga karya
tulis selain sebagai komoditi juga layak dipandang sebagai salah satu sarana
pencerahan pikiran dan jiwa, 3) mengabdikan sejarah yang mana sejarah harus
ditulis agar abadi sampai ke generasi selanjutnya, 4) ekpresi diri dimana
tulisan juga merupakan sarana mengekpresikan diri, baik bagi perorangan maupun
kelompok, 5) mengedepankan idealisme, umumnya dituangkan dalam bentuk tertulis
supaya memiliki daya sebar lebih cepat dan merata, 6) mengemukakan opini dan
teori, buah pikiran pun hampir selalu diabadikan dalam bentuk tulisan, dan 7)
menghibur, baik temanya maupun bukan, tulisannya juga bersifat menghibur.
Pembelajaran menulis berfungsi pula sebagai
sarana untuk membantu siswa mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif
(Depdiknas, 2006).
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan tujuan menulis yaitu memberikan informasi pada
pembaca, baik suatu peristiwa, masalah, berita, dan pernyataan yang tujuannya
untuk menghibur pembaca dan dapat
menyalurkan serta mengembangkan kreativitas seseorang. Tulisan dibuat untuk
dapat memecahkan masalah bagi seseorang dalam menyelesaikan soal kesehariannya.
c. Manfaat menulis
Kegiatan menulis banyak manfaatnya,
seperti yang diungkapkan Sabarti Akhadiah (dalam Slamet, 2007:169) yaitu: (a) dapat
mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang
sedang ditulis; (b) dapat mengembangkan dan menghubung-hubungkan beberapa
gagasan atau pemikiran; (c) dapat memperluas wawasan dan kemampuan berfikir,
baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berfikir terapan; (d) dapat
menjelaskan dan mempertegas permasalahan yang kabur; e) dapat menilai gagasan
sendiri secara objektif; f) dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca
lebih giat; g) dapat membiasakan diri untuk berfikir dan berbahasa secara
tertib.
Pembelajaran
menulis dapat mengemukakan berbagai keinginan siswa yang tersirat dalam
perasaan sehingga dapat menemukan ide-ide untuk dilahirkan melalui tulisan.
Seorang siswa akan mampu menyesuaikan diri dengan dunia tulisan seperti
mengungkapkan perasaan dengan mengarang sebuah cerita yang mengeluarkan
imajinasi yang dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan.
Pembelajaran
menulis berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu siswa mengemukakan gagasan
dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa
tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan
imajinatif (Depdiknas, 2006).
d. Proses
Pembelajaran Menulis
Menurut Tompkins (dalam Khaerudin,
2007:7), proses menulis disajikan dalam lima tahap yaitu: (a) pramenulis, (b)
pembuatan draft, (c) merevisi, (d) menyunting, dan (e) berbagi (sharing). Ia juga menekankan bahwa
tahap-tahap menulis ini tidak bersifat putaran berulang. Misalnya setelah
selesai menyunting tulisan, penulis mungkin ingin meninjau kembali
kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draft awalnya. Dengan demikian,
tergambar secara menyeluruh proses menulis dari awal sampai akhir menulis,
sehingga tulisan yang dihasilkan akan tersusun secara runtut.
Senada dengan pendapat tersebut
menurut Sabarti (1998:3) tahap menulis ada tiga yaitu : “(a) tahap prapenulisan
merupakan tahap persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan, (b)
tahap menulis yaitu tahap yang membahas butir topik yang ada di dalam kerangka
cerita yang sudah disusun, (c) tahap revisi maksudnya menulis kembali buram
yang telah ditulis, kemudian buram tersebut direvisi”.
Sedangkan menurut Suparno
(2004:1.14) tahap menulis ada tiga, yaitu (a) tahap prapenulisan atau tahap
persiapan menulis, (b) tahap penulisan yaitu mengembangkan butir demi butir
yang terdapat dalam kerangka cerita, (c) tahap pasca penulisan merupakan tahap
penghalusan dan penyempurnaan. Berbeda dengan Miller (dalam Hugo, diakses 4
Maret 2008) menurutnya ada lima tahap menulis yaitu: (a) tahap persiapan, (b)
tahap inkubasi, (c) saat inspirasi, (d) tahap penulisan serta, (e) tahap
revisi.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat
dibandingkan bahwa tahap-tahap menulis ada tiga yaitu pra menulis, saat menulis, dan pasca menulis, degnan bantuan guru dan
penggunaan cara pembelajaran yang tepat, siswa dapat
mengembangkan pembelajaran menggunakan tahap-tahap di dalam menuli
2. Menulis Deskripsi
a. Pengertian Menulis Karangan
Deskripsi
Muslich (2007:2)
“menyatakan bahwa menulis deskripsi adalah karangan
yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca
seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut”. Sedangkan Aipin
(diakses 25 mai 2011) deskripsi adalah ”karangan yang berisi gambaran
yang mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat,
mendengar, atau merasakan hal tersebut”.
Selanjutnya
Semi (1990:42) berpendapat bahwa Deskripsi adalah “tulisan yang bertujuan
memberikan perincian dan detail tentang objek sehingga memberikan pengaruh pada
sensivitas dan imajinasi pembaca seolah-olah ikut melihat, mendengarkan,
merasakan serta mengalami lansung objek tersebut”.
Deskripsi adalah penggambaran. Dalam menulis karangan deskripsi disebar
sepanjang cerita, hindari jadi otak pembaca dengan menyisipkan kesimpulan dan
penafsiran sendiri. Harus diingat bahwa penulis adalah mata, hidung dan telinga
bagi pembaca. Deskripsi
adalah tulisan yang bertujuan memberikan perincian dan detail tentang objek
sehingga memberi pengaruh pada sensivitas dan amajinasi pembaca atau pendengar.
Pengertian karangan deskripsi dapat
disimpulkan sebagai suatu jenis karangan yang melukiskan suatu objek sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat melihat, mendengar,
merasakan, mencium secara imajinatif apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan
dicium oleh penulis tentang objek yang dimaksud/dilukiskan tersebut.
b. Jenis-Jenis
Deskripsi
Ada
dua jenis tulisan deskripsi, yaitu 1) deskripsi ekspositoris atau deskripsi
teknis, dan 2) deskripsi sastra. Menurut Lubis (2008:1) deskripsi ekspositoris
atau deskripsi teknis, yaitu deskripsi yang tidak menimbulkan imajinasi, kesan,
dan pengaruh kepada pembaca. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang formal
dan lugas. Bentuk ini kadang-kadang sukar di bedakan dengan eksposisi, bahkan
hampir sama dengan eksposisi, sedangkan deskripsi sastra yaitu menimbulkan imajinasi, kesan, dan
pengaruh kepada para pembaca. Dengan kata lain deskripsi sastra berusaha
menciptakan suatu penghayatan terhadap objek tersebut melalui imajinasi
pembaca. Dalam penelitian tindakan ini penulis selaku peneliti memfokuskan
kepada deskripsi ekspositoris.
c. Langkah-Langkah Menulis Karangan
Deskripsi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis
karangan deskripsi menurut Muslich (2007:3) sebagai berikut: ”1) tentukan objek
atau tema yang akan dideskripsikan, 2) tentukan tujuan, 3) tentukan aspek-aspek
yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan, 4) susunlah aspek-aspek
tersebut kedalam arutan yang baik, 5) apakah lokasi, urutan waktu, atau urutan
menurut kepentingan, dan 6) memgembangkan kerangka menjadi deskripsi“.
Selanjutnya Eny (2004:61) menyatakan bahwa ”langkah-langkah mengarang
adalah: 1) menentukan tema, 2) merumuskan tujuan, 3) mengumpulkan bahan, 4)
membuat kerangka karangan, dan 5) mengembangkan kerangka karangan menjadi
karangan yang utuh”.
Deskripsi termasuk salah satu bentuk tulisan yang menggambarkan suatu
objek sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan keadaan
yang dilukiskan oleh sipenulis deskripsi yang sukses. Berdasarkan
langkah-langkah yang dipaparkan para ahli di atas, simpulannya adalah sebagai
berikut: 1) bertanya pada diri sendiri tentang hal-hal yang akan ditampilkan
dalam tulisan, dibutuhkan insting dan jiwa seseorang pengarang/penulis sejati
sehingga hal-hal yang diungkapkan merupakan suatu ide-ide yang menarik, 2)
menentukan tema setelah memiliki gambaran tentang hal yang akan ditulis, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan tema dari tulisan yang akan dibuat, 3)
menggunakan perincian yang terpilih, dalam menulis karangan deskripsi tidak
semua hal dari objek dirinci atau diceritakan akan tetapi harus dipilih
hal/bagian yang akan dirinci, 4) menata
perincian dengan fakta yang logis, penulis/penggambaran keadaan dari suatu
objek harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga tidak melihat unsur
rekayasa, dan 5) mencermati pemilihan dan pemakaian kata., kata-kata yang
digunakan dalam melukiskan suatu objek dalam bentuk kalimat hendaklah dipilih
dengan cermat sehingga kata-kata dalam yang digunakan penuh nilai-nilai sastra
yang sudah dipahami.
3. Hakikat Pendekatan Contekstual
a. Pengertian
Pendekatan
Pendekatan
merupakan alat bantu untuk mengarahkan pembelajaran sesuai dengan skenario yang
dibuat melalui perencanaan dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan
adalah cara atau usaha dalam mendekati atau mencapai sesuatu hal yang
diinginkan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan,
sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Menurut
Lufri (2004:22) menyatakan "Pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan
pendirian, filosofi, dan keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi,
Pendekatan lebih mengutamakan bagaimana cara-cara yang kita lakukan dalam
pembelajaran. Sedangkan
wordspress (2008) menyatakan bahwa "Pendekatan lebih menekankan pada
strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik
pelaksanaannya". Pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guna
membuat siswa terlibat secara aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran
Ischak
(2002:5.1) menyatakan bahwa ”pendekatan mengandung arti cara pandang atau cara menyikapi
sesuatu dengan bertolak dari asumsi tertentu”. Kemudian Nasution (2003:5.3)
juga berpendapat bahwa ”pendekatan dalam belajar mengajar pada hakikatnya
adalah sesuatu usaha guru untuk mengembangkan keefektifan pembelajaran”. Sedangkan
Parera (diakses 25 Mai 2011) mengungkapkan ”Pendekatan merupakan satu aksioma
yaitu sesuatu yang baku dan tidak lagi dibantah, akan kebenarannya”.
Simpulan dari beberapa pendapat
para ahli di atas pendekatan merupakan cara atau usaha, menyikapi, satu prinsip
yang berkaitan dengan bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran untuk membangkitkan minat belajar sehingga
pembelajaran lebih bermakna dan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
b. Pengertian Pendekatan Contekstual
Pendekatan Contekstual merupakan salah satu cara bagi guru dalam menjalankan
proses pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan beberapa
kemampuan dalam mempelajari proses belajarnya. Adapun yang dimaksudkan dengan
pendekatan Contekstual menurut
Muslich (2007:41), yaitu: “Pendekatan Contekstual
merupakan, Konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara
materi ajar dengan situasi dunia nyata si siswa”.
Sedangkan Ihat (2007:18) berpendapat
bahwa: “Pendekatan Contekstual merupakan
upaya pendidikan untuk menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa melakukan hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat”. Sedangkan menurut Nasar (2006:109) ”Contekstual adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan kaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan
siswa, sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkan dalam kehidupan mereka”.
Pendekatan
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Oleh sebab itu hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa, pendekatan Contekstual
merupakan konsep belajar dimana dalam proses pembelajaran kegiatan belajar
siswa akan terlaksana dengan cara mengaitkan materi yang diajarkannya dengan
situasi nyata siswa.
c.
Karakteristik Pendekatan Kontekstual
Ada beberapa
karakteristik pendekatan Contekstual menurut
yang dikemukakan oleh para ahli, Muslich Mansur (2007:42) mengemukakan karakteristik
pembelajaran pendekatan Contekstual
sebagai berikut:
(1) Learning in real life
setting, yaitu:
Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik maksudnya: Pembelajaran
diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau
dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah. (2) Meaningful learning,
yaitu: Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna. (3) Learning by doing, yaitu: Pembelajaran
dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna pada siswa. (4) Learning
in a group, yaitu: Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok,
berdiskusi, saling mengoreksi antarteman. (5) Learning to know each other
deeply, yaitu: Pembelajaran memberikan kesempatan unutk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain
secara mendalam. (6) Learning to ask, to inquiry, to
work together, yaitu: Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif,
produktif, dan mengutamakan kerjasama. (7) Learning as an enjoy activity, yaitu:
Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Selanjutnya secara sederhana Nurhadi
(dalam Masnur, 2007:43), mendeskripsikan karakteristik pendekatan Contekstual dengan sepuluh kata kunci yaitu : “(1) Kerja sama, (2)
Saling Menunjang, (3) Menyenangkan dan tidak membosankan, (4) Belajar dengan
gairah, (5) Pembelajaran integrasi, (6) Menggunakan berbagai sumber, (7) Siswa
aktif, (8) Sharing dengan teman, (9) Siswa kritis, (10) Guru kreatif”.
Wina
(2007:256) mengungkapkan karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan Contekstual adalah:
1) Dalam Contekstual, pembelajaran merupakan poses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada (activing knowledge).
Artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari 2) Pembelajaran Contekstual
adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambahkan pengetahuan baru (acquiring knowledge) 3) Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge)
yaitu pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan
diyakini 4) Mempraktikkan pemahaman dan pengalaman tersebut (apllying knowledge) yaitu pengetahuan
dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan
siswa 5) Melakukan refleksi (reflecting
knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan, bahwa pendekatan Contekstual
dapat
memenuhi syarat pembelajaran yang efektif karena umumnya siswa bekerja tidak
sendiri dan lebih mengutamakan bekerja sama dalam kelompoknya.
d. Komponen dalam Penerapan Pendekatan Contekstual
Menurut lhat (2007:22) ada tujuh komponen utama dalam penerapan
pendekatan pembelajaran Contekstual yaitu
:
(1) Konstruktivisme ; Konstruktivisme merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia di dalam dirinya
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
(sempit). (2) Pencarian (inquiry) ; Menemukan merupakan
inti dari pendekatan kontekstual. (3)
Bertanya (Questioning) ; Bertanya merupakan salah satu pendekatan dalam pendekatan kontekstual. (4) Masyarakat belajar (Learning
Community); Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada komunikasi dua arah atau
lebih,
yaitu antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan pendidik apabila
diperlukan atau komunikasi di antara
kelompok. (5) Pemodelan (modelling) ; Pemodelan perlu diadakan dalam pendekatan kontekstual. (6) Refleksi (reflekction) ; Refleksi adalah cara
berfikir tentang sesuatu yang sudah dipelajari. (7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assesment)
Berdasarkan
pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa komponen pendekatan kontekstual
ada tujuah yaitu (1) Konstruktivisme, (2) Pencarian (inquiry), (3) Bertanya (Questioning), (4) Masyarakat belajar (Learning Community, (5) Pemodelan (modelling), (6) Refleksi (reflekction), (7) Penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assesment)
e. Langkah-langkah Pendekatan Contekstual
Pengetahuan
pendekatan Contekstual dalam proses
pembelajaran akan terlaksana dengan baik serta dapat mencapai tujuan
pembelajaran apabila dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat
pada pendekatan Contekstual.
Menurut
Wina (2006:124). Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contekstual sebagai berikut :
(1) Pendahuluan, yaitu : Meliputi kegiatan; (a) Guru menjelaskan
kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan
pentingnya materi yang akan dipelajari; (b) guru menjelaskan prosedur
pendekatan kontekstual; dan (c) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang
akan dikerjakan oleh setiap siswa. (2) Inti, yaitu : Meliputi kegiatan; (a) di lapangan, seperti melakukan
observasi dan mencatat apa yang ditemukan dilapangan; (b) dalam kelas, seperti
mendiskusikan hasil temuan, melaporkan hasil diskusi, dan setiap kelompok
menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lain. (3) Penutup yaitu :
Meliputi kegiatan; (a) siswa menyimpulkan hasil observasi dengan bantuan guru;
(b) guru memberi siswa tugas untuk membuat suatu karangan tentang pengalaman
belajar.
Menurut Martinis
(2008:152) mengatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran Contekstual
yaitu: (a) Membuat hubungan yang bermakna, (b) Melakukan pekerjaan
yang berarti, yaitu dengan melakukan pekerjaan atau tugas yang sesuai, (c) melakukan pekerjaan
yang di atur sendiri seperti (1) siswa belajar sendiri melalui tatanan cara
yang berbeda-beda, (2) membebaskan siswa menggunakan gaya belajar sendiri, (3)
proses belajar yang melibatkan siswa dalam aksi yang bebas.
Dengan demikian penggunaan pendekatan Contekstual sesuai langkah-langkah tersebut, maka siswa akan dapat
belajar lebih baik dan berperan aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Hal tersebut akan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
siswa terhadap pelajaran, sehingga pengalaman belajar siswa akan lebih baik dan
siswa akan belajar lebih optimal.
4.
Penilaian Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Pendekatan
Contekstual
a. Pengertian Penilaian
Penilaian
merupakan alat untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh siswa menerima materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
Disamping itu juga sebagai media koreksi tentang berhasil tidaknya seorang guru dalam menyampaikan pembelajaran
kepada siswa.
Saleh (2006:146) menyatakan bahwa
“penilain yaitu serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan”. Kemudian Gay (2008) berpendapat bahwa “penilaian
merupakan suatu proses yang dianggap sistematik semasa mengumpul dan
menganalisis data bagi yang menentukan sama ada sesuatu objek yang telah
ditetapkan itu telah tercapai”. Penilaian pendidikan mencakup aspek-aspek
seperti hasil pengajaran, program pengajaran dan maklumat kearah usaha
pengajaran itu.
Nana (2005:111) mengemukakan bahwa
penilaian adalah “proses memberikan atau menentukan nilai terhadap hasil
belajar siswa berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian merupakan suatu
rangkaian proses pemberian nilai terhadap proses pembelajaran peserta didik dan
diukur berdasarkan kriteria tertentu”.
Nasution (1999:11) mengemukakan bahwa
prinsip penilaian adalah “(1) alat mengukur hasil belajar peserta didik, (2)
alat bagi pendidik untuk menilai efektifitasnya mengajar, dan (3) titik tolak
untuk memperbaiki prestasi peserta didik dengan menganalisis
kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat serta memperbaiki metode mengajar”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses pengumpulan informasi
tentang proses dan hasil belajar peserta didik terhadap kompetensi yang telah
diajarkan berdasarkan kriteria tertentu sehingga pembelajaran dapat diukur daya
serapnya, dan penilaian juga merupakan alat ukur bagi pendidik dalam
menganalisis pembelajaran yang telah disampaikan.
b.
Tujuan Penilaian
Tujuan penilaian menurut Saleh
(2006:146) adalah untuk: (1) Memantau pertumbuhan dan perkembangan kemampuan
siswa (2) Mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar
tertentu, beberapa tingkat ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini berguna
sebagia umpan balik bagi siswa saat mengetahui kemampuan dan kekurangannya,
sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajar (3) Mendiagnosa
kesulitan belajar siswa sehinnga memungkinkan dilakukan pengayaan dan remedi
(4) Mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini akan
mendorong guru melakukan refleksi agar memiliki kemampuan mengajar lebih baik.
c.
Prinsip penilaian
Penilaian yang akan dilaksanakan harus
terarah agar mematuhi prinsip-prinsip dalam Saleh (2006:146) sebagai berikut: (1) berorientasi pada
kompetensi, (2) menyeluruh mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor, (3) mendidik, (4) terbuka, (5) bermakna, adil dan objektif, dan (6)
berkesinambungan.
d.
Bentuk Penilaian
Bentuk intsrumen yang digunakan ada
tes dan non tes. Bentuk instumen meliputi: pilihan ganda, uraian objektif,
uraian bebas, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (permomance) dan portofolio. Sedangkan bentuk instrumen non tes
meliputi: wawancara, invintori dan pengamatan, terdapat dalam Saleh (2006:147).
e.
Bentuk asesmen dalam pembelajaran menulis
karangan deskripsi
Menurut
Burs dalam Saleh (2006:168) ada beberapa
cara yang dapat dilakukan dalam menulis karangan yaitu: bertanya jawab
atau berdiskusi, memantau kegiatan siswa pada tiap proses menulis baik pramenulis,
penulisan, dan pascapenulisan dengan menggunakan obsevasi catatan lapangan dan
ceklis, serta memantau hasil karangan siswa dengan asesmen portofolio.
B. KERANGKA TEORI
Pembelajaran
menulis karangan deskripsi untuk siswa di kelas IV SD termasuk jenis
pembelajaran menulis lanjutan. Tujuan utamanya adalah menggupayakan siswa dapat
memahamim cara menulis untuk pemahaman yang lebih tinggi baik secara lisan
maupun tulisan. Pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan
pendekatan Contekstual dapat
dilakukan dengan tiga tahap sebagai berikut:
(1) pramenulis, (2) penulisan, dan (3) pascapenulisan.
Pada tahap
pramenulis siswa diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata
dalam menentukan objek yang diamati. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengemukakan tujuan dari objek yang dideskripsikan, menentukan bagian objek
yang dideskripsikan, mendeskripsikan objek yang telah dipilih, dan membuat
kerangka deskripsi.
Pada tahap
penulisan siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kerangka karangan menjadi
sebuah karangan deskripsi. Dalam kegiatan menulis karangan deskripsi digunakan
pendekatan Contekstual, agar siswa
lebih termotifasi dan merasa senang dalam melakukan kegiatan menulis. Kemudian
siswa menuliskan karangan deskripsi dengan menggunakan kalimat efektif dan
cermat serta bernilai sastra yang mudah dipahami.
Pada tahap
pascapenulisan siswa membaca ulang karangan deskripsi (penilaian), dan
memperbaiki kalimat dalam karangan sesuai dengan EYD yang benar. Kemudian siswa
menyalin kembali karangan yang sudah diperbaiki, dan mempublikasikan karangan
deskripsi yang telah dibuatnya. Untuk lebih ringkasnya kerangka teori ini dapat
dilihat dalam bagan 2.1 sebagai berikut:
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus