Kelelawar satu-satu mamalia yang
bisa terbang dan sering dikaitkan dengan hantu, vampir, atau syeitan. Hal ini
mungkin disebabkan oleh rupa dan bentuk serta keaktifannya di malam hari. Sebenarnya kelelawar bersembunyi di tempat
gelap di siang hari dan hanya mencari makan di malam hari. Persoalannya adalah
kenapa dan bagaimana kelelawar dapat bergerak leluasa di malam gelap gulita. Sebahagian sifat kelelawar yang alamiah telah
menarik perhatian beberapa saintis diantaranya adalah Lazzaro Spalanzani
(1794).
Awal penelitian beliau terhadap
kelelawar adalah dengan cara membutakan kedua belah matanya, tetapi kelelawar
tidak terpengaruh untuk dapat bergerak leluasa di alam bebas pada malam hari
serta mengelakkan benda-benda yang menghalanginya. Tetapi ketika beliau merusakkan sistem
pendengaran kelelawar, ternyata kelelawar kehilangan pedoman dan tidak mampu
bergerak bebas dan tidak mampu mengelak halangan yang ada di depannya.
Persoalan mulai terjawab dan melalui
perhatian kepada sistem pendengaran kelelawar ini, Spalanzani menarik suatu
kesimpulan bahwa kelelawar terbang dan memandu arah menggunakan gelombang bunyi
yang tidak dapat didengar oleh manusia, itulah gelombang ultrasonik.
Menurut Cracknell (1980), hasil
penelitian lanjut dapat diketahui bahwa kelelawar mengeluarkan pulsa gelombang
ultrasonik dengan frekuensi sekitar 40-50 kHz. Bentuk telinga kelelawar yang
seperti corong berfungsi sebagai penerima gelombang ultrasonik yang dibalikkan
seperti cara kerja alat radar penerima.
Frekuensi ultrasonik akan ditinggikan oleh kelelawar apabila hendak menangkap
mangsa secara memintas.
Denyut ultrasonik yang dipancarkan
oleh kelelawar akan dipantulkan apabila terkena mangsanya. Fenomena ini seperti
gema dimana bunyi dipantulkan apabila tiba di satu media. Pulsa ini kemudian dianalisis oleh sistem otak kelelawar
yang agak kompleks untuk menginterpretasi dan mengetahui posisi mangsanya atau
objek lain yang akan diterkam.
Kelelawar menggunakan kantung jaringan (web-pocket)
yang terletak di bahagian ekor dan dengan bantuan sayapnya untuk memerangkap
mangsanya. Lingkungan dengan tingkat kebisingan tinggi tidak akan melemahkan
sistem radar yang ada pada kelelawar tetapi jika rekaman gelombang bunyi
dirinya sendiri maka akan berpengaruh kepada kemampuan kelelawar untuk
menganalisis pantulan denyut pulsa yang diterimanya. Rekaman gelombang bunyi
tersebut sebenarnya telah mewujudkan tingkat kebisingan yang hampir sama dan
menyerupai gelombang ultrasonik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar