Sabtu, 24 November 2012

Metode discoveri dalam pembelajaran IPA




                                                                            BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi, sehingga dengan pendidikan tersebut dapat terbentuk karakter manusia yang mampu berinteraksi dan melakukan banyak hal dilingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial.
Pendidikan yang mengembangkan potensi siswa akan mampu mendukung pembangunan dimasa yang akan datang karena siswa tersebut nantinya akan tumbuh menjadi manusia yang mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya saat ini maupun dimasa yang akan datang, untuk mewujudkan pendidikan yang demikian banyak kendala dan masalah kependidikan yang ditemui.
1
Berdasarkan pengalaman penulis di SD 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang bahwa siswa kurang termotivasi dalam belajar, sehingga mereka kadang keluar masuk kelas, dan mengganggu teman sewaktu pembelajaran sedang berlangsung dalam proses pembelajaran karena guru jarang menggunakan metode pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa termasuk metode discovery dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran kurang sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan dalam pembelajaran siswa  dituntut untuk menemukan sendiri dengan melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesanya agar pembelajaran lebih bermakna dan dikuasai siswa.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang demikian, guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi, baik dalam merencanakan pembelajaran, menyampaikan materi pembelajaran, memilih dan menggunakan multi metode, multi sumber dan multi media. Guru sebagai pengelola pembelajaran harus mampu menggunakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang demikian dapat diciptakan oleh guru yang kreatif dengan menciptakan berbagai variasi dalam proses pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada siswa pada saat menduduki bangku sekolah dasar adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau biasa juga disebut dengan sains. Mata pelajaran IPA dapat memberikan beberapa pengetahuan yang sangat penting bagi siswa terhadap alam seperti keberadaan makhluk hidup misalnya: manusia, hewan dan tumbuhan.
Variasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Perkembangan kurikulum IPA telah merespon secara proaktif sebagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai dengan yang dijelaskan dalam Depdiknas. (2004: 3) tentang pembelajaran dibidang IPA sebagai berikut : ” IPA  adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar keterampilan, pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tapi juga merupakan proses penemuan”. Jadi guru-guru harus bisa menjadi fasilitator dalam pembelajaran dan harus mampu menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
Melihat pengertian IPA di atas,  jelaslah bahwa pendidikan IPA menekankan pada pemahaman alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Idealnya pendidikan IPA dijadikan sebagai Wahana bagi siswa untuk menyelidiki dan meneliti alam sekitarnya, karena melalui pembelajaran IPA disekolah siswa dilatih berpikir, melakukan pengamatan dan melakukan percobaan.
Dalam pembelajaran di sekolah sebagian guru sudah menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan namun tidak sedikit juga guru yang belum mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang digunakan tersebut dengan materi yang diajarkan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak guru mengajar dengan berceramah, di mana guru masih mendominani pembelajaran dalam pentransferan ilmu dengan menggunakan metode ceramah saja, sehingga siswa menganggap IPA merupakan ilmu hafalan, padahal IPA merupakan suatu wahana untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya melalui pengamatan dan percobaan.
Berdasarkan pengalaman penulis di kelas V SDN 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo, pembelajaran IPA diajarkan dengan menggunakan metode yang berdasarkan KTSP, namun penulis belum pernah menggunakan metode discovery. Biasanya guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional atau siswa hanya ditugaskan membaca buku teks saja. Hal ini menyebabkan siswa pada akhirnya hanya dapat menjawab soal yang bersifat ingatan dan sangat sulit bagi siswa untuk menjawab soalan yang berbentuk analisis. Sehingga pencapaian tujuan pembelajaran IPA yang sesuai dengan kompetensi yang diharuskan oleh kurikulum sangat sulit untuk dicapai.
Siswa terlihat kurang aktif atau tidak ikut berperan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, dengan kata lain, saat berlangsungnya proses pembelajaran guru lebih banyak aktif menerangkan pelajaran, sedangkan siswa hanya bersifat pasif atau menerima yaitu cenderung sebagai pendengar saja. Dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, persentase nilai mata pelajaran IPA jauh lebih rendah dari mata pelajaran lain, seperti pembelajaran matematika dengan rata-rata kelas ulangan harian 8,28. Hal ini dapat diketahui dari data di SDN 04 kecamatan Nanggalo Kota Padang pada semester I pada tahun ajaran 2009-2010, rata-rata nilai ulangan harian IPA adalah 5,4; sedangkan KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 6,5. Sedangkan untuk ketuntasan di kelas V baru mencapai 60%.
Penulis mencoba untuk menerapkan salah satu metode lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu metode Discovery. Menurut Roestiyah (2001:20) menyatakan bahwa: “Metode discovery merupakan suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran di mana siswanya mampu memahami dan menerapkan suatu konsep ilmu atau prinsip”. Dengan menggunakan metode discovery diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensinya agar mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan kualitas, proses dan pencapaian pembelajaran IPA.
Sehubungan dengan masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Penerapan Metode Discovery dalam Pembelajaran IPA di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka, yang menjadi rumusan permasalahan secara umum adalah bagaimana penerapan metode discovery dalam pembelajaran perubahan sifat benda di SDN 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
Rumusan permasalahan secara khusus adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana rencana pembelajaran dengan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang?
2.    Bagaimana pelaksanaan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang?
3.    Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang?
C.  Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang, sedangkan secara khusus tujuan penelitian adalah untuk:
1.    Mendesripsikan rancangan penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
2.    Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
3.    Mendeskripsikan penilaian penerapan metode discovery dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Kampung Olo Kecamatan Nanggalo Padang.
D.  Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar khususnya dalam pembelajaran perubahan sifat benda. Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, antara lain:
1.    Sebagai pedoman bagi guru dalam memilih metode yang tepat dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar.
2.    Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan pihak terkait dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
3.    Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil siswa pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
4.    Menambah wawasan penulis dalam mengetahui penerapan metode dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar