|
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya
manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi, sehingga dengan
pendidikan tersebut dapat terbentuk karakter manusia yang mampu berinteraksi
dan melakukan banyak hal dilingkungannya, baik secara individu maupun sebagai
makhluk sosial.
Pendidikan yang mengembangkan potensi siswa akan mampu mendukung
pembangunan dimasa yang akan datang karena siswa tersebut nantinya akan tumbuh
menjadi manusia yang mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang
dihadapinya saat ini maupun dimasa yang akan datang, untuk mewujudkan
pendidikan yang demikian banyak kendala dan masalah kependidikan yang ditemui.
1
|
Untuk mewujudkan pembelajaran yang demikian, guru dituntut untuk memiliki
berbagai kompetensi, baik dalam merencanakan pembelajaran, menyampaikan materi
pembelajaran, memilih dan menggunakan multi metode, multi sumber dan multi
media. Guru sebagai pengelola pembelajaran harus mampu menggunakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang demikian dapat diciptakan
oleh guru yang kreatif dengan menciptakan berbagai variasi dalam proses
pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu mata pelajaran yang diajarkan
pada siswa pada saat menduduki bangku sekolah dasar adalah mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau biasa juga disebut dengan sains. Mata
pelajaran IPA dapat memberikan beberapa pengetahuan yang sangat penting bagi
siswa terhadap alam seperti keberadaan makhluk hidup misalnya: manusia, hewan
dan tumbuhan.
Variasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Perkembangan kurikulum IPA telah
merespon secara proaktif sebagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sesuai dengan yang dijelaskan dalam Depdiknas. (2004: 3) tentang
pembelajaran dibidang IPA sebagai berikut : ” IPA adalah ilmu yang berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar
keterampilan, pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja tapi juga merupakan proses penemuan”. Jadi guru-guru harus
bisa menjadi fasilitator dalam pembelajaran dan harus mampu menciptakan
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
Melihat pengertian IPA di atas,
jelaslah bahwa pendidikan IPA menekankan pada pemahaman alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. Idealnya pendidikan IPA dijadikan sebagai Wahana bagi siswa untuk
menyelidiki dan meneliti alam sekitarnya, karena melalui pembelajaran IPA
disekolah siswa dilatih berpikir, melakukan pengamatan dan melakukan percobaan.
Dalam pembelajaran di sekolah sebagian guru sudah menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan namun tidak
sedikit juga guru yang belum mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang
digunakan tersebut dengan materi yang diajarkan. Hal ini dibuktikan dengan
masih banyak guru mengajar dengan berceramah, di mana guru masih mendominani
pembelajaran dalam pentransferan ilmu dengan menggunakan metode ceramah saja,
sehingga siswa menganggap IPA merupakan ilmu hafalan, padahal IPA merupakan
suatu wahana untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya melalui
pengamatan dan percobaan.
Berdasarkan pengalaman penulis di kelas V SDN 04 Kampung Olo Kecamatan
Nanggalo, pembelajaran IPA diajarkan dengan menggunakan metode yang berdasarkan
KTSP, namun penulis belum pernah menggunakan metode discovery. Biasanya guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan
metode konvensional atau siswa hanya ditugaskan membaca buku teks saja. Hal ini
menyebabkan siswa pada akhirnya hanya dapat menjawab soal yang bersifat ingatan
dan sangat sulit bagi siswa untuk menjawab soalan yang berbentuk analisis.
Sehingga pencapaian tujuan pembelajaran IPA yang sesuai dengan kompetensi yang
diharuskan oleh kurikulum sangat sulit untuk dicapai.
Siswa terlihat kurang aktif atau tidak ikut berperan pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran, dengan kata lain, saat berlangsungnya
proses pembelajaran guru lebih banyak aktif menerangkan pelajaran, sedangkan
siswa hanya bersifat pasif atau menerima yaitu cenderung sebagai pendengar
saja. Dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, persentase nilai mata
pelajaran IPA jauh lebih rendah dari mata pelajaran lain, seperti pembelajaran
matematika dengan rata-rata kelas ulangan harian 8,28. Hal ini dapat diketahui
dari data di SDN 04 kecamatan
Nanggalo Kota Padang pada semester I
pada tahun ajaran 2009-2010, rata-rata nilai ulangan harian IPA adalah 5,4; sedangkan KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 6,5. Sedangkan untuk ketuntasan di kelas V
baru mencapai 60%.
Penulis mencoba untuk menerapkan salah satu metode lain yang dapat
digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu metode Discovery. Menurut
Roestiyah (2001:20) menyatakan bahwa: “Metode discovery merupakan suatu
metode yang digunakan dalam pembelajaran di mana siswanya mampu memahami dan
menerapkan suatu konsep ilmu atau prinsip”. Dengan menggunakan metode discovery diharapkan siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensinya agar mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga dengan
menggunakan metode discovery dapat meningkatkan kualitas, proses dan pencapaian
pembelajaran IPA.
Sehubungan dengan masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat
judul “Penerapan Metode Discovery dalam Pembelajaran IPA di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 04
Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka, yang
menjadi rumusan permasalahan secara umum adalah bagaimana penerapan metode discovery
dalam pembelajaran perubahan sifat benda di SDN 04 Kampung Olo Kecamatan
Nanggalo Padang.
Rumusan permasalahan secara khusus adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana rencana pembelajaran dengan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04
Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang?
2.
Bagaimana pelaksanaan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04
Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang?
3.
Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04
Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang?
C. Tujuan
Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan metode discovery dalam pembelajaran
IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04
Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang, sedangkan secara khusus tujuan
penelitian adalah untuk:
1.
Mendesripsikan rancangan penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04
Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
2.
Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04
Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
3.
Mendeskripsikan penilaian penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04
Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
D. Manfaat
Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar khususnya dalam pembelajaran
perubahan sifat benda. Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pihak, antara lain:
1.
Sebagai pedoman bagi guru dalam memilih metode yang
tepat dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar.
2.
Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan pihak terkait
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
3.
Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil siswa
pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
4.
Menambah wawasan penulis dalam mengetahui penerapan
metode dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar